LOGIN[“Dewi Cinta Lexia memberimu Sistem Harem. Maukah kamu menerimanya?”] Berawal dari pesan aneh tersebut, membuat kehidupan Edward Lewis berubah sangat drastis. Dia yang hanya seorang mahasiswa biasa, tiba-tiba berubah menjadi pria idaman semua wanita. Dengan Sistem Harem, Edward harus bisa menaklukan banyak wanita cantik dan berkuasa untuk menguasai Dunia. Akankah pria tampan itu berhasil melakukannya sesuai kehendak Sang Dewi? Ataukah, dia akan melakukannya sesuai kehendak sendiri?
View MoreChapter 1: You're Marrying My Ex?
“I'm getting married!” I blinked. “Huh? You were dating?” “Of course I was, dummy. You know I love being in love.” My sister, Chloe laughed. She was glowing. That was the first red flag. “Is it to the guy named Zane with a silent G? The one you met at the three-month yoga retreat in LA?” “Ew no. Zane was an asshole.” She snapped. “Umm, congrats I guess… but who's the lucky guy?” Unlucky, if I was free to be honest. Chloe held out a crisp, green and cream-colored envelope with silver calligraphy. I took the wedding invitation and unfolded it, dread already settling in at the back of my head. “You are cordially invited to the wedding of Chloe Hart and Dean Archer.” My heart didn’t just sink, it free-fell through my stomach and straight out my body. “Dean Archer,” I said slowly. “My Dean?” Chloe swiftly snatched her wedding invite from my trembling fingers. “MY Dean,” Chloe chirped. “Isn’t it crazy? It all just… clicked. He came back to New Hope last Christmas, we reconnected, and—boom. Instant.” I stared at my sister like she was speaking in tongues. Dean Archer was my college ex. The one who left me without a real explanation. Dumped me via text on my birthday. The ex I never got over. The one who knew all the right buttons to push and disappeared just when I’d started to believe in him. “You're marrying my ex?” Chloe rolled her eyes. “Your ex? Was that actually a relationship? That old fling? C'mon sis.” My mouth went dry. Chloe rose from the couch and stepped forward as if to greet me, then stopped abruptly, her nose wrinkled in delicate horror. "Oh. No, I don’t think I can hug you. You’ve got ink on your hands, and I just had this sweater dry-cleaned." She wore a pastel-pink cable-knit sweater over a white satin tank top, paired with pressed cream linen pants and ballet flats that had never seen a scuff. Her blonde hair was tucked into a perfect low bun. Every part of her screamed effortless grace. Me, in contrast, stood in the doorway in a rumpled button-down, a charcoal skirt that barely grazed my thighs, one heel hanging on for dear life, and black ink smudged across my three fingers. I stared at her, stunned into silence. Chloe sipped her wine. "You okay? You look a little pale. Is it the vertigo again? Maybe skip the champagne toast at the wedding. I’d hate for you to go down during the vows. That'd be embarrassing, Sav. Anyway, you’re gonna be my maid of honor. Fingers crossed, you catch the bouquet. My fiancé has good looking friends you could manage to impress.” I stared at her. “I left the office in a hurry, broke my freaking stiletto, ran three red-lights, fought with drunk drivers and nearly crashed my Audi, just to get home to you, Chloe. You said it was an emergency!” She paused mid-sip. “Oh… I'm sorry I had no idea. I just thought you were late because you got distracted by a Zara window again.” She giggled. “Nope.” “Well, if you did though it'd come in handy now because you know I'm quite particular about colours, shades and fabrics.” She rambled on. It was my turn to roll my eyes, “Let me hear it.” “It's green. But not the basic one… it's a bit more intense.” She describes. “You mean emerald green?” I asked flatly. “It’s not just emerald green, okay? God, do I look like someone who wears something off-the-rack? No. It’s more like… if envy and royalty had a scandalous love child. Think deep forest glimmering with silent judgment. Rich. Regal. But also don’t-touch-me sharp. Not teal. Not moss. Not jade. And absolutely not that murky mall-green you find in discount bins where your OOTD comes from. This shade says, ‘Yes, I’ve arrived, and no, I don’t care that you’re staring’.” My mouth hung up. “That's emerald, Chlo.” I argued. “No, it's not. That shit is basic. For the fabric? Silk. Rich silk. Can you afford that, Sav? You're gonna be my maid of honor, you have to look presentable enough to play the part. Don’t bring your Walmart thrifts to my event.” Something snapped within me. If this is how you wanna play, then let's play, baby sis. “Can I bring a date?” She glanced up from her phone. “You haven't had a decent relationship in years. Who could you possibly be bringing?” I lifted my chin. "Actually, I've got big news to share too… wanted to keep it a secret but now? Not so much." “You got promoted at work?” “I'm engaged.” Chloe choked on her sip. "You?" I beamed, “Yes, I'm getting married too.” Chloe made a face as if her wine had suddenly turned bitter. “That's huge. And who's the brave guy?” "Roman Blackwood. You know, my best friend. He works in finance." I lied without blinking. Chloe's brows shot up. "Roman? The one who always texts you during family dinners and sends Dad cigars at Christmas? That Roman?" I forced a smile. "The very one. We’ve kept it quiet. Didn’t want to