Keesokan harinya.
Ting! Ting! Ting!“Cepat bangun, Master. Dewi Lecia sudah memberikan Misi utama dan misi tambahan!” Seru Irene bersamaan dengan suara alarm.“Benarkah? Dewi Lexia sudah memberikan misi padaku?” Edward segera membuka matanya dengan penuh semangat. Ia sudah menantikan misi-misi tersebut sejak tadi malam, bahkan sampai ketiduran.“Benar Master! Silakan Master lihat sendiri.” Irene langsung masuk ke menu misi, menampilkan dua misi baru untuk Edward.[“Misi utama, dapatkan perasaan dari wanita yang akan mewarisi kekayaan keluarga Lee di masa depan. Misi tambahan, rubah penampilanmu menjadi lebih tampan.”]Edward mengerutkan kening setelah membacanya. “Siapa keluarga Lee? Perasaan tidak ada nama keluarga itu di kota Noxus. Terus, apa maksudnya dengan misi menjadi lebih tampan? Memangnya aku masih kurang tampan sekarang?” Tanyanya.“Karena misinya tertulis seperti itu, keluarga Lee sudah pasti ada di kota Noxus. Dan mereka seharusnya bukan keluarga biasa-biasa,” ujar Irene.“Hmm. Begitu ya?” Edward menyentuh dagunya, mencoba mengingat sesuatu. ‘Setahuku ada seorang wanita cantik bermarga Lee di kampus. Tapi, masa dia orangnya? Dia tuh bunga kampus yang terkenal sangat dingin dan angkuh. Jelas tidak mudah didekati, apa lagi mendapatkan perasaannya,’ pikirnya.“Master, lebih baik kerjakan dulu misi harian dan misi tambahan. Setelahnya, kita akan mencari wanita dari keluarga Lee bersama-sama,” saran Irene membuyarkan lamunan Edward.“Kamu benar, aku masih punya misi harian dan misi tambahan. Ya sudah, aku mau ganti baju dulu.”Setelah itu, Edward pergi meninggalkan kamar kostnya. Melakukan misi harian seperti biasanya di jalanan pinggir sungai Marco.***Waktu berlalu.Sekarang sudah pukul 13.00.“Kenapa kamu menyarankan salon ini? Tidak ada salon lain memangnya?” Tanya Edward, sedikit protes begitu tiba di depan salon khusus wanita.“Salon ini yang terbaik di kota Nexus. Saya yakin Master akan terihat tampan maksimal setelah mendapatkan perawatan di sini,” ujar Irene tampak percaya diri, bisa terlihat dari senyum yang terkembang pada wajah kecilnya.Edward tidak punya pilihan lain begitu Irene sudah memutuskan. Lagi pula, dirinya tidak terlalu paham tentang hal semacam ini, paling-paling hanya pernah pergi ke tukang pangkas rambut untuk merapikan penampilannya.“Ayo masuk, Master. Saya juga sudah memesan layanan VIP untuk Master.” Irene menyuruh Edward, sebenarnya ia sedikit memaksanya.“Baiklah,” tanggap Edward, mau tak mau melangkahkan kakinya ke dalam salon itu.Pemandangan serba merah muda pun langsung terlihat begitu Edward memasuki salon. Rasanya terlalu feminim sampai Edward tidak bisa berkata apa-apa untuk mengekspresinya.“Sial, aku tidak bisa melakukannya di salon ini. Terlalu memalukan,” gumam Edward, berniat keluar lagi dari salon itu.Namun…“Tuan Ed ... Anda pasti Tuan Ed, kan?” Suara seorang pria mencegah langkah Edward.“Tuan Ed?” Ulang Edward, mengalihkan pandangan ke sumber suara.“Ya, Tuan Ed. Aduh, saya sudah menantikan kedatangan Tuan Ed sedari tadi,” ujar pria itu dengan suara sangat manja.Entah kenapa bulu kuduk Edward langsung berdiri begitu melihat penampilan pria itu dengan jelas.Pasalnya, penampilannya benar-benar tidak selaras dengan otot-ototnya yang sangat besar dan kekar. Terlebih, dia membuat suara sok lembut dan manja layaknya seorang gadis manis.“Kau sepertinya salah orang. Aku bukan Tuan Ed,” tukas Edward, jelas enggan berurusan dengan pria semacam itu.Wusssh!Akan tetapi, pria itu tiba-tiba membuat langkah tidak terduga. Dia langsung menahan Edward menggunakan pelukan kuat dari kedua otot lengannya.