"Jes, bukankah kalau kita menikah, perusahaan kita akan bersatu dan menjadi tambah kuat? Kita bisa menyaingi perusahaan keluarga Karl, bahkan kita bisa menjadi lebih kuat dari D. R Corporation. Itu bukan ide yang buruk 'kan?"
Jessi mendorong kekasihnya, hingga pemuda itu jatuh di sebelahnya berbaring. "Aku tidak mau karierku terhambat karena pernikahan."
Jessi bangun dan berdiri, dia mengikat kembali tali handuk kimononya dengan cepat.
Jimmy juga bangun dan langsung memeluk wanita seksi itu dari belakang. "Aku akan membebaskanmu, aku tidak akan mengekang, walau kita sudah menikah. Aku hanya ingin memilikimu karena aku tidak mau kehilangan wanita secantik dirimu."
"Kalau kamu hanya ingin membahas pernikahan, lebih baik kamu pulang saja! Sudah aku katakan sejak lama, aku tidak ingin menikah sebelum pencapaian karierku sampai puncak."
Entah kenapa Jessi merasa kesal jika para kekasihnya membahas tentang pernikahan. Dalam hubungannya pun tidak pernah ada yang dianggapnya dengan serius.
Tidak ada cinta yang ia rasakan terhadap sang kekasih. Jessi hanya ingin bersenang-senang sekaligus memanfaatkan laki-laki yang telah menikmati tubuhnya.
"Ok ok ... aku tidak akan membahas tentang pernikahan lagi, yang penting aku masih tetap bisa bersamamu." Jimmy kembali menciumi leher jenjang wanita seksi itu, namun Jessi sudah tidak berhasrat lagi.
Dia begitu kesal jika membicarakan pernikahan. Setiap wanita yang menikah sudah pasti akan tunduk kepada suaminya. Dan dia tidak mau hal itu terjadi padanya.
Menurutnya derajat seorang wanita dan laki-laki itu sama saja, tidak bisa dibanding-bandingkan.
Namun, wanita yang sudah menikah sudah dipastikan tidak bisa sebebas wanita lajang, itulah yang ada di pikiran Jessi dan dia berusaha untuk menghindarinya.
"Sayang ... ayolah! Aku janji tidak akan pernah membicarakan tentang pernikahan lagi."
Jimmy tahu kalau Jessi sudah tidak ingin bercinta lagi karena ia selalu membahas tentang pernikahan.
Namun, ia tidak mau sia-sia. Kedatangannya memang hanya untuk bersenang-senang dengan kekasihnya itu.
"Pulanglah! Aku tidak ingin melakukannya sekarang." Amarahnya membuat gairah bercintanya hilang. Ia sudah tidak berhasrat lagi terhadap Jimmy.
"Baiklah, kalau kamu tidak ingin melakukannya sekarang, besok pagi saja. Sekarang ayolah kita tidur. Aku ingin bersamamu malam ini."
Jimmy menciumi leher kekasihnya sambil meraba-raba tubuh sang kekasih. "Aku sangat menginginkanmu malam ini, tapi aku akan menghargaimu, ayo kita tidur saja!" Jimmy berpura-pura mengajaknya tidur.
Dengan begitu ia yakin Jessi mau melayaninya karena dia tahu Jessi tidak akan pernah mengizinkannya bermalam di rumahnya.
'Terpaksa aku harus melayaninya supaya dia cepat pergi dari sini. Sial sekali aku hari ini,' gumam Jessi dalam hatinya sambil mengembuskan napasnya dengan kasar.
Akhirnya wanita seksi itu pasrah dan menikmati setiap sentuhan yang dilakukan sang kekasih.
Pria tampan itu tersenyum saat Jessi sudah tidak memberontak lagi. Jimmy menarik tali handuk kimono sang kekasih, lalu menjatuhkannya, hingga wanita seksi itu terlihat semakin sempurna jika tanpa busana.
"Sungguh indah ciptaan-Mu," ucapnya saat ia membalikkan tubuh sang kekasih, hingga berhadapan dengannya.
"Aku tidak bisa menolakmu, Sayang." Jessi mendorong laki-laki itu hingga jatuh terlentang di tempat tidur.
"Kamu sudah siap, Jimmy?"
Jessi menatap pria itu dengan penuh minat sambil melucuti pakaian yang menempel di tubuh sang kekasih.
Saat semua pakaian sang kekasih terlepas dari tubuh kekarnya, Jessi merendahkan kepalanya tepat di daerah sensitif Jimmy.
