STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 15***"Ma, Indri harus bagaimana? Indri takut Mas Yoga berbuat yang tidak diinginkan." ucapku cemas ketika Mama menuntunku duduk di kursi."Tenang, Indri, jangan terpengaruh dengan ucapan Yoga. Dengarkan isi hatimu. Ingat, jangan karena perasaan kasihan, bikin kamu salah ambil keputusan. Dengarkan isi hatimu!""Iya, Ma, benar apa yang Mama katakan, aku tidak mau mengambil keputusan berdasarkan kasihan.""Jadi, kamu sudah punya keputusan?""Aku ingin bercerai saja, Ma.""Sudah kamu pikirkan matang-matang?"Aku mengusap wajahku."Jika masih ragu, shalat istikharah lah. Minta petunjuk pada Al-Hadi.""Aku sudah melakukan itu selama menginap di sini, Ma.""Lalu?""Setiap tidur setelah sebelumnya melakukan shalat istikharah, aku bermimpi Mas Yoga memakaikan cincin pernikahan ini, tapi aku tidak tahu perempuan itu siapa." Ku perlihatkan pada Mama benda yang melingkar di jari manisku, lalu kubuka cincin tersebut dan mengacungkan benda tersebut lebih
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 16"Pergi? Kemana?" Mas Yoga mengambil satu tanganku lalu mencium jemariku dengan lembut."Nanti di jalan akan kuberi tahu," jawabku.Tiba-tiba wajah Mas Yoga sedikit menegang. Ia kembali menarik tanganku satu lagi dan melihat jari-jariku."Di mana cincin pernikahan kita?" Dia menatapku dengan tajam, alisnya yang tebal kini hampir bertautan."A-aku menyimpannya di lemari kamar." Aku sedikit gugup ketika ia menatapku."Kenapa? Selama ini kamu tidak pernah melepaskannya," protes Mas Yoga."Cincin itu sedikit melonggar ketika terkena sabun saat aku mandi, entahlah, mungkin karena berat badanku sedikit berkurang, hingga cincin itu menjadi terasa kebesaran sekarang," Ku berikan alasan agar Mas Yoga percaya.Mas Yoga menggeleng. "Kamu belum memaafkan aku sepenuhnya?"Aku menunduk. "Sudahlah, jangan bahas itu dulu. Sudah kubilang, aku kesini untuk mengajakmu ke sesuatu tempat." Ia menyeringai. Lalu bersandar pada bantal yang ia tinggalkan di balik pu
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBab 17***Saat Dina mengunci pintu kontrakannya, tiba-tiba ada seorang lelaki berpenampilan urakan memperhatikan kami, aku hanya meliriknya sebentar, lalu tak acuh. Ia menghampiri kami dan mencolek lengan Mas Yoga."Ada korek nggak, Bang?" tanya lelaki itu. Dia memasukan sebatang rokok ke mulutnya."Maaf, saya tidak merokok," jawab Mas Yoga sambil memperhatikan penampilan si lelaki tersebut."Din, gue pinjem korek gas Lu, dong!" pintanya pada Dina.Dina diam."Ya elah, pelit bener, sih. Gue kan sering bantu Lu, sekarang aja Lu, dah punya temen kaya raya malah nggak mau bantu gue." Ia menyeringai memperhatikan ujung kaki sampai ujung kepala Mas Yoga."Tapi Dina emang nggak punya korek, Bang," jawab Dina."Ya udah, gue minta mentahnya aja dah, buat beli korek, sini!" pintanya.Cepat Dina mengeluarkan dompetnya. Lalu memberikan satu lembar berwarna ungu."Cuma segini, jangan mentang-mentang Lu udah punya temen orang kaya, seenaknya aja bisa hina gue
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 18"Mas, tapi ini sudah malam, kasihan Yuna." Aku tetap mengajukan keberatanku."Memangnya kenapa kalau malam? Kita juga akan menjemput Raya di rumah Omanya, sekalian saja.""Iya, tapi ....""Tidak ada kata tapi lagi. aku juga ingin di layani oleh istriku, aku tidak mau mendengar bayi ini menangis dan kamu memintaku untuk mendiamkannya. Kamu juga tidak boleh repot mengurusi makan Dina. Malam ini Dina harus kita antar ke rumah Mama. Di sana Mama dan Nur yang akan membantu Dina merawat bayinya.""Bu, lebih baik aku kembali ke kontrakan saja." Dina menyela perdebatan antara aku dan Mas Yoga."Tidak-tidak. Aku tidak mau kamu dan Yuna mendapatkan masalah seperti tadi sore." Aku mencoba menghalangi keinginan Dina."Iya, demi melindunginya, privasi kita menjadi terganggu." Mas Yoga kembali marah."Mas! Kamu ini tidak punya empati dengan anakmu sendiri. Pantas kita tidak segera diberi keturunan. Rupanya sikapmu ...." Kuhentikan ucapanku. Aku merasa sal
