Share

Part-7: Penampakan Sosok Serigala Betina

    Kaget, benar-benar luar biasa kaget. Cici, Vivi, Nining, Wendra, Ganta dan Sapta yang sudah terlebih dahulu berada di dalam ruangan penumpang terperangah hebat. Wajah mereka berenam sontak berubah pucat. Mulut ternganga bego melihat. Mata yang menyaksikan terbelalak bulat. Tak seorang pun dari mereka yang mampu berucap.

     Syahera, Ratih dan Nita yang berada tepat di ambang pintu tak kalahnya tersengatnya. Nyaris saja mereka celaka. Ketiganya serempak terjerit.

     “Buseeeeet...!” Ratih berteriak kaget. Dia langsung terpeleset.

     “Allahuakbar...!” Syahera latah bersorak. Dia sontak terlonjak.

     “Ciat...!” Nita meloncat. Persis menirukan gaya seorang pesilat.

     Kali ini untuk yang ke dua kalinya Nita diteror oleh kejadian misterius yang sama. Dengan mata kepalanya sendiri, Nita kembali menyaksikan bagaimana pintu ruangan penumpang itu tiba-tiba saja kembali terhempas, lalu tertutup rapat. Dirinya kini semakin trauma berat. Wajah pucat, mulut terkatup erat.

     Sejenak Nita mencoba mengatur irama napasnya yang kelewat batas. Menenangkan detak jantungnya yang mencak-mencak tersengat. Mendinginkan benaknya yang menggelegar hebat. Juga mengendurkan urat-urat syarafnya yang tegang terperanjat.

     Namun ... teror ternyata masih saja berlanjut menggerogoti benak Nita. Belum lagi sempat jantung  Nita yang mencak-mencak itu adem, dirinya kini kembali diteror oleh penampakan yang menyeramkan. Sesosok wajah perempuan dilihat oleh Nita tengah mengintip dirinya dari balik kaca pintu ruangan penumpang. Gilanya lagi, wajah perempuan itu bukanlah mirip Cici, Vivi atau Nining yang terperangkap di dalam ruangan. Namun, melainkan mirip dengan wajah Nita sendiri. Bayangkan saja, betapa hebohnya Nita.   

     “Astaga!” Kedua bola mata Nita terpelotot bulat.

     Tak pelak lagi, Nita telak tercengang. Urat syarafnya semakin keras menegang. Jantungnya yang mencak-mencak semakin menyentak garang. Detaknya juga semakin kencang.

     Tak ingin Nita percaya begitu saja dengan penglihatannya. Bola matanya yang terpelotot dia tabok dengan sebegitu kerasnya, berharap penampakan itu sirna. Tapi ternyata penampakan itu masih saja ada.

     “Haaah! Gila, kok masih ada?” Mulut Nita ternganga. Kedua bola matanya kembali terpelotot dengan sempurna.

     Ketakutan dalam benak Nita pun semakin membara. Kedua bola matanya yang terpelotot itu dia gosok-gosok dengan kedua tangan hingga berkali-kali banyaknya. Namun tetap saja sama, penampakan sosok perempuan mirip dengan wajahnya itu masih saja mengintip dirinya dari sana.

     Kedua bola mata Nita yang terpelotot itu kemudian dia picingkan erat karena saking tak percayanya dia. Lalu dibukanya dengan cepat seketika. Aneh, seketika matanya itu dia buka,  jantung Nita yang mencak-mencak semakin menyentak-nyentak. Wajah sosok seorang yang mengintip dirinya tadi ternyata kini telah berubah, bukannya lagi menyerupai Nita, namun berubah menjadi sesosok makhluk berwarna putih. Boleh dikatakan mirip dengan sosok seekor serigala betina seperti apa yang pernah dilihat oleh Nita di saat pertama kali pintu itu terhempas tadi.

     Semakin menyeramkan. Makhluk itu menatap bola mata Nita dengan tajam. Mulutnya bulat menganga. Gigi-giginya berwarna kuning dia peragakan.  Ternyata ada taringnya.       

     Jantung Nita seakan-akan mendadak berhenti memompa menyaksikannya. Darah merah seolah-olah membeku dalam pembuluh nadinya.

