"Leon!"
"Iya, Nona."
Leon menunduk hormat di hadapan Jessi, Boss yang siang malam ia jaga.
"Apa penampilanku sudah oke?"
Jessi berputar di hadapan sang pengawal. Ia khawatir ada yang aneh lagi dalam penampilannya.
"Sudah, Nona."
"Oke. Terima kasih."
Leon merasa lega, ternyata sang nona hanya mengkhawatirkan penampilannya. Ia pikir wanita cantik itu akan marah karena kelancangannya
Penguasa Beauty Corporation itu kembali mengayunkan langkahnya setelah mendengar ucapan sang pengawal, orang setia yang selalu ada untuknya dalam keadaan apa pun.
Dengan langkah panjangnya, Leon menyusul sang boss yang berjalan dengan tergesa.
Tiba-tiba Jessi menghentikan langkahnya. Dia berkata tanpa menoleh ke belakang. "Leon, kamu harus ikut masuk ke ruanganku!"
"Baik, Nona."
Leon tidak bisa membantah perintah boss-nya karena memang tugasnya adalah selalu berada di samping CEO seksi itu untuk menjaganya.
Tanpa mengetuk pintu, Jessi masuk ke dalam ruangannya setelah Leon membukakan pintu untuknya.
Ia melenggang masuk, menghampiri kedua orang tuanya dengan diikuti oleh pengawal setia yang selalu siaga dua puluh empat jam.
Laki-laki tegap itu akan selalu berada di ruangan sang boss karena Jessi menginginkan pengawal itu selalu ada di sampingnya.
Leon bukan hanya sekedar seorang pengawal, tapi ia juga merupakan orang kepercayaannya. Hanya Leon lah yang tahu keburukan di balik kesempurnaan sang penguasa Beauty Corporation.
Melihat anaknya datang bersama sang pengawal. Nyonya Alice dan Tuan Jason bangun dari duduknya.
"Jessi, Mami dan Papi ingin bicara serius denganmu, suruh pengawalmu untuk keluar dulu!" titah Nyonya Alice kepada putrinya.
"Dia bukan hanya seorang pengawal bagiku, tapi dia juga orang kepercayaanku. Tidak ada yang tidak ia ketahui tentang diriku."
Leon adalah orang yang selalu melindunginya dan menjaga siang malam, bahkan laki-laki itu selalu mengingatkannya untuk selalu berhati-hati dalam bertindak. Ia sudah sangat memercayai pengawalnya.
"Berhati-hatilah, Jess! Jangan sampai salah langkah karena menaruh kepercayaan terlalu besar kepada orang asing. Biasanya orang terdekatlah yang selalu berkhianat," ucap Nyonya Alice sambil melirik Leon dengan sinis.
"Aku percaya kepada Leon!" tegas Jessi sekali lagi.
Tidak mau ada perdebatan antara Boss dan orang tuanya, Leon memilih untuk keluar dari ruangan itu.
"Saya menunggu di luar saja, Nona. Ini urusan keluarga, saya tidak berhak mendengarnya."
Leon menunduk hormat kepada orang-orang yang berada di dalam ruangan itu sebelum pergi.
Jessi duduk di hadapan Mami dan papinya yang duduk lebih dulu setelah Leon pergi. Ia tidak berbicara lagi tentang pengawalnya karena percuma saja berdebat dengan kedua orang tua itu.
"Sebenarnya apa yang ingin Mami dan Papi bicarakan? Kenapa Leon tidak boleh mengetahuinya?"
"Jess, dengarkan Papi dan Mami! D. R. Corp sudah selangkah lebih maju dari perusahaan kita sejak perusahaan itu dipimpin oleh penerus keluar Karl. Kamu membutuhkan dukungan dari perusahaan pesaingnya supaya Beauty Corporation menjadi lebih kuat."
"Dukungan yang seperti apa?"
"Kamu harus menikah dengan Tuan Muda Alandro Alvaro!" ucap sang papi dengan tegas.
"Pi, menikah bukan solusi satu-satunya," sahut Jessi. "Tanpa harus menikah pun aku sudah mempunyai hubungan baik dengan perusahaan yang dipimpin oleh Tuan Alan."
Jessica Anastasya melakukan hubungan terlarang untuk menjalin hubungan baik terhadap rekan bisnisnya dengan cara berbeda.
"Menikah akan lebih baik. Kalian bisa bersatu untuk mengalahkan D.R Corp."
"Menikah hanya akan membatasi karierku saja. Aku akan mempunyai tugas baru sebagai seorang istri dan itu akan menghambat langkahku."
"D. R Corp sudah berada di depan Beauty Corp, inget itu Jessica Anastasya! Bagaimana caranya kamu akan mengejar ketinggalanmu?" Nyonya Alice melipat kedua tangannya di bawah dada dengan seringai penuh ejekan kepada anaknya.
"Siapa pimpinan baru perusahaan itu?" tanya Jessi penasaran.
"Hans Leonard Karl," jawab Tuan Jason. "Pewaris tunggal keluarga Karl. Sampai detik ini tidak ada yang mengenalinya. Sepertinya mereka merahasiakan CEO baru itu."