“Tolong jangan begitu, Tuan Ed. Salon kami jarang sekali mendapatkan pelanggan pria, apa lagi pelanggan yang memesan layanan VIP,” ujar pria itu.Gerakan Edward benar-benar terkunci saat ini. Sekeras apa pun dirinya berusaha membebaskan diri, usahanya selalu berakhir sia-sia di hadapan otot-otot kekar itu.‘Apa-apaan kekuatan pria ini? Dia bisa menahanku yang sudah mencapai level tiga?’ Batin Edward terkejut.“Ayo kita mulai perawatannya, Tuan Ed. Kita tidak boleh menunda waktu terlalu lama, takutnya akan ada orang yang salah paham,” ujar pria berotot, menarik Edward semakin jauh ke dalam salon itu.“Girls! Pelanggan VIP sudah datang. Kita akan kerja keras mulai sekarang,” lanjutnya berteriak kepada pegawai salon, yang ternyata masih pria berotot kekar juga.“Asik! Kita akan bersenang-senang lagi. Sudah lama sekali sejak kita menikmati tubuh seorang pemuda,” tanggap sekelompok pria berotot itu. Mereka bergegas menghampiri Edward dan langsung menggerayami tubuhnya dengan nakal.“Sial … Sial … Sial … Kalian ini keterlaluan. Aku ini pria normal ….”Begitulah suara terakhir yang mampu lolos dari mulut Edward. Setelahnya, ia benar-benar dipermak habis-habisan oleh pria-pria berotot itu.***Dua jam kemudian.“Terima kasih, Tuan Ed. Senang sekali bisa melayani pemuda tampan seperti Anda. Silakan datang lagi di lain waktu,” ucap pemilik salon. Membungkuk kepada Edward, yang kini sedang berjalan menjauh dari salon.“Berisik! Aku tidak mau datang lagi kesini,” balas Edward tanpa menoleh ke belakang. Malah berlari semakin kencang karena tidak ingin ditangkap lagi oleh pria berotot itu.Meskipun kemampuannya dalam merubah penampilan Edward bisa dibilang sangat bagus, tetapi gelagatnya sudah terlalu menyimpang sebagai seorang pria berotot kekar.Edward sendiri merasa seperti sudah kehilangan kepolosannya setelah dipermak di salon itu. Ada juga sedikit trauma yang membuatnya tidak mau bertemu lagi dengan pria berorot kekar dan besar.“Huh! Lebih baik mati dari pada harus masuk ke salon itu lagi. Bisa-bisa aku kehilangan kesucian jika tinggal di sana terlalu lama,” gumam Edward sambil mengeluarkan ponselnya. Membuka Sistem Harem kemudian.“Wah! Master terlihat sangat tampan sekarang! Bisa-bisa saya jatuh cinta kepada Master jika sudah seperti ini urusannya!” Seru Irene begitu muncul di layar ponsel.Edward sontak menekan-nekan kepala Irene dengan jari telunjuknya. “Dasar gadis nakal! Apa kamu berniat menjual kesucianku di sana? Gimana jadinya jika aku menjadi salah satu bagian dari mereka?” Protesnya.Irene melindungi kepalanya menggunakan kedua tangan. “Ampun Master. Saya hanya ingin mencari tempat terbaik untuk menyelesaikan misi tambahan. Soalnya hadiah untuk misi tambahan benar-benar sangat bagus,” ujarnya.Edward berhenti menekan-nekan kepala Irene, segera membuka Menu Misi untuk melihat hadiah yang dimaksud.[Misi tambahan selesai. Anda sudah terlihat sangat berbeda dari penampilan sebelumnya. Silakan periksa hadiah Anda di ruang penyimpanan.] Laporan dari misi tambahan muncul pada layar ponsel Edward.Irene langsung membuka Menu Penyimpanan, lalu menjelaskan fungsi dari hadiah misi tambahan. “Earphone kasat mata. Benda ini tidak bisa dilihat oleh orang lain ketika Master memakainya. Tapi, fungsinya masih sama seperti Earphone pada umumnya. Benda ini juga bisa digunakan ketika Master ingin menghubungi saya.”Raut wajah Edward tampak kecewa setelah mendengarnya. “Hanya itu saja fungsinya? Aku pikir tidak ada yang spesial dari hadiah itu.”