Jarum jam telah menunjukkan pukul dua dini hari. Jessica dan Jimmy baru selesai dengan pergulatannya. Namun, Jessi sudah mengusir laki-laki yang menjadi teman kencannya."Kamu pulanglah, jangan menginap di rumahku!" titah wanita bertubuh sintal itu kepada laki-laki yang masih berbaring di sampingnya.Jimmy menoleh pada kekasihnya sambil tersenyum. Lalu berkata, "Baiklah."Laki-laki tampan itu turun dari tempat tidur, lalu memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai.“Sayang, apa kamu yakin tidak ingin mengulangnya lagi?” goda pria tampan itu sambil memakai celananya.“Aku sudah lelah, Jimmy,” sahut wanita yang masih polos tanpa benang sehelai pun di tubuhnya.“Tapi sepertinya tubuhmu masih ingin aku sentuh,” kata laki-laki yang baru saja selesai memakai celanannya.Saat pria yang masih bertelanjang dada itu naik ke tempat tidur, Jessi langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
Leon merasa lega, ternyata Jessi hanya mengambil ponsel yang ia taruh di atas meja yang ada di bawah lukisan.Ia pikir sang nona mengetahui kamera tersembunyi yang ia taruh di belakang lukisan itu.“Saya harus segera tidur, besok pasti akan menjadi hari yang sibuk untuk Nona,” gumam pria yang memakai kaus berwarna hitam itu.Tiga jam sudah ia tertidur. Itu sudah lebih dari cukup untuknya beristirahat. Ia harus segera bersiap sebelum sang nona memanggilnya.Dan benar saja, tepat jam tujuh pagi wanita cantik yang sudah berpakaian rapi itu berteriak memanggilnya.“Leon, tolong buatkan aku kopi!” titahnya setelah duduk di kursi dengan meja kaca di depannya.“Baik, Nona.”Leon segera membuatkan kopi untuk bosnya karena memang tidak ada pelayan di rumah itu. Jessi tidak mau aktivitas pribadinya diketahui orang lain selain sang pengawal yang selalu setia menemaninya.Pria jangkung itu tersenyu
Leon maju satu langkah mendekati Jessica, lalu berkata, “Iya, Nona.” Walau sebenarnya ia khawatir sang nona mencurigainya, tapi Leon bersikap setenang mungkin. “Buatkan kopi untuk aku dan Julie! Aku harus berpikir tenang supaya bisa mencari solusinya.” “Baik, Nona.” Leon segera keluar dari ruangan kerja bosnya. Jessi bangun dari kursi kebesarannya, ia melangkah menuju sofa berwarna abu muda yang ada di dalam ruangan itu. “Tolong bantu aku menyelesaikan masalah ini!” Sekretaris cantik itu mengikuti boss-nya. “Baik, Nona.” “Silakan duduk!” titah Jessi kepada Julie yang masih berdiri di hadapannya. “Terima kasih, Nona.” Julie duduk di hadapan boss-nya. “Julie, beritahu yang lain setengah jam lagi kita meeting!” “Baik, Nona,” sahut Julie, lalu mengambil ponselnya untuk mengumumkan kepada para staf yang bertanggung jawab dengan produk baru itu kalau akan diadakan meeting dadakan. “Sudah saya umumkan,
“Aku sangat bahagia membayangkan laki-laki itu memakai rok. “Jessi bangun dari duduknya dengan lengkungan indah yang menghiasi wajah cantiknya. “Ayo kita meeting sekarang.”Julie pun bangun dari duduknya. “Ayo, Nona, kita harus semangat!”Jessica tertawa penuh kebahagiaan walaupun perusahaannya sedang dalam masalah besar.Leon tersenyum melihat bosnya tertawa bahagia, ia berkata dalam hati sambil mengikuti sang nona dari belakang. ‘Saya akui anda memang cerdas, Nona. Andalah penguasa sebenarnya. Saya harus banyak belajar darimu, Boss.’Leon sama sekali tidak sakit hati mendengar ucapan sang nona karena memang itulah yang sebenarnya terjadi.Benar yang dikatakan wanita itu, memang dengan kecurangan sama saja mencoreng kehormatan sendiri. Ia akui kalau saja perusahaannya tidak melakukan kecurangan, tentu saja Beauty Corporation lah yang ada di atasnya.‘Silakan saja anda mencaci maki
