Share

Bab 0004

Mobil terus merayap di kemacetan kota Jakarta yang semakin padat pada jam pulang seperti saat ini. entah mimpi apa yang terjadi kepada Satya semalam, hingga dia merasa jika hari ini terasa aneh dan sangat menyebalkan. Semua hal berjalan diluar kehendaknya.

Tidak ada percakapan di sepanjang jalan. Bahkan setelah satu jam mobil berada di jalanan kota. Mobil mulai masuk ke pelataran rumah mewah yang berada di kawasan Pondok Indah.

"Ini rumahnya? Bersama siapa dia tinggal di rumah sebesar ini?" batin Satya sambil menatap ke arah rumah yang berukuran sangat besar dan luas di depannya.

Tak berselang lama sejak mobil berhenti, dua pelayan bergegas keluar dari dalam rumah. Mereka langsung menyambut Hanna dan juga Satya.

"Bibi Mar, semua sudah disiapkan bukan? Apakah aku akan terlambat?" tanya Hanna dengan sangat cemas.

Satya tak memahami sedikitpun apa yang sebenarnya tengah terjadi kepada Hanna hingga wanita itu begitu cemas dengan kata 'terlambatnya.'

"Tidak akan terlambat, acaranya pukul delapan nanti, sebaiknya Anda istirahat sejenak dan makan dulu. Aku dengar dari Daris jika Anda belum menyentuh makanan Anda sejak pagi tadi," ucap wanita tua yang dipangil Hanna Bibi Mar sambil terus berjalan mengikuti langkah Hanna.

Satya sendiri benar-benar menjaga jarak amannya dari Hanna dengan berjalan di belakang wanita itu dalam bentang dua langkah.

"Bibi Mar, bawa dia ke kamarnya sampai acara dimulai, dan persiapkan semuanya dengan baik.Kita akan bertemu lima menit sebelum berangkat ke hotel," ucap Hanna sambil melangkah naik ke arah tangga yang menuju ke lantai atas.

Gleg!

Satya terdiam, dia masih bingung dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Seperti apa dan bagaimana sikap yang akan dilakukan Hanna kepadanya seolah sebuah misteri yang sulit sekali dia perkirakan.

"Tuan Satya, mari ... aku akan mengantarkan Anda ke kamar tamu untuk sementara." Wanita bernama Bibi Mar itu membungkuk di hadapan Satya dan tanpa menjawab Satya segera menyusul mengikutinya. Beberapa lama mereka berjalan beriringan, akhirnya sampai di depan pintu sebuah kamar yang cukup terpisah dari bagian rumah utama. Dengan jalan yang sedikit memutar, membuat langkah mereka terasa jauh padahal ruangan kamar tamu sendiri berada tidak jauh dari ruangan tamu tadi.

Kamar yang sangat luas dan juga indah dengan interior yang super eksklusif kini terbentang di depannya, sayangnya ... tidak ada hal yang mampu membuat Satya tertarik kali ini. Jika biasanya dia sangat menginginkan semua itu,entah kenapa saat ini dia tak teratrik sedikit pun.

"Kalian mau apa?" tanya Satya ketika empat orang wanita melangkah masuk dengan tangan yang penuh tentengan.

"Tuan, kami diperintahkan Nyonya Hanna untuk menyiapkan Anda," ucap Bibi Mar sambil memberikan kode kepada empat wanita lainnya untuk meletakkan barang abwaan mereka di meja.

"Tunggu dulu! Ini konsepnya apa?" sergah Satya lagi.

"Akhirnya, Nona kecil kami akan menikah. Dan siapa menduga jika pemuda antah berantah sepertimu yang membuatnya berubah pikiran," sungut Bibi Mar dengan sorot mata yang terlihat tak suka menghunusnya.

"Menikah?" sahut Satya.

"Jangan berlagak bodoh! Entah rayuan apa yang kau berikan hingga Nona kecil kami menerimamu menjadi suaminya.Sungguh sebuah ketidak wajaran! Dan ingat, Satya ... Aku akan menjadi orang pertama yang mengawasimu di sini!" suara Bibi Mar terdengar mendesis mengancamnya.

Deg!