“Tolong jangan berpikir seperti itu, Master. Fungsi utama dari Earphone ini sebenarnya untuk melacak suara wanita sesuai kehendak Master, terutama untuk melacak suara wanita yang ada di daftar misi,” jelas Irene lagi.Senyum cerah seketika terbentang di sudut mulut Edward. Langsung saja mengeluarkan benda itu dari ruang penyimpanan, lalu memakainya di kedua telinga dengan cepat.“Jika Earphone ini memang sehebat itu, seharusnya aku bisa mendengar suara wanita dari keluarga Lee sekarang. Semoga saja Irene tidak hanya omong kosong,” gumam Edward, memfokuskan pikirannya dan mulai membayangkan wanita yang terdaftar dalam misi utama.Untung saja fungsi Earphone kasat mata itu benar-benar nyata. Karena telinga Edward bisa mendengar suara seorang wanita tak lama setelah memakainya.Namun, suara wanita itu berhasil membuat jantung Edward berdegup kencang. Perasaan cemas pun menjalar kuat di dalam hatinya.[“Tolong … Siapa saja tolong aku … Bajingan! Aku tidak akan pernah melepaskan kalian! Keluarga Lee pasti akan membalas kalian nanti ….”]Begitulah suara yang masuk ke dalam Earphone kasat mata, sontak membuat Edward berlari begitu saja mengikuti arah suara.Edward yakin ada hal buruk yang sudah menimpa wanita dari keluarga Lee itu. Makanya ia langsung berlari karena ini adalah kesempatan emas untuk mendapatkan perasaannya.Bagaimanapun, wanita akan selalu menyukai pria yang memiliki jiwa seorang pahlawan. Setidaknya Edward ingin menjadi seorang pahlawan untuk saat ini.…Edward menatap dengan cermat sosok pria yang baru saja bangkit dengan tenaga luar biasa. Meskipun dia mengaku telah sembuh berkat obat Edward, ekspresi wajah pria itu menunjukkan kekhawatiran mendalam. “Ayah, kamu benar-benar baik-baik saja?” tanya Aluna, penuh rasa syukur dan cemas bersamaan. “Tenang, Nak. Aku baik-baik saja sekarang,” jawab pria itu sambil mengamati tim medis yang sudah berusaha menolongnya. Edward merasa lega, tetapi rasa ingin tahunya semakin membara. Dia berusaha menyusun strategi untuk menghadapi ancaman di balik serangan bom tersebut. “Aluna, ayo kita bicara sebentar,” ajak Edward, menarik Aluna ke samping, jauh dari kerumunan. “Ada apa, Ed? Kenapa serangan ini bisa terjadi?” tanya Aluna dengan suara bergetar. Edward mencoba menganalisis situasi. “Ada kemungkinan bahwa serangan ini bukan hanya sekadar aksi teroris. Menurut informasi yang aku dapat, keluarga Everdeen mungkin sudah menjadi target lama. Ada beberapa kelompok yang bisa melakukan hal ini,
Edward merasa gelisah dan khawatir usai mendengar kabar buruk dari Aluna. Dia segera kembali ke meja Clara dengan wajah yang penuh kekhawatiran."Ada apa, Ed?" tanya Clara, tampak penasaran.Edward menjelaskan situasi yang sedang terjadi kepada Clara, tentang pengeboman di perusahaan ayah Aluna. Clara terkejut mendengarnya dan merasa prihatin dengan keadaan Aluna dan keluarganya."Kita harus segera pergi ke tempat Aluna. Dia butuh dukungan kita di saat-saat seperti ini," ujar Clara tegas.“Tidak, kamu tak perlu pergi kesana. Kamu masih punya masalah yang harus diselesaikan,” tukas Edward, diam-diam mengeluarkan sebotol air dari sistem harem.“Minumkan ini pada ibumu, lalu kabari aku reaksinya. Cukup satu gelas saja, jangan berlebihan,” jelasnya sambil memberikan botol air itu pada Clara.“Air mineral? Untuk apa air mineral, Ed?” Clara bingung sendiri, menatap air itu dan tidak mengerti.Edward tersenyum tipis, “Percayalah, air itu bisa mengatasi masalahmu. Aku yakin ibumu aka
