Alana Sang Nyonya Pewaris

Alana Sang Nyonya Pewaris

last updateHuling Na-update : 2025-07-12
By:  Essha AirisOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Hindi Sapat ang Ratings
8Mga Kabanata
74views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Tidak pernah terbayangkan, kehidupan sempurna Alana Diandaru hancur dalam sekejap mata. Di hari kematian sang kakek, Alana justru mengetahui kebenaran pahit, suami yang paling dia cintai telah mengkhianatinya, keluarga yang dia percaya menusuknya dari belakang, dan harta warisan peninggalan kakeknya nyaris dirampas tanpa ampun. Alana tidak akan tinggal diam. Air mata dan darah adalah harga yang siap dia pertaruhkan demi membalas segala luka dan rasa sakitnya!

view more

Kabanata 1

Bab 1. Nyawa, Luka, dan Cinta Palsu

“Pak, apa pemakamannya bisa ditunda dulu?” Alana meringis tertahan di ujung kalimatnya pada seseorang di seberang telepon.

“Tapi, Bu, semua orang sudah hadir dan peti mayat sudah siap dimasukkan.”

Alana tidak langsung menjawab. Situasinya sulit tetapi dia harus bisa berpikir cepat dan cermat.

“Apa Ken–maksud saya Pak Kendrik, sudah ada di sana?” Alana kembali bertanya.

“Sudah. Sedari tadi beliau sudah ada di sini. Pak Kendrik juga terus bertanya kapan ibu sampai.”

Alana menggigit bibir bawah, kembali berpikir perihal keputusan apa yang harus segera diambil.

Beberapa detik kemudian, Alana menutup mata dalam-dalam agar dapat mengatur napas dengan baik.

“Begini, mobil saya mengalami kecelakaan dan anak saya terluka, ambulans sudah menuju ke sini. Tolong atur saja pemakaman Kakek saya dengan Kendrik.”

“Apa, Bu? Kecelakaan?!”

“Ssstt. Jangan ribut! Jangan buat suasana pemakaman Kakek kacau. Saya percayakan ini pada kamu. Bisa?” 

“Tentu. Ibu bisa mengandalkan saya!”

Alana mengakhiri perbincangan dengan salah satu anak buah keluarganya. 

Alana membuang napas panjang seraya menahan perih di beberapa bagian tubuhnya yang terluka lalu menatap sendu putranya yang terpejam di pangkuan.

Alana ingin menjerit, dia ingin mengumpat, meneriakkan berbagai sumpah serapah atas kejadian pahit yang terus bertubi-tubi terjadi pada dirinya.

“Tenang Alana. Tenang ….” Suara lirihnya bergetar.

Dengan harapan terakhir, dia kembali mencoba menghubungi Lukas–sang suami.

Nihil. Nomor Lukas masih tidak aktif, pesan teks yang Alana kirimkan juga masih centang satu.

Alana pikir, suaminya sungguh tengah kesakitan akibat terpuruk atas meninggalnya kakek Bramanta yang sangat Lukas sayangi.

*

“Kakek tua itu sekarang sudah di alam baka. Ayo segera ceraikan istrimu yang bodoh itu, Lukas!”

Yasmin mengalungkan kedua tangannya di leher lelaki jangkung yang nampak berwajah lusuh dengan rambut masai.

Pria yang mengenakan setelan serba hitam itu terlihat acak-acakan, tidak seperti biasanya.

“Wajahmu kenapa malah mendung seperti ini? Apa aku kurang memberimu dukungan?” Yasmin tertawa kecil, setengah menggoda pria yang justru melepaskan diri saat hendak dipeluk olehnya.

Lukas menyugar rambut seraya membuang napas kasar. Dia berjalan ke arah jendela kamar tidur yang tidak lain adalah kamarnya bersama sang istri.

Wanita yang mengenakan mini dress berwarna merah terang itu tidak menyerah, dia kembali menghampiri Lukas dan memeluknya dari belakang.

“Baby … kamu kenapa? Ini adalah hari kemenangan kita.”

Lukas tidak menyahut. Dia menatap ke luar jendela, memandang langit kelabu yang kian gelap, seakan siap menumpahkan air bah dari atas sana.

Apa yang Yasmin katakan memang benar, seharusnya saat ini Lukas sedang merayakan keberhasilannya melenyapkan satu-satunya orang yang selama ini menjadi penghalang bagi dirinya untuk mendapatkan seluruh aset kekayaan keluarga Diandaru, termasuk mengakusisi Golden Stone Corp.

Anehnya, Lukas justru malah merasa ada sesuatu yang salah. Bayangan wajah sendu sang istri yang tidak bisa merelakan kematian kakeknya seakan terus menghantui Lukas.

Merasa diabaikan, padahal dirinya terus mengoceh tanpa henti, akhirnya Yasmin merajuk. 

Yasmin menghentak kaki lalu menghempaskan tubuh rampingnya ke atas ranjang.

“Aku bisa saja pergi ke club lalu mengencani pria-pria muda yang karismatik di luar sana. Tapi, bodohnya aku tetap setia padamu, Lukas.”

Lukas menutup kedua matanya dalam-dalam, lantas memijat keningnya yang terasa semakin pening. Sejurus kemudian dia mendekat pada si wanita.

“Aku juga bisa melakukan hal yang sama. Terlebih sekarang aku adalah pemilik perusahaan Batu Mulia terkemuka.” Lukas tersenyum miring. Dia sudah duduk di samping ranjang.

