'Astaga! Saya ini seorang pengawal. Apa mengambil pakaian dalam juga termasuk pekerjaan mengamankan Boss?' Leon bertanya-tanya dalam hatinya. 'Tapi, ini juga termasuk mengamankan aset Nona Jessi,' batinnya.
Laki-laki gagah itu menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu rumah Alan. Lalu masuk ke dalam rumah setelah pelayan di rumah itu mempersilakannya masuk.
"Saya diperintahkan untuk ke kamar Tuan Alan oleh Nona Jessi. Apa anda bisa membantu saya menunjukkan di mana kamarnya?"
"Tentu, Tuan. Silakan ikuti saya!"
Leon berjalan mengekori sang pelayan rumah itu menuju kamar Alan.
"Ini kamarnya, Tuan." Pelayan itu menunjukkan kamar sang tuan, lalu menunduk dengan hormat sebelum pergi meninggalkan Leon. "Saya permisi, Tuan."
"Terima kasih," balas Leon dengan sopan.
Tok tok tok
Leon mundur satu langkah setelah mengetuk kamar kekasih bosnya.
Alan membuka pintu kamarnya, lalu bertanya kepada laki-laki tegap yang berdiri di depan pintu kamar. "Ada apa?"
"Selamat siang, Tuan. Saya disuruh Nona Jessi mengambil pakaian dalamnya yang tertinggal." Leon menunduk hormat kepada laki-laki tampan yang hanya memakai handuk yang melilit di pinggangnya.
Alan menoleh ke belakang, matanya tertuju pada kacamata ajaib yang tergeletak di tempat tidurnya.
Ia pun berjalan ke tempat tidur untuk mengambil pakaian dalam sang kekasih, lalu memberikannya kepada Leon. "Berikan pada wanitaku, jangan kau jadikan jimat!"
"Baik, Tuan." Lelaki tegap itu mengambil bra dari tangan Alan. "Saya permisi, Tuan," ucap Leon dengan sopan.
Leon keluar dari rumah Alan sambil menenteng bra berenda berwarna hitam. Ia tidak percaya kalau seorang pengawal sepertinya harus mengamankan barang seperti itu.
"Ini, Nona." Leon segera memberikannya kepada Jessi.
Wanita seksi itu menerimanya. Ia segera masuk ke dalam mobil dan kembali melongok ke luar jendela mobil untuk memanggil sang pengawal yang masih diam mematung.
"Leon, cepatlah!" teriak Jessica Anastasya.
Leon segera menghampiri bosnya, dan masuk ke dalam mobil. Ternyata sang nona sudah membuka kemejanya dan sedang memakai bra berenda itu.
"Maafkan saya, Nona!" Leon hendak keluar lagi, tapi dicegah oleh Jessi.
"Tunggu Leon! Bantu aku untuk mengaitkan bra ini. Aku kesulitan melakukannya."
Jessi berusaha mengaitkan pengait bra itu tapi ia sangat kesusahan karena terlalu gugup dan terburu-buru.
"Cepatlah, Leon!"
Jessi sudah membelakangi Leon supaya laki-laki itu melakukan apa yang ia suruh.
CEO seksi itu merasa kesal dengan pengawalnya yang menjadi lamban tidak seperti biasanya.
"Ba-baik, Nona."
Leon terpaksa melakukan apa yang diperintahkan sang nona. Dengan tangan gemetar ia mengambil ujung pengait itu, dan berusaha mengaitkannya. Ini benar-benar tugas yang berat bagi seorang pengawal.
"Su-sudah, Nona," ucap Leon gugup, lalu kembali membenarkan posisi duduknya. Ia menarik napas pelan, lalu mengembuskannya dengan perlahan sebelum melajukan kendaraannya.
Mobil mewah itu melesat membelah jalanan ibukota. Sepanjang perjalanan Jessi sibuk dengan ponselnya untuk membatalkan janji dengan kekasihnya yang lain.
Leon segera turun dari mobil setelah mobil itu berhenti di depan kantor Beauty Corp.
Pria tegap itu membuka pintu mobil mewah berwarna hitam mengilat. Namun, sang nona masih asyik dengan ponselnya. Setelah beberapa menit barulah Leon memberanikan diri untuk berbicara pada bosnya.
"Kita sudah sampai, Nona."
Jessi tersadar, lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas, kemudian turun dari mobil mewah itu.
Wanita cantik nan seksi itu melangkah dengan anggunnya masuk ke dalam kantor.
Namun, baru beberapa langkah ia sudah menghentikan ayunan kakinya dan berbalik menghadap sang pengawal dengan tatapan yang tajam.