Satya semakin tak mengerti dengan apa yang terjadi.

"Cepat berpakaian! Nyonya menunggu!" bentak seorang pria berbadan besar yang tidaklain adalah pengawal Hanna sambil melongok dari arah pintu kamar.

"Sialan! Apa mereka akan terus begitu?" batin Satya yang masih ingat betapa terasa remuknya punggung serta tulang belulangnya saat dipukuli para pengawal Hanna sebelumnya masih saja membekas.

Dengan dibantu dan setengah dipaksa, Satya pun akhirnya berpakaian lengkap. Stelan tuxedo berwarna hitam yang begitu elegant nan mewah yang dikenakannya ini bukanlah pakaian biasa karena merupakan keluaran sebuah rumah mode internasional yang ternama.

Jeda menit berikutnya.

"Nona sudah menunggu," ucap Bibi Mar dengan sangat ketus.

Satya pun melangkah keluar dari kamar mengikutinya.

Betapa terkejutnya Satya saat melihat sosok Hanna sudah dalam balutan gaun berwarna putih kebiruan yang senada dengan kemeja yang digunakannya itu tengah berdiri di depannya.

Satya kemudian melihat ke sekeliling, tirai tinggi nan menjulang yang sebelumnya menutup dinding perlahan terbuka, menunjukkan bagian samping rumah yang sangat luas telah dipenuhi oleh dekorasi pesta dan sejumlah tamu.

Hanna melangkah menghampirinya.

"Jangan lupa kau bekerja untukku, jadi perankan tugasmu dengan baik. Kau mengerti!"ucap Hanna dengan suaranya yang mendadak parau.

Satya mengangguk, dia manatap sekilas wajah Hanna yang terlihat gugup di sebelahnya. Releks, Satya meraih tangan kanan Hanna dan melingkarkannya pada lengan kiri.

Sesaat keduanya berpandangan sebelum kemudian meneruskan langkahnya.

"Aku bersamamu, jangan gugup ya." Satya mengatakan kalimat tersebut entah dari mana asalnya, semuanya mengalir begitu saja di mulutnya.

Keramaian segera terdengar, sambutan meriah pun mereka dapatkan.

Satya memandang ke sekeliling dan dia tidak mendapatkan siapapun yang dikenalinya di sini. Hal tersebut membuatnya sangat lega, semua orang yang berada di hadapannya kali ini adalah wajah-wajah yang sangat asing untuknya sehingga Satya bisa memerankan peranannya dengan sangat baik meski pertanyaan utama dari awal mengenai pekerjaannya dan kontrak kerjanya dengan Hanna hingga saat ini belum dijawab.

"Aku sungguh tidak menyangka kau akan menikah diam-diam seperti ini, Hanna ... kami ikut bahagia meski sebenarnya kami sangat ingin menyaksikan acara pernikahan kalian," ucap salah seorang pria yang berjalan menghampiri Hanna dan juga Satya bersama dengan pasangannya.

"Ayolah, semuanya jangan seperti ini. Malam ini kita berpesta jadi aku harap tidak ada lagi pertanyaan seperti itu ya. Aku tidak mau membuat suamiku tidak nyaman. Seperti yang sudah kukatakan kami terpaksa menikah lebih cepat dari yang kami jadwalkan karena beberapa alasan. Aku harap kalian mengerti, lagi pula ... Bukankah itu yang selalu kalian inginkan dariku selama ini?" ucap Hanna sambil melebarkan senyuman.

Satya berusaha mengikuti ritme ke pura-puraan dari Hanna, perlahan saat dia mulai mengerti jika posisinya saat ini hanyalah seorang suami pura-pura dari Hanna Soedibyo dan para tamu ini ternyata adalah rekanan bisnis dan kolega terdekat dari Sudibyo Group.

Di sepanjang pesta semua hal yang berbau mewah dan mahal dihidangkan, bukan itu saja hadiah yang berdatangan kepada mempelai pura-pura ini juga bukan kaleng-kaleng rupanya.

Pesta semakin meriah, sebuah dinner khas kalangan kelas atas yang membuat Satya cukup terkejut.

Malam merayap semakin larut, satu per satu tamu undangan pun berpamitan.