     Tak pelak lagi, Nita geger menyaksikan. Dia menjerit-jerit histeris bagai orang kesetanan. “Setaaaaaan....! Nita, Syahera lihat di sana ada setan!” jerit Nita menunjuk-nunjuk ke arah pintu ruangan penumpang. Nita langsung membalikkan badan setelah teriakan. Dia kemudian berhamburan lari tunggang-langgang.

    Jeritan Nita yang histeris itu mengagetkan Ratih dan Syahera yang masih trauma dalam keterkejutan.

    Syahera yang melihat Nita tercengang.

     “Nita ada Apa!” teriak Syahera lantang. Nita tak mempedulikan. Dalam ketakutannya yang teramat sangat, Nita melarikan diri dengan begitu saja menuju ke arah geladak kapal bahagian depan.

     “Nita jangan ke sana, bahaya!” Ratih yang yang juga melihat Nita lari berhamburan langsung memperingatkan. Namun Nita telah keburu menghilang di balik dinding ruangan penumpang.

     “Ya Allah.” Syahera menjerit. Dia buru-buru bangkit menyusul Nita. Dalam pikirannya, Nita sudah pasti berada dalam bahaya.

     Ratih yang melihat Syahera berlarian akhirnya ikut kelabakan mengejar mereka dari belakang. Namun langkah Ratih mendadak dihadang oleh sesuatu yang mengerikan. Dalam sekejap mata, sesosok penampakan makhluk serba putih menyerupai seekor serigala betina tiba-tiba saja muncul tepat di hadapan Ratih. Penampakan itu persis sekali sama seperti apa yang dilihat oleh Nita di balik kaca pintu ruangan penumpang tadi. Anehnya, Syahera sama sekali tak melihat penampakan itu. Dia terus saja memburu Nita yang nekat ngumpet di geladak depan.  

     Benar-benar gempar. Jantung Ratih bagai terkoyak-koyak. Kedua bola matanya bulat terbelalak.

     “Setan! Setan! Setan!” Ratih juga ikut-ikutan berteriak.

     Makhluk itu marah mendengar teriakan. Kuku-kukunya yang panjang dia ayunkan  seakan-akan ingin menerkam. Latah Ratih terloncat.  

     Malang, loncatan Ratih terlalu tinggi. Dia langsung terpeleset. Ratih telak terduduk di atas lantai geladak yang tak empuk. Rasa sakit yang ditanggungnya bukan alang kepalang, sangat luar biasa terasa. Tak karuan lagi, Ratih kembali terloncat tak sanggup menahan sakit di pantatnya yang begitu menyengat.

     Lagi-lagi dia apes. Kaki kanan Ratih tertekuk saat dirinya mendarat. Ratih kembali terloncat karena tersengat kaget. Namun lagi-lagi apes, kaki kanan yang tadi tertekuk kini malahan tertekuk lagi. Langsung terpelecok. Tak sanggup lagi mahasiswi itu meloncat. Ratih tumbang dengan posisi menelentang. Lalu keplak-keplak, kedua tangan Ratih mengepak-ngepak di atas lantai geladak. Makhluk itu kemudian mendadak lenyap tak lagi tampak. Syahera bahkan sama sekali tak menyadarinya. Benar-benar aneh bukan?

*****

     Penampakan makhluk menyerupai sosok serigala betina yang muncul di balik pintu ruangan itu telah membuat Nita benar-benar gila. Geladak kapal yang luas yang ada di sisi depan kapal itu ingin dijadikan Nita sebagai tempat persemediannya.

     Bahaya benar-benar menghadang Nita. Tubuhnya menggigil di saat dirinya melewati jalan sempit yang ada di pinggiran dinding-dinding ruangan penumpang. Hanya lantai geladak kapal selebar setengah meter yang dibatasi oleh dinding ruangan dan pinggir lantai di sisi kiri dan kanan geladak itulah kini yang dilewati oleh Nita. Tak ada pagar pengaman antara pinggir kapal dengan lautan. Hanya besi bulat pembatas lantai geladak setinggi tiga puluh senti sebagai penahannya.

     Nita terus saja nekat ingin ke sana walaupun rasa gamang mulai menyergap pikirannya. Baru beberapa langkah berjalan, penglihatan Nita langsung berkunang-kunang.  Dengan sebegitu cepatnya dia kehilangan keseimbangan. Nita akhirnya tumbang. Tubuhnya terjungkal, lalu menghilang dari pandangan.

*****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status