"Tuan Hans," gumam Jessi.
Seringai licik terukir di sudut bibir CEO cantik yang dikagumi banyak pengusaha itu. 'Aku akan mencari tahu siapa dia. Tidak ada yang bisa menolak pesonaku,' ucap Jessi dalam hatinya.
"Tuan muda keluarga Karl tinggal di luar negeri. Tapi, beredar kabar beliau sudah ada di negeri ini."
"Baiklah. Mami, Papi, aku janji tidak akan mengecewakan kalian. Jangan pernah memaksaku untuk menikah karena itu tidak akan pernah terjadi!" tegas Jessi. "Kalian tidak usah khawatir, aku akan menangani masalah ini dengan baik."
"Jes, kamu sudah tiga puluh tahun, kalau tidak menikah bagaimana kamu akan mendapatkan keturunan untuk mendapatkan penerus yang akan meneruskan perusahaan ini?" tanya sang mami yang sangat menginginkan seorang cucu untuk penerus keluarganya.
Dengan santainya Jessi menjawab. "Aku bisa saja melahirkan anak tanpa harus menikah."
"Jes ...!"Tuan Jason bangun dari duduknya. Laki-laki tua itu sangat kesal mendengar ucapan anaknya."Kalau dalam waktu dekat kamu tidak bisa menyaingi D. R. Corporation, kamu harus menikah! Setuju atau tidak, Papi dan Mami tidak peduli."Kedua orang tua itu pergi meninggalkan ruang kerja anaknya dengan perasaan yang penuh amarah setelah mengancam anak satu-satunya itu."Menikah, menikah, dan menikah! Itu terus yang dipermasalahkan. Apa istimewanya kalau kita menikah? Bukankah hanya akan menambah bebanku saja?"Jessica memijat keningnya sambil menyandarkan tubuhnya pada sofa berwarna krem."Apa setelah menikah, aku akan mendapatkan kekuatan super untuk mengalahkan D. R. Corp?"Setelah kedua orang tua bosnya keluar dari ruangan sang CEO, Leon memasuki ruangan itu, lalu berdiri di hadapan sang nona."Ada yang bisa saya bantu, Nona?"Jessi menegakkan duduknya, lalu berkata, "Buatkan aku kopi seperti biasa!""Baik, No
"Maafkan saya, Nona." Leon menunduk hormat kepada wanita yang menggunakan handuk kimono berwarna putih. "Saya hanya melihat lukisan ini.""Ya ... lukisan itu memang sangat menarik."Jessi berjalan mendekati aroma kopi hitam racikan sang pengawal yang sudah menguar memasuki penciumannya.Wanita yang terlihat sangat cantik walau tanpa riasan itu duduk di sofa berwarna putih dengan menumpangkan kakinya, hingga paha mulusnya terlihat oleh laki-laki tegap yang berdiri di hadapannya.Jessi mengambil cangkir kopi, lalu menyeruput minuman berwarna hitam yang masih mengepulkan asap itu."Maafkan saya sudah lancang, Nona. Kalau begitu saya permisi dulu."CEO seksi itu menaruh kembali cangkirnya di atas meja. Lalu tersenyum tipis melihat sang pengawal yang menundukkan pandangan tanpa berani menatapnya.'Leon, apa kamu bukan laki-laki normal?' Jessica mengejek pengawalnya dalam hati karena menurutnya laki-laki itu terlihat biasa saja,
"Jes, bukankah kalau kita menikah, perusahaan kita akan bersatu dan menjadi tambah kuat? Kita bisa menyaingi perusahaan keluarga Karl, bahkan kita bisa menjadi lebih kuat dari D. R Corporation. Itu bukan ide yang buruk 'kan?" Jessi mendorong kekasihnya, hingga pemuda itu jatuh di sebelahnya berbaring. "Aku tidak mau karierku terhambat karena pernikahan." Jessi bangun dan berdiri, dia mengikat kembali tali handuk kimononya dengan cepat. Jimmy juga bangun dan langsung memeluk wanita seksi itu dari belakang. "Aku akan membebaskanmu, aku tidak akan mengekang, walau kita sudah menikah. Aku hanya ingin memilikimu karena aku tidak mau kehilangan wanita secantik dirimu." "Kalau kamu hanya ingin membahas pernikahan, lebih baik kamu pulang saja! Sudah aku katakan sejak lama, aku tidak ingin menikah sebelum pencapaian karierku sampai puncak." Entah kenapa Jessi merasa kesal jika para kekasihnya membahas tentang pernikahan. Dalam hubungannya pun tidak per
