Jessica Anastasya terkulai lemas di bawah kungkungan pria tampan yang bernama Alandro Alvaro, salah satu kekasih CEO seksi itu.
Mereka berdua baru saja meleburkan hasratnya di siang hari. Kedua pimpinan perusahaan besar itu selalu menghabiskan waktu bersama di atas ranjang.
Benda pipih yang berada di samping bantal bergetar. Jessi meraih ponselnya, ternyata ada pesan masuk dari sang mami.
'Kenapa Mami tidak bilang dulu kalau mau pulang?' batin Jessi setelah membaca pesan dari maminya.
Alan masih saja mencumbui tubuh seksi sang kekasih, seolah tidak pernah puas menikmati setiap inci lekuk tubuh putih mulus yang selalu terlihat menggoda ketika wanita itu sibuk dengan ponselnya.
"Kamu sungguh luar biasa, Sayang," puji pemuda tampan yang baru saja bercinta dengan Jessica Anastasya, wanita seksi yang usianya menginjak tiga puluh tahun bulan depan.
"Sudahlah jangan banyak bicara!" tegas wanita bertubuh sintal. "Aku sudah ditunggu."
Ia mendorong tubuh Alan supaya menyingkir dari tubuhnya. Wanita seksi itu bergegas turun dari tempat pergulatan dengan salah satu kekasihnya setelah menerima pesan dari sang mami.
"Kamu mau ke mana, Sayang?" tanya laki-laki dengan tubuh tegap yang masih terbaring sambil menyanggah kepala dengan satu tangannya. "Apa kamu tidak ingin mengulangnya lagi?" goda Alan sembari tersenyum.
"Aku harus cepat kembali," jawabnya, "Mami ada di kantor saat ini," ucap wanita yang akrab disapa Jessi oleh teman-temannya.
Jessi langsung berlari ke kamar mandi yang ada di kamar laki-laki tampan yang juga rekan bisnisnya.
"Santailah, ini masih jam makan siang!" teriak Alan setelah wanita itu menghilang dari balik pintu kamar mandi.
Beberapa menit kemudian Jessi keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk berwarna putih yang melilit di tubuh seksinya.
Ia segera mengenakan pakaiannya di depan laki-laki tampan yang terus memandangnya sambil tersenyum.
"Alan, cepatlah mandi! Bukannya siang ini kamu ada meeting di perusahaanku?" Jessi berjalan menghampiri kekasihnya setelah selesai berpakaian.
"Aku lebih suka meeting berdua denganmu di ranjang ini." Alan menarik Jessi hingga wanita cantik itu terjatuh di atas tubuh tegapnya yang masih polos tanpa sehelai benang pun yang menutupinya. "Apa kamu tidak ingin menikah denganku dan mempunyai anak yang banyak sebagai penerus kita?" tanya Alan setelah berhasil melumat bibir ranum itu untuk kesekian kalinya.
Alan semakin erat memeluk tubuh kekasihnya saat wanita seksi itu berusaha untuk melepaskan diri.
"Alan kita sudah pernah membahas masalah ini. Saat ini aku belum ingin menikah," jawab Jessica, "Sebaiknya kita putus saja, kalau kamu ingin mencari seorang istri."
Jessica Anastasya, seorang CEO seksi yang kecanduan berhubungan badan dengan para kekasihnya. Namun, tidak pernah mau diajak menikah. Menurutnya pernikahan hanya akan membatasi geraknya sebagai wanita karier.
"Baiklah, aku tidak akan mengulangi kata-kata itu lagi, tapi jangan putuskan hubungan ini! Aku terlalu cinta sama kamu, Jes."
Lagi-lagi Alan mengecup bibir seksi sang CEO dengan sangat lembut, melumatnya dan menyesapinya dengan penuh nikmat.
Jessica melepas ciuman itu dengan paksa karena ia sudah ditunggu sang mami di kantor.
"Kalau kamu tidak ingin kita putus, lepaskan aku! Aku sedang terburu-buru. Lain kali kita akan mengulangnya sampai kamu lemas," rayu Jessica sambil membelai wajah tampan kekasihnya.
"Baiklah!" Akhirnya Alan melepaskan tubuh kekasihnya.
Wanita cantik itu segera turun dari tubuh Alan, ia meraih tas yang tergeletak di sofa berwarna hitam, lalu segera keluar dari kamar itu.
Ia berjalan setengah berlari karena sang mami sudah menunggu lama. "Leon, cepat kita kembali ke kantor!" titah Jessi kepada pengawal yang selalu setia menemaninya ke mana pun ia pergi.
Leon tidak bergerak setelah melihat sang nona. Ia masih berdiri mematung sambil menundukkan kepalanya di depan pintu rumah Alan.
"Maafkan saya, Nona. Tapi ...." Leon menundukkan pandangannya, ia tidak berani lagi menatap lama-lama boss seksinya itu.
"Tapi apa? Cepatlah katakan apa yang ingin kamu bicarakan! Aku sudah sangat terlambat!"