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 19"Dina," Panggilku. Kubuka pintu itu dengan lebar.Dina dan Nur terperanjat mengatahui aku berdiri di ambang pintu. Wajah mereka tampak pucat, saling pandang satu sama lain dan tak berani menatapku."Keluar!" Aku bersidekap dan memerintahkan mereka untuk keluar. Lalu, Nur melangkah lebih dulu, kemudian Dina. Aku mundur beberapa langkah, memberikan mereka ruang untuk berdiri di hadapanku."Siapa Rustam?" Kutatap mereka yang sesekali melihatku lalu menunduk lagi.Mereka diam dan tak ada yang mau menjelaskan."Tidak ada yang mau bicara, ok! Ehm apa aku harus memanggil suamiku agar kalian bicara?""Ja-jangan, Bu. Nanti aku bisa dimarahi." Dina menempelkan kedua tangannya memohon.Sebenarnya aku tidak mendengar apa yang mereka bicarakan. Hanya, aku agak terkejut mendengar Nur menyuruh Dina meminta uang pada Mas Yoga dan memberikan masukan untuk memberikan uang untuk orang yang bernama Rustam. Apa jangan-jangan nama yang ia sebut itu adalah lelaki
SBDSCS BAB 20STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 20"Om itu berambut panjang dan bergelombang, bertubuh kurus dan pakaiannya bau, Ma," jelas Raya. Bola matanya terus bergerak keatas kanan dan kiri seperti mengingat.Mendengar penjelasan Raya hatiku bertambah khawatir, orang itu pasti sudah menguntit Raya cukup lama, memperhatikannya, dan mengetahui kondisi dan kebiasaan Raya di sekolah. Aku yakin itu. Tapi kenapa ciri fisik yang disebutkan Raya itu mengingatkan aku pada seseorang, apa mungkin itu dia? Karena memang kebetulan sekali kemarin aku bertemu orang seperti itu. Ya, pasti itu dia. Mengingat kami tidak pernah mempunyai masalah yang serius pada orang. Aku bertambah yakin bukan orang-orang yang membenci keluargaku yang melakukan percobaan penculikan pada anakku Raya.Kasihan Raya, semoga anakku tidak mengalami trauma. Lalu kuiring Raya ke sofa untuk duduk. Mengambilkannya minuman air mineral agar ia lebih tenang."Raya tunggu di sini ya, mama mau pesan makan." Kuusap lembu
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 21 "Kalian mau kemana? Mama belum selesai bicara. Duduk!" Mama berteriak, hingga Dina dan Nur nampak olehku mengintip dari jauh. Mereka pasti ingin melihat anak menantu yang sedang berdebat dan bertengkar.Mas Yoga mengangguk padaku seolah memerintahkan aku duduk dan memberi kesempatan Mama untuk memarahiku lagi. Entah apa yang ingin Mama bicarakan lagi, hanya Tuhan yang tahu."Mama sudah membayar mahal untuk masalah ini, demi kalian juga mama melakukan ini semua. Apa kalian tidak mau mengerti, mama ingin Yoga mempunyai penerus dari darah dagingnya sendiri, ahli warisnya yang akan mengurus kalian nanti sudah tua."Naif sekali Mama mertuaku ini. Apa dia tidak pernah mendengar dari berita. Banyak kejadian anak kandung membuang orang tua mereka. Jika untuk alasan itu Mama memaksa Mas Yoga mempunyai keturunan itu salah besar.Aku tahu anak adalah anugerah terindah dalam hidup. Tetapi, hanya untuk sebagian orang dan sebagiannya menganggap anak adal
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 22Sontak aku berdiri mendengar nama Rustam."Jadi benar kamu punya masalah dengannya. Raya hampir diculik gara-gara kamu, Dina. Atau ... jangan-jangan memang kamu dalang dibalik rencana penculikan Raya.""Demi Tuhan, tidak, Bu. Aku juga korban pemerasan Rustam.""Apa maksudnya dia memeras kamu? Rahasia apa yang disimpan olehmu hingga sampai kamu dan Mama memberinya uang dalam jumlah besar?"Dina terdiam cukup lama. Ia terlihat gugup dan seperti hendak bekata lagi."Rustam itu ...." Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Dina tak jadi meneruskan bicara."Masuk!" teriakku.Icha muncul dari balik pintu. "Permisi, Bu. Maaf menggangu. Anak-anak sudah datang semua. Seperti jadwal pesanan yang Ibu chat sudah siap mulai dikerjakan.""Terima kasih, Icha. Kamu memang bisa diandalkan. Kalau begitu saya akan bersiap-siap pergi. Jika nanti ada kendala segera hubungi saya, ya!"Tadi malam sebelum tidur, aku memang mengirimkan pesan pada Icha, untuk datang lebih