Jarum jam telah menunjukkan pukul dua dini hari. Jessica dan Jimmy baru selesai dengan pergulatannya. Namun, Jessi sudah mengusir laki-laki yang menjadi teman kencannya."Kamu pulanglah, jangan menginap di rumahku!" titah wanita bertubuh sintal itu kepada laki-laki yang masih berbaring di sampingnya.Jimmy menoleh pada kekasihnya sambil tersenyum. Lalu berkata, "Baiklah."Laki-laki tampan itu turun dari tempat tidur, lalu memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai.“Sayang, apa kamu yakin tidak ingin mengulangnya lagi?” goda pria tampan itu sambil memakai celananya.“Aku sudah lelah, Jimmy,” sahut wanita yang masih polos tanpa benang sehelai pun di tubuhnya.“Tapi sepertinya tubuhmu masih ingin aku sentuh,” kata laki-laki yang baru saja selesai memakai celanannya.Saat pria yang masih bertelanjang dada itu naik ke tempat tidur, Jessi langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
Leon merasa lega, ternyata Jessi hanya mengambil ponsel yang ia taruh di atas meja yang ada di bawah lukisan.Ia pikir sang nona mengetahui kamera tersembunyi yang ia taruh di belakang lukisan itu.“Saya harus segera tidur, besok pasti akan menjadi hari yang sibuk untuk Nona,” gumam pria yang memakai kaus berwarna hitam itu.Tiga jam sudah ia tertidur. Itu sudah lebih dari cukup untuknya beristirahat. Ia harus segera bersiap sebelum sang nona memanggilnya.Dan benar saja, tepat jam tujuh pagi wanita cantik yang sudah berpakaian rapi itu berteriak memanggilnya.“Leon, tolong buatkan aku kopi!” titahnya setelah duduk di kursi dengan meja kaca di depannya.“Baik, Nona.”Leon segera membuatkan kopi untuk bosnya karena memang tidak ada pelayan di rumah itu. Jessi tidak mau aktivitas pribadinya diketahui orang lain selain sang pengawal yang selalu setia menemaninya.Pria jangkung itu tersenyu
Leon maju satu langkah mendekati Jessica, lalu berkata, “Iya, Nona.” Walau sebenarnya ia khawatir sang nona mencurigainya, tapi Leon bersikap setenang mungkin. “Buatkan kopi untuk aku dan Julie! Aku harus berpikir tenang supaya bisa mencari solusinya.” “Baik, Nona.” Leon segera keluar dari ruangan kerja bosnya. Jessi bangun dari kursi kebesarannya, ia melangkah menuju sofa berwarna abu muda yang ada di dalam ruangan itu. “Tolong bantu aku menyelesaikan masalah ini!” Sekretaris cantik itu mengikuti boss-nya. “Baik, Nona.” “Silakan duduk!” titah Jessi kepada Julie yang masih berdiri di hadapannya. “Terima kasih, Nona.” Julie duduk di hadapan boss-nya. “Julie, beritahu yang lain setengah jam lagi kita meeting!” “Baik, Nona,” sahut Julie, lalu mengambil ponselnya untuk mengumumkan kepada para staf yang bertanggung jawab dengan produk baru itu kalau akan diadakan meeting dadakan. “Sudah saya umumkan,
“Aku sangat bahagia membayangkan laki-laki itu memakai rok. “Jessi bangun dari duduknya dengan lengkungan indah yang menghiasi wajah cantiknya. “Ayo kita meeting sekarang.”Julie pun bangun dari duduknya. “Ayo, Nona, kita harus semangat!”Jessica tertawa penuh kebahagiaan walaupun perusahaannya sedang dalam masalah besar.Leon tersenyum melihat bosnya tertawa bahagia, ia berkata dalam hati sambil mengikuti sang nona dari belakang. ‘Saya akui anda memang cerdas, Nona. Andalah penguasa sebenarnya. Saya harus banyak belajar darimu, Boss.’Leon sama sekali tidak sakit hati mendengar ucapan sang nona karena memang itulah yang sebenarnya terjadi.Benar yang dikatakan wanita itu, memang dengan kecurangan sama saja mencoreng kehormatan sendiri. Ia akui kalau saja perusahaannya tidak melakukan kecurangan, tentu saja Beauty Corporation lah yang ada di atasnya.‘Silakan saja anda mencaci maki
“Ya ampun saya tidak menyangka, padahal para staf tadi rata-rata sudah lima sampai sepuluh tahun bekerja di perusahaan ini, tapi dengan mudahnya dia berkhianat,” sahut Julie. “Kalau Nona sudah tahu kenapa tidak ditanya langsung kepada orangnya?”“Aku ingin dia sendiri yang mengakuinya," sahut Jessi. "Ada untungnya juga di balik kejadian ini, kita jadi tahu siapa lawan siapa teman. Aku yakin masih banyak pengkhianat di antara kita.”“Anda harus tetap berhati-hati, Nona! Jangan mudah percaya kepada orang. Sekali pun kepada saya, anda harus curiga. Manusia kalau sudah kepepet apa pun pasti dilakukannya.”"Maksudmu?""Mungkin si pengkhianat itu sedang terdesak atau ada ancaman mungkin, maka dari itu ia berani melakukan hal kotor."“Terima kasih, Julie.” Jessi tersenyum pada wanita cantik itu. “Semoga kamu juga tidak mengkhianatiku.”“Saya akan selalu mengendalikan piki