steal anyone’s thunder." Chloe blinked. "Hmm. I mean... good for you. I didn’t think you were the relationship type, but here we are. Must be something in the air." “Must be." I turned toward the kitchen to grab a glass of water, my fingers trembling just enough to clink the glass against the tap. "But, uh, let’s not tell the family just yet. We’re still figuring out the timing. You know Roman is always busy and only gets to take two vacations in twelve months and I'm always busy booking meetings and controlling schedules. We don't want to get overwhelmed with the whole process. You understand, right?" Chloe rose and grabbed her purse, that same serene smile on her face as she headed for the door. “Crystal," she said in a voice like a sugar cube melting in tea. "I've got you. Love you, sis." And then she was gone. Leaving behind her perfume… and chaos. Immediately, my phone started vibrating in my bag. After rummaging for minutes, I finally found it and nearly dropped it instantly with a shriek. Chloe had opened her big mouth and told literally everyone from our genepool that I was getting married. The family group chat was heating up. Mom, dad, our older sister, Alyssa, Aunt Janice, Aunt Thelma, Uncle Jace…. Literally everybody that saw me in diapers! Shit! I've got to warn Roman.Edward menatap dengan cermat sosok pria yang baru saja bangkit dengan tenaga luar biasa. Meskipun dia mengaku telah sembuh berkat obat Edward, ekspresi wajah pria itu menunjukkan kekhawatiran mendalam. “Ayah, kamu benar-benar baik-baik saja?” tanya Aluna, penuh rasa syukur dan cemas bersamaan. “Tenang, Nak. Aku baik-baik saja sekarang,” jawab pria itu sambil mengamati tim medis yang sudah berusaha menolongnya. Edward merasa lega, tetapi rasa ingin tahunya semakin membara. Dia berusaha menyusun strategi untuk menghadapi ancaman di balik serangan bom tersebut. “Aluna, ayo kita bicara sebentar,” ajak Edward, menarik Aluna ke samping, jauh dari kerumunan. “Ada apa, Ed? Kenapa serangan ini bisa terjadi?” tanya Aluna dengan suara bergetar. Edward mencoba menganalisis situasi. “Ada kemungkinan bahwa serangan ini bukan hanya sekadar aksi teroris. Menurut informasi yang aku dapat, keluarga Everdeen mungkin sudah menjadi target lama. Ada beberapa kelompok yang bisa melakukan hal ini,
Edward merasa gelisah dan khawatir usai mendengar kabar buruk dari Aluna. Dia segera kembali ke meja Clara dengan wajah yang penuh kekhawatiran."Ada apa, Ed?" tanya Clara, tampak penasaran.Edward menjelaskan situasi yang sedang terjadi kepada Clara, tentang pengeboman di perusahaan ayah Aluna. Clara terkejut mendengarnya dan merasa prihatin dengan keadaan Aluna dan keluarganya."Kita harus segera pergi ke tempat Aluna. Dia butuh dukungan kita di saat-saat seperti ini," ujar Clara tegas.“Tidak, kamu tak perlu pergi kesana. Kamu masih punya masalah yang harus diselesaikan,” tukas Edward, diam-diam mengeluarkan sebotol air dari sistem harem.“Minumkan ini pada ibumu, lalu kabari aku reaksinya. Cukup satu gelas saja, jangan berlebihan,” jelasnya sambil memberikan botol air itu pada Clara.“Air mineral? Untuk apa air mineral, Ed?” Clara bingung sendiri, menatap air itu dan tidak mengerti.Edward tersenyum tipis, “Percayalah, air itu bisa mengatasi masalahmu. Aku yakin ibumu aka
Edward menatap Aluna dengan ekspresi serius, mengangguk pelan. "Dua triliun, ya? Baiklah, aku akan membantu kamu," ujarnya, mengambil ponsel Aluna dan mulai melakukan transfer.Aluna menatap Edward dengan mata berkaca-kaca, terharu dengan kesediaan Edward yang membantu keluarganya. "Terima kasih, Edward," ucapnya, suaranya bergetar.Edward hanya tersenyum, menepuk bahu Aluna dengan lembut. "Tidak perlu berterima kasih, Aluna. Kita adalah pasangan, dan pasangan harus selalu membantu satu sama lain," ujarnya, menenangkan Aluna.Setelah selesai transfer, Edward mengembalikan ponsel Aluna. "Ok, masalahnya beres. Aset keluarga Everdeen sudah aman sekarang," ujarnya, tersenyum tulus.Aluna menatap Edward dengan mata berbinar, penuh rasa terima kasih. "Kamu benar-benar menyelamatkan kami, Edward. Aku tidak tahu bagaimana cara membalas budi baikmu," ucapnya, suaranya penuh rasa haru.Edward hanya tersenyum, menggelengkan kepalanya. "Tak perlu membalas apa-apa, aku hanya melakukan apa yang seh
Edward termenung cukup lama usai membaca pesan Irene, benar-benar bingung dan tak tahu harus mengambil keputusan apa."Sarapannya sudah siap, Ed. Ayo kesini," teriak Aluna dari arah dapur, sontak membuyarkan lamunan Edward."Oke, sebentar ...." Edward menanggapi sambil mengenakan pakaiannya. Mencoba melupakan Helena sejenak dan berusaha fokus pada Aluna.Tak lama berselang, Edward tiba di ruang makan, tampak beragam makanan yang sudah tersaji di atas meja."Wah, kamu jago masak ternyata. Kelihatannya makananmu enak-enak," ujar Edward, memuji usaha Aluna.Wajah Aluna pun memerah, jelas senang dengan pujian Edward."Silakan dicoba, Ed. Semoga kamu tidak kecewa," ujarnya.Edward tersenyum kecil mendengarnya, "Kenapa aku harus kecewa? Aku pikir makananmu terasa lezat.", kemudian dia menyantap makanan itu. Mulai dari daging hingga sayur sop bening.Namun, yang paling menggugah selera Edward adalah sambal buatan Aluna. Siapa sangka, wanita secantik dia sangat pandai membuat sambal."Ini ena
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
reviewsMore