Bismillah
SUAMI DARI ALAM LAIN
#part_97
#by: R.D.Lestari.
"Kenapa Bapak bisa masuk ke kamarku tanpa bisa ku lihat?"
Kulihat sorot mata Pak Gio berubah tajam. Keningnya mengernyit dan alisnya menyatu. Seolah ada yang ia sembunyikan dariku. Aku benar-benar penasaran siapa sebenarnya sosok lelaki yang kucintai ini?
Ia sangat misterius, aku yakin apa yang ia ucapkan itu bukan bualan semata. Aku merasakannya, saat bersama dengan Pak Hantu punya rasa yang sama seperti saat bersama Pak Gio.
"Aku ... memang bukan manusia biasa. Aku keturunan jin dari Uwentira,"
Degh!
Bagai di lempar dari lantai dua puluh dan jatuh terjerembab di dasar, tubuhku rasanya remuk seketika.
"U--Uwentira? berarti sama seperti, Bima?" gumamku.
" Ya, benar. Kami satu kampung, dan Bima adalah atasan dari James, kakakku,"
"Akh, aku harus masuk ke kelas, sekarang. Sebelum Bapak terlambat," aku mengurai dekapannya dan beringsut mundur.&nb
Bismillah SUAMI DARI ALAM LAIN#part_98#by: R.D.Lestari.Hans's Pov Sulawesi, akhirnya aku kembali menjejakkan kakiku di tanah Sulawesi Tengah setelah bertahun-tahun meninggalkannya. Beruntung sekarang keuanganku sudah stabil. Aku Hans, seorang bos pemilik rumah makan khas Sulawesi, masakan yang biasa ku jual di resto sederhanaku diantaranya Palumara, Uta Dada dan Milu siram. Saat ini aku memang sedang liburan, bertandang ke rumah Paman dan Bibi. Kota di mana aku dilahirkan dan tumbuh remaja. Sayangnya karena urusan keluarga dan keuangan, aku terpaksa ikut ke kota lain bersama kedua orang tua untuk mengadu nasib. Ibu dan Ayah
Bismillah SUAMI DARI ALAM LAIN#Part_99# by: R.D. Lestari.Gio's PovMataku menyisir disetiap sudut kelas. Gadis imut nan menggemaskan itu tak terlihat. Apakah ia marah atau ragu padaku?Tettt-tettt-tettt!Suara bel nyaring memekakkan telinga, pertanda kelas sudah usai. Aku melangkah mendekati Rena yang juga menatapku kebingungan."Mana Sri, Gi? tadi katanya mau ke ruang kerjamu," Rena tiba-tiba bertanya padaku."Eh, bukannya dia sama kamu, Ren?" Aku balik bertanya."Ga ada, Gi. Kamu ribut lagi?"Aku hanya mengangguk mendengar pertanyaan Rena."Kamu sebenarnya sayang ga sih, sama Sri?" mata Rena menyorot tajam ke arahku."Ya, tapi ketika Sri
BismillahSUAMI DARI ALAM LAIN#part_100#by: R.D.LestariPOV Sri"Sri," Hans menghentikan laju sepedanya. Ia memiringkan tubuh nya dan menatapku dalam."Untuk hari ini, aku mohon, lupakan dia. Aku berjanji akan membuatmu tertawa dan melepas semua lara, kamu percaya, 'kan?" Hans menepuk pelan dan aku mengangguk.Hans kembali mengayuh sepedanya hingga ia membawaku ke suatu tempat."Hans... astaga...," ucapku seraya menutup mulutku dengan kedua telapak tangan.Bibirku rasa bergetar saat kakiku menjejak di rerumputan dan melihat pemandangan di depan mata.Tempat ini ... tempat yang dulu sering kukunjungi bersama Hans. Tempat yang selalu jadi pelipur lara saat sedih dan tempat ini terakhir ku kunjungi saat perpisahan dengan Hans sembilan tahun lalu. Aku terlal