Jesicca mendekati Leon yang masih diam mematung. Ia mencengkram dengan lembut rahang tegas sang pengawal. "Apa?"
Leon mendongak, dan terpaksa menatap sang nona. "Itu ... Nona ... apa Nona tidak memakai pakaian dalam?" tanya Leon pelan. Kemudian, menundukkan kembali kepalanya. "Maafkan saya yang sudah lancang, Nona!"
Leon laki-laki yang normal, ia khawatir akan berhasrat jika lama-lama memandang bukit kenikmatan sang nona yang terlihat jelas karena kemeja yang dikenakannya sangat tipis, terlebih lagi wanita seksi itu tidak memakai bra yang membuat puncak bukit itu terlihat menonjol.
Jessi langsung meraba tubuhnya, "Astaga! Kenapa aku bisa lupa?"
Jessi tidak mau masuk kembali ke dalam rumah Alan, pasti laki-laki itu menggodanya lagi dan akan semakin membuang waktu. Akhirnya ia menyuruh sang pengawal untuk masuk ke dalam rumah kekasihnya.
"Leon, cepat ambil bra saya di dalam kamar Alan!"
'Astaga! Saya ini seorang pengawal. Apa mengambil pakaian dalam juga termasuk pekerjaan mengamankan Boss?' Leon bertanya-tanya dalam hatinya. 'Tapi, ini juga termasuk mengamankan aset Nona Jessi,' batinnya.Laki-laki gagah itu menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu rumah Alan. Lalu masuk ke dalam rumah setelah pelayan di rumah itu mempersilakannya masuk."Saya diperintahkan untuk ke kamar Tuan Alan oleh Nona Jessi. Apa anda bisa membantu saya menunjukkan di mana kamarnya?""Tentu, Tuan. Silakan ikuti saya!"Leon berjalan mengekori sang pelayan rumah itu menuju kamar Alan."Ini kamarnya, Tuan." Pelayan itu menunjukkan kamar sang tuan, lalu menunduk dengan hormat sebelum pergi meninggalkan Leon. "Saya permisi, Tuan.""Terima kasih," balas Leon dengan sopan.Tok tok tokLeon mundur satu langkah setelah mengetuk kamar kekasih bosnya.Alan membuka pintu kamarnya, lalu bertanya kepada laki-laki tegap yang berdiri di
"Leon!""Iya, Nona."Leon menunduk hormat di hadapan Jessi, Boss yang siang malam ia jaga."Apa penampilanku sudah oke?"Jessi berputar di hadapan sang pengawal. Ia khawatir ada yang aneh lagi dalam penampilannya."Sudah, Nona.""Oke. Terima kasih."Leon merasa lega, ternyata sang nona hanya mengkhawatirkan penampilannya. Ia pikir wanita cantik itu akan marah karena kelancangannyaPenguasa Beauty Corporation itu kembali mengayunkan langkahnya setelah mendengar ucapan sang pengawal, orang setia yang selalu ada untuknya dalam keadaan apa pun.Dengan langkah panjangnya, Leon menyusul sang boss yang berjalan dengan tergesa.Tiba-tiba Jessi menghentikan langkahnya. Dia berkata tanpa menoleh ke belakang. "Leon, kamu harus ikut masuk ke ruanganku!""Baik, Nona."Leon tidak bisa membantah perintah boss-nya karena memang tugasnya adalah selalu berada di samping CEO seksi itu untuk menjaganya.Tan
"Jes ...!"Tuan Jason bangun dari duduknya. Laki-laki tua itu sangat kesal mendengar ucapan anaknya."Kalau dalam waktu dekat kamu tidak bisa menyaingi D. R. Corporation, kamu harus menikah! Setuju atau tidak, Papi dan Mami tidak peduli."Kedua orang tua itu pergi meninggalkan ruang kerja anaknya dengan perasaan yang penuh amarah setelah mengancam anak satu-satunya itu."Menikah, menikah, dan menikah! Itu terus yang dipermasalahkan. Apa istimewanya kalau kita menikah? Bukankah hanya akan menambah bebanku saja?"Jessica memijat keningnya sambil menyandarkan tubuhnya pada sofa berwarna krem."Apa setelah menikah, aku akan mendapatkan kekuatan super untuk mengalahkan D. R. Corp?"Setelah kedua orang tua bosnya keluar dari ruangan sang CEO, Leon memasuki ruangan itu, lalu berdiri di hadapan sang nona."Ada yang bisa saya bantu, Nona?"Jessi menegakkan duduknya, lalu berkata, "Buatkan aku kopi seperti biasa!""Baik, No
"Maafkan saya, Nona." Leon menunduk hormat kepada wanita yang menggunakan handuk kimono berwarna putih. "Saya hanya melihat lukisan ini.""Ya ... lukisan itu memang sangat menarik."Jessi berjalan mendekati aroma kopi hitam racikan sang pengawal yang sudah menguar memasuki penciumannya.Wanita yang terlihat sangat cantik walau tanpa riasan itu duduk di sofa berwarna putih dengan menumpangkan kakinya, hingga paha mulusnya terlihat oleh laki-laki tegap yang berdiri di hadapannya.Jessi mengambil cangkir kopi, lalu menyeruput minuman berwarna hitam yang masih mengepulkan asap itu."Maafkan saya sudah lancang, Nona. Kalau begitu saya permisi dulu."CEO seksi itu menaruh kembali cangkirnya di atas meja. Lalu tersenyum tipis melihat sang pengawal yang menundukkan pandangan tanpa berani menatapnya.'Leon, apa kamu bukan laki-laki normal?' Jessica mengejek pengawalnya dalam hati karena menurutnya laki-laki itu terlihat biasa saja,