Yasmin mendelik kesal. “Lalu, apalagi yang kamu tunggu?”

Lukas mengedikkan bahu. “Entahlah, aku juga bingung kenapa selama ini aku tidak pernah bisa berpaling darimu.”

Kali ini Yasmin tersenyum penuh arti, dia merasa di atas angin. Lukas selalu berhasil membuat dirinya seolah menjadi satu-satunya wanita yang paling dicintai.

Lukas mencondongkan tubuh, salah satu tangannya mengusap rambut Yasmin.

Bertahun-tahun keduanya menjalin hubungan di belakang Alana dan Kakek Bramanta. Sekalipun demikian, hubungan keduanya sudah diketahui dan didukung penuh oleh keluarga Lukas.

“Kapan kamu akan menikahiku, Lukas?” Yasmin bertanya lirih.

Lidah Lukas tiba-tiba kelu. Lagi-lagi bayangan wajah cantik istrinya yang selalu bersikap manis dan manja padanya berkelebat di ingatan.

“Atau … aku perlu menyingkirkan dulu istrimu yang payah itu?”

Lukas menggeleng. “Aku akan melakukannya sendiri.” 

Untuk kesekian kalinya Yasmin tersenyum penuh kemenangan.

Selanjutnya, suara-suara aneh penuh keintiman menguasai suasana.

Sedangkan, di balik pintu kamar, Alana terpaku. Dia mendengar semua pembicaraan dari dalam kamarnya. Otaknya membeku dan seluruh bagian tubuhnya seperti tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Kedua mata Alana sembab. Wajahnya kuyu dan kacau. Luka-luka di tubuhnya sudah tertutup perban, tetapi kini justru hatinya terluka teramat dalam.

Alana pulang tergesa-gesa setelah memastikan putranya mendapat penanganan karena ingin mengabari Lukas bahwa putra semata wayang mereka saat ini berada di rumah sakit sebab mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan saat dalam perjalanan menuju pemakaman.

Lukas yang beralasan sakit kepala dan tidak bisa beranjak dari tempat tidur ternyata malah bersenang-senang dengan wanita lain di saat Alana sedang benar-benar terpuruk.

Alana berharap apa yang sedang menimpa dirinya saat ini adalah mimpi buruk semata.

Sampai akhirnya, setelah beberapa saat mematung di tempat, Alana mulai tersadar bahwa semua itu nyata adanya.

Dunianya runtuh, hatinya hancur berkeping-keping. Segala kebahagiaan dalam hidupnya sudah ikut terkubur bersama dengan mayat sang kakek yang hari ini disemayamkan.

Air mata Alana menetes tanpa terasa. Dengan cepat dia mengusap kasar pipinya dengan punggung tangan yang masih gemetar. Alana tersenyum getir.

Baru saja dia berniat untuk beranjak dari posisinya, suara pecahan kaca terdengar nyaring tepat di belakangnya.

Alana mendapati seorang wanita yang tidak dia kenal gelagapan seperti tengah tertangkap basah melakukan tindak kriminal, wanita itu tidak berani menatap Alana, dia buru-buru berjongkok lalu memungut serpihan gelas kaca yang berceceran, berbaur dengan botol minuman alkohol yang juga turut menumpahkan isinya tanpa sisa.

Alana tersenyum kecil. Dia berpangku tangan tanpa sedikitpun melepaskan pandangan dari wanita yang tidak berdaya itu.

Tatapan penuh intimidasi Alana seakan menghunus si wanita.

Alana ingin bertanya banyak hal. Tapi dia tahu sekarang bukan waktu yang tepat. 

“Jangan bilang pada Lukas, wanita di dalam sana, atau siapa pun bahwa saya sudah pulang. Kalau berani buka mulut, saya pastikan kamu tidak akan bisa hidup lebih lama di muka bumi!” tegas Alana dengan tatapan tajam. Tidak lupa, dia mengamati tanda pengenal si wanita yang tergantung di lehernya. 

Alana lantas bergerak cepat namun hati-hati ke kamar putranya yang bersebelahan dengan kamarnya bersama Lukas.

Benar saja, Lukas keluar dari kamar. Dia mendesah panjang penuh kekesalan.

“Apa yang terjadi?”

“Ma-maaf, Pak. Tangan sa-saya … tangan saya tadi tiba-tiba kram,” jawab si wanita terbata-bata.

Lukas mengerutkan kening. Jawaban asisten pribadi Yasmin terdengar aneh baginya.

“Hah, ada-ada saja! Cepat bereskan kekacauan itu!” geram Lukas. Dia berkacak pinggang dengan bertelanjang dada.

Lukas sudah memegang knop pintu untuk kembali masuk, tetapi dia menyadari ada sesuatu yang sepertinya disembunyikan oleh si wanita.

Lukas kembali menatapnya, kali ini jauh lebih serius, dia melangkah lebar untuk mendekat.

Pria itu membungkuk. Dengan suara pelan dia memastikan.

“Apa yang kamu sembunyikan?”

“A-ada … ada ….” Wanita itu memandang ke arah kamar putra Lukas. Dia nampak sedang menimbang-nimbang keputusan.

“Cepat katakan ada apa?!” desak Lukas tidak sabaran. “Kamu mulai berani bertingkah, hah?!” 

Wanita itu menggeleng. Dia akhirnya mengangkat wajahnya.

“Ada yang sudah tahu perihal hubungan Bapak dan Bu Yasmin.”

“Apa? Siapa? Bicara yang jelas!”

“Dia ….”

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

Walang Komento
8 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status