Bismillah SUAMI DARI ALAM LAIN#part_101#by: R.D.Lestari. Rena duduk di teras sembari menyeruput teh hangat buatannya bersama James yang juga duduk di sampingnya, pacarnya itu asik mengunyah sandwich buatannya. "Hmmh," Rena menghela napasnya dalam. Pandangan nya beralih ke arah James yang kini sedang menikmati suasana sore di sekitar kediaman Rena . "James," lirihnya. "Hem?" "Bagaimana hubungan kita?" "Bagaimana apa nya?" James menatap bingung ke arah Rena. "Sampai saat ini Mama belum tau siapa dirimu, James. Apalagi jika tau setelah kita menikah, aku akan ikut denganmu ke Uwentira," raut wajah sendu Re
Bismillah SUAMI DARI ALAM LAIN#part_102#by: R.D.Lestari. Kupandangi jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Rasa kantuk tak juga menyergap mataku. Oh, Tuhan. Pikiranku melayang entah ke mana. Berada di antara dua cinta memang sangat membingungkan. Aku tau mereka pun punya rasa yang sama dan mungkin sama-sama besar kepadaku, walaupun awalnya aku yang menunjukkan rasa sukaku pada Gio, tapi sekarang ia yang mat*-mat*an mengejar cintaku. Apakah itu karma, atau sebuah teguran? Aku meremas sarung bantal dan menenggelamkan wajahku dalam-dalam. Sesak, sakit dan perih jadi satu. Seluruh badan terasa lunglai dan meriang tak menentu. Seperti inikah berada dalam dilema dua cinta? &nb
Bismillah SUAMI DARI ALAM LAIN#part_103#by: R.D. lestari. Shuiiitt! Shoniaaa! Gio bersiul saat kami sudah berada di atas dan di ambang hutan. Ia memanggil sebuah nama, yang aku tak tau itu siapa. Ia mencari sekeliling. Dan tak lama terdengar hentakan kaki yang cukup menggetarkan tempatku berdiri. Ktepak-ktepak! Derap langkah kaki terdengar semakin mendekat. Samar kulihat sekelebat bayangan dari balik pepohonan. Bayangan itu semakin dekat dan menampakkan tubuh besar dan tinggi dengan ekor yang panjang. Makhluk itu meringkik dan mengusap sayang wajah Pak Gio. "Halo, Sonia? apa kabar, cantik?" "So... Sonia seekor kuda?" ucapku tak percaya. "Ya, benar. Dan kuda cantik ini akan membawa kita masuk ke gerbang Uwentira. Ayolah, kamu j
Bismillah SUAMI DARI ALAM LAIN#part_104#by: R.D.Lestari. Tanpa terasa bulir bening pun meluruh dari pelupuk mata. Tetesan demi tetesan mengalir membasahi pipi. Pak Gio menyadari kesedihanku, jemarinya yang kekar menyeka airmataku dan kedua tangannya membingkai wajahku. Wajahnya mendekat dan ia pun mendaratkan sebuah kecupan indah. Aku terbuai pada sentuhan yang ia berikan. Lembut, begitu romantis, manis dan semua rasa indah yang sulit di ungkapkan. Tangannya menekan tengkukku dan memperdalam ciumannya, terkadang ia menggigit pelan bibirku, tapi aku begitu menikmatinya. Tak jarang aku pun membalas sentuhannya dengan lembut dan kami benar-benar menyatu di derasnya air hujan. Dekapannya begitu hangat dan menenangkan. Cukup lama ia me
Bismillah SUAMI DARI ALAM LAIN#Part_105#by: R.D.Lestari. Cup! Satu kecupan mendarat di keningku. Kecupan indah yang menggetarkan jiwa. Pak Gio berbalik dan melesat terbang dalam sekejap. Aku menatap nya penuh cinta hingga ia hilang dari pandangan. Masuk ke dalam kamar melalui jendela. Tubuhku seketika menggigil kedinginan, mengganti pakaian dan beranjak keluar kamar, tiba-tiba ... "Ehm, ehm... dari mana saja kamu, Sri?" Aku terperanjat saat suara Nenek amat dekat denganku. Ternyata orang tua itu sedang duduk di tempat biasanya merajut dan menyulam. Di kursi yang letaknya di sudut ruangan tak jauh dari kamarku. "Ne--Nenek?" Nenek memicingkan matanya. Menatap dengan penuh curiga. "Hm?" dehemnya. "Sri ...," aku ragu untuk menjawab