Share

Bab 2. Tugas Berat Sang Pengawal

'Astaga! Saya ini seorang pengawal. Apa mengambil pakaian dalam juga termasuk pekerjaan mengamankan Boss?' Leon bertanya-tanya dalam hatinya. 'Tapi, ini juga termasuk mengamankan aset Nona Jessi,' batinnya.

Laki-laki gagah itu menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu rumah Alan. Lalu masuk ke dalam rumah setelah pelayan di rumah itu mempersilakannya masuk.

"Saya diperintahkan untuk ke kamar Tuan Alan oleh Nona Jessi. Apa anda bisa membantu saya menunjukkan di mana kamarnya?"

"Tentu, Tuan. Silakan ikuti saya!"

Leon berjalan mengekori sang pelayan rumah itu menuju kamar Alan.

"Ini kamarnya, Tuan." Pelayan itu menunjukkan kamar sang tuan, lalu menunduk dengan hormat sebelum pergi meninggalkan Leon. "Saya permisi, Tuan."

"Terima kasih," balas Leon dengan sopan.

Tok tok tok

Leon mundur satu langkah setelah mengetuk kamar kekasih bosnya.

Alan membuka pintu kamarnya, lalu bertanya kepada laki-laki tegap yang berdiri di depan pintu kamar. "Ada apa?" 

"Selamat siang, Tuan. Saya disuruh Nona Jessi mengambil pakaian dalamnya yang tertinggal." Leon menunduk hormat kepada laki-laki tampan yang hanya memakai handuk yang melilit di pinggangnya.

Alan menoleh ke belakang, matanya tertuju pada kacamata ajaib yang tergeletak di tempat tidurnya. 

Ia pun berjalan ke tempat tidur untuk mengambil pakaian dalam sang kekasih, lalu memberikannya kepada Leon. "Berikan pada wanitaku, jangan kau jadikan jimat!"

"Baik, Tuan." Lelaki tegap itu mengambil bra dari tangan Alan. "Saya permisi, Tuan," ucap Leon dengan sopan.

Leon keluar dari rumah Alan sambil menenteng bra berenda berwarna hitam. Ia tidak percaya kalau seorang pengawal sepertinya harus mengamankan barang seperti itu.

"Ini, Nona." Leon segera memberikannya kepada Jessi. 

Wanita seksi itu menerimanya. Ia segera masuk ke dalam mobil dan kembali melongok ke luar jendela mobil untuk memanggil sang pengawal yang masih diam mematung.

"Leon, cepatlah!" teriak Jessica Anastasya.

Leon segera menghampiri bosnya, dan masuk ke dalam mobil. Ternyata sang nona sudah membuka kemejanya dan sedang memakai bra berenda itu.

"Maafkan saya, Nona!" Leon hendak keluar lagi, tapi dicegah oleh Jessi.

"Tunggu Leon! Bantu aku untuk mengaitkan bra ini. Aku kesulitan melakukannya." 

Jessi berusaha mengaitkan pengait bra itu tapi ia sangat kesusahan karena terlalu gugup dan terburu-buru.

"Cepatlah, Leon!" 

Jessi sudah membelakangi Leon supaya laki-laki itu melakukan apa yang ia suruh. 

CEO seksi itu merasa kesal dengan pengawalnya yang menjadi lamban tidak seperti biasanya.

"Ba-baik, Nona."

Leon terpaksa melakukan apa yang diperintahkan sang nona. Dengan tangan gemetar ia mengambil ujung pengait itu, dan berusaha mengaitkannya. Ini benar-benar tugas yang berat bagi seorang pengawal.

"Su-sudah, Nona," ucap Leon gugup, lalu kembali membenarkan posisi duduknya. Ia menarik napas pelan, lalu mengembuskannya dengan perlahan sebelum melajukan kendaraannya.

Mobil mewah itu melesat membelah jalanan ibukota. Sepanjang perjalanan Jessi sibuk dengan ponselnya untuk membatalkan janji dengan kekasihnya yang lain.

Leon segera turun dari mobil setelah mobil itu berhenti di depan kantor Beauty Corp.

Pria tegap itu membuka pintu mobil mewah berwarna hitam mengilat. Namun, sang nona masih asyik dengan ponselnya. Setelah beberapa menit barulah Leon memberanikan diri untuk berbicara pada bosnya.

"Kita sudah sampai, Nona."

Jessi tersadar, lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas, kemudian turun dari mobil mewah itu.

Wanita cantik nan seksi itu melangkah dengan anggunnya masuk ke dalam kantor.

Namun, baru beberapa langkah ia sudah menghentikan ayunan kakinya dan berbalik menghadap sang pengawal dengan tatapan yang tajam.

Melihat tatapan sang nona, Leon bertanya-tanya dalam hatinya. 'Apa Nona marah dengan kelancangan saya tadi?'

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Idris
Ceritanya hot ..., aku suka
goodnovel comment avatar
Antony Pakiding
bagus ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status