Share

Bab 5. Strategi

"Maafkan saya, Nona." Leon menunduk hormat kepada wanita yang menggunakan handuk kimono berwarna putih. "Saya hanya melihat lukisan ini."

"Ya ... lukisan itu memang sangat menarik." 

Jessi berjalan mendekati aroma kopi hitam racikan sang pengawal yang sudah menguar memasuki penciumannya.

Wanita yang terlihat sangat cantik walau tanpa riasan itu duduk di sofa berwarna putih dengan menumpangkan kakinya, hingga paha mulusnya terlihat oleh laki-laki tegap yang berdiri di hadapannya.

Jessi mengambil cangkir kopi, lalu menyeruput minuman berwarna hitam yang masih mengepulkan asap itu. 

"Maafkan saya sudah lancang, Nona. Kalau begitu saya permisi dulu."

CEO seksi itu menaruh kembali cangkirnya di atas meja. Lalu tersenyum tipis melihat sang pengawal yang menundukkan pandangan tanpa berani menatapnya.

'Leon, apa kamu bukan laki-laki normal?' Jessica mengejek pengawalnya dalam hati karena menurutnya laki-laki itu terlihat biasa saja, walau ia selalu berpakaian seksi di hadapannya.

"Silakan! Kalau Jimmy sudah datang, suruh langsung ke kamarku!" 

"Baik, Nona."

Leon segera keluar dari kamar sang nona. Laki-laki itu memasuki kamarnya yang ada di sebelah kamar Jessi untuk memeriksa CCTV yang ia pasang di kamar boss-nya.

Jessi meminta Leon untuk menempati kamar yang berdekatan dengan kamarnya supaya ia merasa aman berada dekat dengan laki-laki tegap yang sudah beberapa bulan ini menemaninya.

Setelah semua beres. Leon keluar kamar, lalu pergi ke luar rumah untuk menyambut tamu sang nona.

Benar saja, saat ia keluar, laki-laki tampan berambut klimis yang memakai kemeja berwarna putih keluar dari mobil mewah berwarna hitam mengilat.

"Selamat malam, Tuan Jimmy." Leon menunduk hormat kepada tamu sang nona. "Nona berpesan supaya anda langsung ke kamar saja."

"Terima kasih."

Pemuda jangkung yang mempunyai brewok tipis itu masuk ke dalam rumah kekasihnya dengan senyuman lebar di wajah tampannya. Rahangnya yang tegas, hidung lancip, dan alis yang tebal membuat Jimmy semakin terlihat maskulin.

Laki-laki itu masuk ke kamar sang kekasih tanpa mengetuk pintu terlebih dulu.

"Halo, Sayang."

Jimmy merangkul pinggang kekasihnya, lalu menghadiahi kecupan manis di bibir sang wanitanya.

"Apa kamu begitu merindukanku? Kenapa tiba-tiba menelepon?"

Pria jangkung itu mengangkat tubuh Jessica lalu membawa dan mendudukkannya di tepian tempat tidur. 

"Aku tidak pernah bosan menikmatimu, Sayang. Kamu wanita yang luar biasa. Aku tidak bisa melupakan permainan indahmu."

Jari-jari besar itu mulai meraba handuk kimono dan menarik tali yang terikat di pinggang Jessi.

Jessi menciumi leher pria yang sudah sangat berhasrat terhadapnya. "Jimmy, aku butuh bantuanmu," ucap Jessi di sela-sela ciumannya.

"Apa pun itu, aku akan melakukannya untuk bidadariku," jawab Jimmy dengan napas yang memburu saat tubuh sang kekasih terlihat ketika tali kimomo itu terlepas.

"Kamu sungguh luar biasa. Aku rela menukar nyawaku untukmu, Sayang. Menikahlah denganku, aku akan membahagiakanmu."

Jimmy mendorong pelan wanita bertubuh sintal itu, hingga ia jatuh terlentang di atas kasur.

"Kamu sudah tahu jawabannya 'kan? Untuk sekarang ini aku tidak ingin menikah, aku ingin fokus pada karierku."

"Baiklah, aku minta maaf." Pria tampan itu menatap kekasihnya dengan sangat mendalam seakan berkata, "Aku sangat menginginkanmu."

"Jimmy, apa kamu tahu siapa penerus keluarga Karl? Yang sekarang menjadi CEO D. R Corporation?"

"Aku tidak mengenalnya, tapi aku tahu tentangnya. Satu minggu lagi akan ada pesta di kalangan pengusaha di negeri ini. Menurut informasi Tuan muda Karl akan hadir di pesta itu."

"Bisakah kamu membantuku?" Wanita cantik yang masih menggunakan handuk kimono berwarna putih itu membuka kancing kemeja kekasihnya satu persatu. 

"Aku akan membantumu selagi aku bisa."

Pria itu menyusuri setiap inci tubuh sang kekasih. Ia tidak sadar kalau dirinya telah dimanfaatkan oleh wanita yang mempunyai bibir menggoda itu.

"Sejak D. R Corporation dipegang oleh putra tunggal Tuan Karl, perusahaan itu jauh di atas Beauty Corporation." Jessi melancarkan aksinya sambil membahas strategi yang akan mereka gunakan untuk mengalahkan perusahaan pesaingnya.

Mereka tidak tahu, ada sepasang telinga yang sedang menguping rencana mereka.

"Jes ...."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Husna Amri Jihan A
hadir nyai.. membaca karya2 mu berikut nya...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status