“Ya ampun saya tidak menyangka, padahal para staf tadi rata-rata sudah lima sampai sepuluh tahun bekerja di perusahaan ini, tapi dengan mudahnya dia berkhianat,” sahut Julie. “Kalau Nona sudah tahu kenapa tidak ditanya langsung kepada orangnya?”“Aku ingin dia sendiri yang mengakuinya," sahut Jessi. "Ada untungnya juga di balik kejadian ini, kita jadi tahu siapa lawan siapa teman. Aku yakin masih banyak pengkhianat di antara kita.”“Anda harus tetap berhati-hati, Nona! Jangan mudah percaya kepada orang. Sekali pun kepada saya, anda harus curiga. Manusia kalau sudah kepepet apa pun pasti dilakukannya.”"Maksudmu?""Mungkin si pengkhianat itu sedang terdesak atau ada ancaman mungkin, maka dari itu ia berani melakukan hal kotor."“Terima kasih, Julie.” Jessi tersenyum pada wanita cantik itu. “Semoga kamu juga tidak mengkhianatiku.”“Saya akan selalu mengendalikan piki
Jessi tidak bisa menolak lagi karena laki-laki itu sudah menutup panggilan teleponnya. “Mereka semakin posesif saja. Aku sudah tidak nyaman dengan Jimmy dan Alan, tapi aku masih membutuhkan mereka.” Jessi memijat pelipisnya sambil memejamkan mata. Ia sadar kalau perbuatannya salah, telah menyakiti hati kedua laki-laki itu. Tapi, ia juga tidak sepenuhnya salah karena menurutnya sama-sama saling menguntungkan. Ia mendapat bantuan dan dukungan dari kedua kekasihnya dan mereka pun mendapat keuntungan dengan menikmati tubuhnya. Wanita cantik itu larut dalam pikirannya sendiri, hinga ia tidak menyadari kalau sang pengawal sudah berdiri di hadapannya. “Apa anda sakit, Nona?” Leon menaruh cangkir kopi itu di meja yang ada di depan sang nona. “Aku tidak apa-apa, hanya sedikit lelah saja." “Sebaiknya Nona istirahat, jangan bekerja terlalu keras!” Walau bagaimanapun Jessi orang yang selama berbulan-bulan dekat dengannya. Walaupun ia ingin menghan
Jessi berhenti mengunyah, ia menatap kekasihnya dengan tatapan yang sulit diartikan, hingga Jimmy merasa kalau wanitanya tersinggung dengan ucapannya. “Lupakan ucapanku yang tadi! Sekarang kita makan lagi.” Jimmy menyendokkan makanan ke dalam mulutnya. “Apa aku terlihat seperti wanita kesepian, walau aku mempunyai dua kekasih yang selalu memuaskanku?” “Tidak, Sayang, maksudku bukan itu.” Jimmy menaruh sendoknya. “Sejujurnya aku hanya cemburu kepada Leon. Dia tingal satu atap denganmu. Dia bisa memandangmu setiap hari sedangkan aku tidak.” “Apa perlu aku jelaskan kembali siapa Leon?” “Tidak perlu. Sudahlah lupakan saja! Aku akan berusaha untuk menjernihkan isi kepalaku ini.” “Baiklah, ayo makan lagi!” Jessi kembali makan makanan yang dibawa Jimmy. “Sayang, apa kamu tidak tersinggung dengan uccapanku tadi? Aku benar-benar minta maaf. Ternyata cemburu itu susah sekali disingkirkan. Aku harus berusaha menahannya supaya tidak menyak
Alan tia-tiba saja muncul. Pria itu berjalan dengan santainya menghampiri sang kekasih. “Oh sedang ada tamu ya,” kata Alan sambil tersenyum ramah. Lalu mengulurkan tangannya pada laki-laki yang bersama kekasihnya. “Selamat siang, Tuan Jimmy.” “Siang, Tuan Alan.” Jimmy bangun dari duduknya lalu menerima uluran tangan itu. Kedua laki-laki itu saling menyapa, sedangkan Jessi hanya duduk bersandar sambil menumpangkan kakinya. Ia terlihat sangat santai, tidak seperti pasangan lainnya yang panik saat tertangkap basah. “Maaf, aku lansung masuk saja karena tidak tahu kalau sedang ada tamu. Sebaiknya aku tunggu di luar.” “Memangnya tidak ada Nona Julie di depan?” tanya Jimmy kepada kekasih pacarnya itu setelah ia kembali terduduk. “Julie sedang makan siang, ini waktunya beristirahat.” Jessi yang menjawab pertanyaan Jimmy. Ia tahu kalau Jimmy pasti sedang cemburu. Kepada Leon saja dia begitu cemburu apalagi kepada Alan yang jelas-jelas b