Melihat tatapan sang nona, Leon bertanya-tanya dalam hatinya. 'Apa Nona marah dengan kelancangan saya tadi?'
"Leon!""Iya, Nona."Leon menunduk hormat di hadapan Jessi, Boss yang siang malam ia jaga."Apa penampilanku sudah oke?"Jessi berputar di hadapan sang pengawal. Ia khawatir ada yang aneh lagi dalam penampilannya."Sudah, Nona.""Oke. Terima kasih."Leon merasa lega, ternyata sang nona hanya mengkhawatirkan penampilannya. Ia pikir wanita cantik itu akan marah karena kelancangannyaPenguasa Beauty Corporation itu kembali mengayunkan langkahnya setelah mendengar ucapan sang pengawal, orang setia yang selalu ada untuknya dalam keadaan apa pun.Dengan langkah panjangnya, Leon menyusul sang boss yang berjalan dengan tergesa.Tiba-tiba Jessi menghentikan langkahnya. Dia berkata tanpa menoleh ke belakang. "Leon, kamu harus ikut masuk ke ruanganku!""Baik, Nona."Leon tidak bisa membantah perintah boss-nya karena memang tugasnya adalah selalu berada di samping CEO seksi itu untuk menjaganya.Tan
"Jes ...!"Tuan Jason bangun dari duduknya. Laki-laki tua itu sangat kesal mendengar ucapan anaknya."Kalau dalam waktu dekat kamu tidak bisa menyaingi D. R. Corporation, kamu harus menikah! Setuju atau tidak, Papi dan Mami tidak peduli."Kedua orang tua itu pergi meninggalkan ruang kerja anaknya dengan perasaan yang penuh amarah setelah mengancam anak satu-satunya itu."Menikah, menikah, dan menikah! Itu terus yang dipermasalahkan. Apa istimewanya kalau kita menikah? Bukankah hanya akan menambah bebanku saja?"Jessica memijat keningnya sambil menyandarkan tubuhnya pada sofa berwarna krem."Apa setelah menikah, aku akan mendapatkan kekuatan super untuk mengalahkan D. R. Corp?"Setelah kedua orang tua bosnya keluar dari ruangan sang CEO, Leon memasuki ruangan itu, lalu berdiri di hadapan sang nona."Ada yang bisa saya bantu, Nona?"Jessi menegakkan duduknya, lalu berkata, "Buatkan aku kopi seperti biasa!""Baik, No
"Maafkan saya, Nona." Leon menunduk hormat kepada wanita yang menggunakan handuk kimono berwarna putih. "Saya hanya melihat lukisan ini.""Ya ... lukisan itu memang sangat menarik."Jessi berjalan mendekati aroma kopi hitam racikan sang pengawal yang sudah menguar memasuki penciumannya.Wanita yang terlihat sangat cantik walau tanpa riasan itu duduk di sofa berwarna putih dengan menumpangkan kakinya, hingga paha mulusnya terlihat oleh laki-laki tegap yang berdiri di hadapannya.Jessi mengambil cangkir kopi, lalu menyeruput minuman berwarna hitam yang masih mengepulkan asap itu."Maafkan saya sudah lancang, Nona. Kalau begitu saya permisi dulu."CEO seksi itu menaruh kembali cangkirnya di atas meja. Lalu tersenyum tipis melihat sang pengawal yang menundukkan pandangan tanpa berani menatapnya.'Leon, apa kamu bukan laki-laki normal?' Jessica mengejek pengawalnya dalam hati karena menurutnya laki-laki itu terlihat biasa saja,
"Jes, bukankah kalau kita menikah, perusahaan kita akan bersatu dan menjadi tambah kuat? Kita bisa menyaingi perusahaan keluarga Karl, bahkan kita bisa menjadi lebih kuat dari D. R Corporation. Itu bukan ide yang buruk 'kan?" Jessi mendorong kekasihnya, hingga pemuda itu jatuh di sebelahnya berbaring. "Aku tidak mau karierku terhambat karena pernikahan." Jessi bangun dan berdiri, dia mengikat kembali tali handuk kimononya dengan cepat. Jimmy juga bangun dan langsung memeluk wanita seksi itu dari belakang. "Aku akan membebaskanmu, aku tidak akan mengekang, walau kita sudah menikah. Aku hanya ingin memilikimu karena aku tidak mau kehilangan wanita secantik dirimu." "Kalau kamu hanya ingin membahas pernikahan, lebih baik kamu pulang saja! Sudah aku katakan sejak lama, aku tidak ingin menikah sebelum pencapaian karierku sampai puncak." Entah kenapa Jessi merasa kesal jika para kekasihnya membahas tentang pernikahan. Dalam hubungannya pun tidak per