"Jes, bukankah kalau kita menikah, perusahaan kita akan bersatu dan menjadi tambah kuat? Kita bisa menyaingi perusahaan keluarga Karl, bahkan kita bisa menjadi lebih kuat dari D. R Corporation. Itu bukan ide yang buruk 'kan?" Jessi mendorong kekasihnya, hingga pemuda itu jatuh di sebelahnya berbaring. "Aku tidak mau karierku terhambat karena pernikahan." Jessi bangun dan berdiri, dia mengikat kembali tali handuk kimononya dengan cepat. Jimmy juga bangun dan langsung memeluk wanita seksi itu dari belakang. "Aku akan membebaskanmu, aku tidak akan mengekang, walau kita sudah menikah. Aku hanya ingin memilikimu karena aku tidak mau kehilangan wanita secantik dirimu." "Kalau kamu hanya ingin membahas pernikahan, lebih baik kamu pulang saja! Sudah aku katakan sejak lama, aku tidak ingin menikah sebelum pencapaian karierku sampai puncak." Entah kenapa Jessi merasa kesal jika para kekasihnya membahas tentang pernikahan. Dalam hubungannya pun tidak per
Jarum jam telah menunjukkan pukul dua dini hari. Jessica dan Jimmy baru selesai dengan pergulatannya. Namun, Jessi sudah mengusir laki-laki yang menjadi teman kencannya."Kamu pulanglah, jangan menginap di rumahku!" titah wanita bertubuh sintal itu kepada laki-laki yang masih berbaring di sampingnya.Jimmy menoleh pada kekasihnya sambil tersenyum. Lalu berkata, "Baiklah."Laki-laki tampan itu turun dari tempat tidur, lalu memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai.“Sayang, apa kamu yakin tidak ingin mengulangnya lagi?” goda pria tampan itu sambil memakai celananya.“Aku sudah lelah, Jimmy,” sahut wanita yang masih polos tanpa benang sehelai pun di tubuhnya.“Tapi sepertinya tubuhmu masih ingin aku sentuh,” kata laki-laki yang baru saja selesai memakai celanannya.Saat pria yang masih bertelanjang dada itu naik ke tempat tidur, Jessi langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
Leon merasa lega, ternyata Jessi hanya mengambil ponsel yang ia taruh di atas meja yang ada di bawah lukisan.Ia pikir sang nona mengetahui kamera tersembunyi yang ia taruh di belakang lukisan itu.“Saya harus segera tidur, besok pasti akan menjadi hari yang sibuk untuk Nona,” gumam pria yang memakai kaus berwarna hitam itu.Tiga jam sudah ia tertidur. Itu sudah lebih dari cukup untuknya beristirahat. Ia harus segera bersiap sebelum sang nona memanggilnya.Dan benar saja, tepat jam tujuh pagi wanita cantik yang sudah berpakaian rapi itu berteriak memanggilnya.“Leon, tolong buatkan aku kopi!” titahnya setelah duduk di kursi dengan meja kaca di depannya.“Baik, Nona.”Leon segera membuatkan kopi untuk bosnya karena memang tidak ada pelayan di rumah itu. Jessi tidak mau aktivitas pribadinya diketahui orang lain selain sang pengawal yang selalu setia menemaninya.Pria jangkung itu tersenyu
Leon maju satu langkah mendekati Jessica, lalu berkata, “Iya, Nona.” Walau sebenarnya ia khawatir sang nona mencurigainya, tapi Leon bersikap setenang mungkin. “Buatkan kopi untuk aku dan Julie! Aku harus berpikir tenang supaya bisa mencari solusinya.” “Baik, Nona.” Leon segera keluar dari ruangan kerja bosnya. Jessi bangun dari kursi kebesarannya, ia melangkah menuju sofa berwarna abu muda yang ada di dalam ruangan itu. “Tolong bantu aku menyelesaikan masalah ini!” Sekretaris cantik itu mengikuti boss-nya. “Baik, Nona.” “Silakan duduk!” titah Jessi kepada Julie yang masih berdiri di hadapannya. “Terima kasih, Nona.” Julie duduk di hadapan boss-nya. “Julie, beritahu yang lain setengah jam lagi kita meeting!” “Baik, Nona,” sahut Julie, lalu mengambil ponselnya untuk mengumumkan kepada para staf yang bertanggung jawab dengan produk baru itu kalau akan diadakan meeting dadakan. “Sudah saya umumkan,