"Sayang, sudah cukup dan berhentilah minum," ucap Satya meski dengan suaranya yang sangat ragu akhirnya dia meraih gelas wine dari tangan Hanna karena tidak ingin wanita itu terus meminumnya.

"Hey, ayolah ... aku masih ingin minum di sini," ucap Hanna.

"Tuan Satya, kami pamit pulang." Tamu terakhirnya pun berpamitan.

"Terimakasih Pak Sean," sahut Satya sambil meminta pengawal lainnya membantu tamunya itu yang juga sudah cukup mabuk.

"Hanna, ayo kita masuk dan istirahat," ucap Satya sambil membopong Hanna meninggalkan tempat pesta itu.

Satya terus membawa Hanna masuk ke dalam rumah.

"Cukup sampai di situ langkahmu anak muda, kembali ke kamarmu dan besok jam kerjamu kembali, Nona kecil Hanna akan menjadi urusanku!" ucap Bibi Mar kepada Satya.

Suara Bibi Mar membuat Satya menyurutkan langkahnya dengan seketika, tapi ... dia mengingat kondisi Hanna yang saat ini sedang berada dalam kondisi yang mabuk maka pria tersebut meneruskan langkahnya membawa Hanna ke dalam kamar.

"Beraninya kau membantahku!" bentak Bibi Mar lagi.

"Aku tidak bekerja padamu, jadi aku tidak perlu mematuhimu!" sahut Satya sambil balas menatap pelayan itu dengan sangat tajam.

"Kau!"

"Kenapa? Sesuai dengan aturan pekerjaanku, jarak terjauhku dari Hanna hanya dua langkah saja darinya. Jadi jangan mencoba menghentikanku, sebaiknya kau sadar dengan posisimu!" ucap Satya akhirnya berani menggertak wanita paruh baya itu.

"Kau!" ucap Bibi Mar sambil berdiri diam karena dua pengawal pribadi Hanna sudah berada tepat di depannya.

"Bukakan pintu!" perintah Satya saat mereka tiba di depan pintu kamar Hanna.

Dua pengawal yang terus berjaga segera membukakan pintu dan membiarkan Satya membawa Hanna masuk ke dalamnya.

"Kau ini ... kenapa jadi ribet sekali, aku tidak mengenalmu dan tidak tahu apa-apa tentangmu tapi kau melibatkanku terlalu jauh," gerutu Satya sambil membaringkan Hanna di atas tempat tidur.

Wanita itu benar-benar kelelahan, hanya selang detik dari saat Satya membaringkannya di tempat tidur Hanna sudah mendengkur keras dan tidur sangat nyenyak.

Satya kemudian melepaskan tuxedonya, dia mencari-cari ponselnya tapi tak juga berhasil menemukannya.

"Dimana aku menjatuhkannya?" batin Satya sambil berusaha mengingat dimana terakhir kali dia memegang ponselnya.

Nihil, Satya tak bisa mengingatnya.

Sementara jam pada dinding sudah menunjukkan pukul dua dini hari, lelah dan letih juga telah cukup membuat kantuknya cukup berat.

Satya segera terpejam di atas sofa kamarnya Hanna.

Sementara itu, di sudut lain kota Jakarta.

"Kenapa kamu tidak menjawab pesanku?" batin Zeesha sambil terus berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya dengan tangan menggenggam ponsel.

Ditatapnya berulang kali sebuah pesan yang dikirimkan ke nomornya Satya itu dengan seksama. Tapi karena tak kunjung mendapatkan jawaban.

"Zeesha! Kenapa belum juga tidur?" ucap sang ibu menegurnya saat mengetahui putrinya itu masih belum tertidur pada jam selarut ini padahal besok siang adalah hari penting wanita itu.

"Aku ... aku baru saja dari toilet Bu," ucap Zeesha berdalih.

"Dengan membawa ponselmu itu? Apa yang ada di kepalamu Zee? Lupakan sampah sialan itu! Besok kau akan menikahi David, dan kau bukan hanya akan menjadi artis tapi juga menjadi istri seorang produser yang kaya raya!" ucap sang ibu kembali mengingatkannya.

"Ibu," sahut Zee dengan napas terasa berat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status