Jarum jam telah menunjukkan pukul dua dini hari. Jessica dan Jimmy baru selesai dengan pergulatannya. Namun, Jessi sudah mengusir laki-laki yang menjadi teman kencannya."Kamu pulanglah, jangan menginap di rumahku!" titah wanita bertubuh sintal itu kepada laki-laki yang masih berbaring di sampingnya.Jimmy menoleh pada kekasihnya sambil tersenyum. Lalu berkata, "Baiklah."Laki-laki tampan itu turun dari tempat tidur, lalu memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai.“Sayang, apa kamu yakin tidak ingin mengulangnya lagi?” goda pria tampan itu sambil memakai celananya.“Aku sudah lelah, Jimmy,” sahut wanita yang masih polos tanpa benang sehelai pun di tubuhnya.“Tapi sepertinya tubuhmu masih ingin aku sentuh,” kata laki-laki yang baru saja selesai memakai celanannya.Saat pria yang masih bertelanjang dada itu naik ke tempat tidur, Jessi langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
Leon merasa lega, ternyata Jessi hanya mengambil ponsel yang ia taruh di atas meja yang ada di bawah lukisan.Ia pikir sang nona mengetahui kamera tersembunyi yang ia taruh di belakang lukisan itu.“Saya harus segera tidur, besok pasti akan menjadi hari yang sibuk untuk Nona,” gumam pria yang memakai kaus berwarna hitam itu.Tiga jam sudah ia tertidur. Itu sudah lebih dari cukup untuknya beristirahat. Ia harus segera bersiap sebelum sang nona memanggilnya.Dan benar saja, tepat jam tujuh pagi wanita cantik yang sudah berpakaian rapi itu berteriak memanggilnya.“Leon, tolong buatkan aku kopi!” titahnya setelah duduk di kursi dengan meja kaca di depannya.“Baik, Nona.”Leon segera membuatkan kopi untuk bosnya karena memang tidak ada pelayan di rumah itu. Jessi tidak mau aktivitas pribadinya diketahui orang lain selain sang pengawal yang selalu setia menemaninya.Pria jangkung itu tersenyu
Leon maju satu langkah mendekati Jessica, lalu berkata, “Iya, Nona.” Walau sebenarnya ia khawatir sang nona mencurigainya, tapi Leon bersikap setenang mungkin. “Buatkan kopi untuk aku dan Julie! Aku harus berpikir tenang supaya bisa mencari solusinya.” “Baik, Nona.” Leon segera keluar dari ruangan kerja bosnya. Jessi bangun dari kursi kebesarannya, ia melangkah menuju sofa berwarna abu muda yang ada di dalam ruangan itu. “Tolong bantu aku menyelesaikan masalah ini!” Sekretaris cantik itu mengikuti boss-nya. “Baik, Nona.” “Silakan duduk!” titah Jessi kepada Julie yang masih berdiri di hadapannya. “Terima kasih, Nona.” Julie duduk di hadapan boss-nya. “Julie, beritahu yang lain setengah jam lagi kita meeting!” “Baik, Nona,” sahut Julie, lalu mengambil ponselnya untuk mengumumkan kepada para staf yang bertanggung jawab dengan produk baru itu kalau akan diadakan meeting dadakan. “Sudah saya umumkan,
“Aku sangat bahagia membayangkan laki-laki itu memakai rok. “Jessi bangun dari duduknya dengan lengkungan indah yang menghiasi wajah cantiknya. “Ayo kita meeting sekarang.”Julie pun bangun dari duduknya. “Ayo, Nona, kita harus semangat!”Jessica tertawa penuh kebahagiaan walaupun perusahaannya sedang dalam masalah besar.Leon tersenyum melihat bosnya tertawa bahagia, ia berkata dalam hati sambil mengikuti sang nona dari belakang. ‘Saya akui anda memang cerdas, Nona. Andalah penguasa sebenarnya. Saya harus banyak belajar darimu, Boss.’Leon sama sekali tidak sakit hati mendengar ucapan sang nona karena memang itulah yang sebenarnya terjadi.Benar yang dikatakan wanita itu, memang dengan kecurangan sama saja mencoreng kehormatan sendiri. Ia akui kalau saja perusahaannya tidak melakukan kecurangan, tentu saja Beauty Corporation lah yang ada di atasnya.‘Silakan saja anda mencaci maki