Edward menatap Aluna dengan ekspresi serius, mengangguk pelan. "Dua triliun, ya? Baiklah, aku akan membantu kamu," ujarnya, mengambil ponsel Aluna dan mulai melakukan transfer.Aluna menatap Edward dengan mata berkaca-kaca, terharu dengan kesediaan Edward yang membantu keluarganya. "Terima kasih, Edward," ucapnya, suaranya bergetar.Edward hanya tersenyum, menepuk bahu Aluna dengan lembut. "Tidak perlu berterima kasih, Aluna. Kita adalah pasangan, dan pasangan harus selalu membantu satu sama lain," ujarnya, menenangkan Aluna.Setelah selesai transfer, Edward mengembalikan ponsel Aluna. "Ok, masalahnya beres. Aset keluarga Everdeen sudah aman sekarang," ujarnya, tersenyum tulus.Aluna menatap Edward dengan mata berbinar, penuh rasa terima kasih. "Kamu benar-benar menyelamatkan kami, Edward. Aku tidak tahu bagaimana cara membalas budi baikmu," ucapnya, suaranya penuh rasa haru.Edward hanya tersenyum, menggelengkan kepalanya. "Tak perlu membalas apa-apa, aku hanya melakukan apa yang seh
Edward termenung cukup lama usai membaca pesan Irene, benar-benar bingung dan tak tahu harus mengambil keputusan apa."Sarapannya sudah siap, Ed. Ayo kesini," teriak Aluna dari arah dapur, sontak membuyarkan lamunan Edward."Oke, sebentar ...." Edward menanggapi sambil mengenakan pakaiannya. Mencoba melupakan Helena sejenak dan berusaha fokus pada Aluna.Tak lama berselang, Edward tiba di ruang makan, tampak beragam makanan yang sudah tersaji di atas meja."Wah, kamu jago masak ternyata. Kelihatannya makananmu enak-enak," ujar Edward, memuji usaha Aluna.Wajah Aluna pun memerah, jelas senang dengan pujian Edward."Silakan dicoba, Ed. Semoga kamu tidak kecewa," ujarnya.Edward tersenyum kecil mendengarnya, "Kenapa aku harus kecewa? Aku pikir makananmu terasa lezat.", kemudian dia menyantap makanan itu. Mulai dari daging hingga sayur sop bening.Namun, yang paling menggugah selera Edward adalah sambal buatan Aluna. Siapa sangka, wanita secantik dia sangat pandai membuat sambal."Ini ena
Pagi berikutnya.Edward dan Aluna terbangung dalam keadaan telanjang, mereka tampak masih lelah usai melakukan persetubuhan panas tadi malam.Aluna sendiri sangat menikmati hal tabu tersebut meski sudah pernah merasakannya. Dia pikir Edward terlalu perkasa sehingga berhasil membuatnya melalang buana berulang kali. Ini juga merupakan pengalaman baru bagi wanita dewasa itu.Entah berapa kali Aluna mendapatkan pelepasan tadi malam, pastinya sangat sering sampai dia tak bisa menghitungnya pakai jari lagi.“Uh ... aku sepertinya akan kesulitan berjalan,” ujar Aluna masih dengan mata mengantuk.Dia lalu menyentuh ranah kewanitaannya, dan ternyata masih ada sisa-sisa cairan di sana.“Aduh, aku langsung tidur semalam, aku tak sempat membersihkannya. Kira-kira Edward benci wanita kurang teliti seperti aku tidak ya?” Aluna tampak cemas, jelas takut akan hal tersebut.“Mana mungkin aku membencimu, jusru aku menyukai wanita seperti kamu,” sahut Edward, langsung membawa Aluna ke dalam pelukannya.
“Edward, apa kamu baik-baik saja?” tegur Aluna kala Edward semakin larut dalam lamunannya.Edward tidak langsung menanggapi, hanya mentapa wajah cantik Aluna dengan sayu. Dia tiba-tiba ragu untuk menuntaskan misi utama sistem harem dengan wanita itu.Aluna seketika menyadari sesuatu dari ekspresi Edward, namun dia tidak ingin berhenti di sini setelah memantapkan hatinya untuk Edward. Dengan berani, dia pun mendekati Edward sambil melepas pakaiannya secara perlahan.“Ini mungkin bukan yang pertama bagiku, tapi aku percaya kemampuanku bisa mengilangkan semua keraguanmu. Aku harap kamu tidak keberatan, supaya kita bisa lanjut ke tahap yang lebih serius,” ujar Aluna, kini sudah telanjang bulat di depan Edward. Dia sangat berharap Edward akan langsung menyerangnya setelah disuguhkan pemandangan indah semacam itu.Glup!Edward menelan salivanya, bersamaan dengan naiknya gairah yang secara perlaan. Tidak mau jadi orang munafi, dia memang sudah terangsang oleh Aluna saat ini.“Tolong lihat ak