Bismillah
"SUAMI DARI ALAM LAIN"
#part_45
#by: R.D.Lestari.
Ku tarik kepala Deren hingga lelaki berparas lumayan tampan itu tersentak karenanya. Masih di dalam cengkeraman tanganku, ku hempasan begitu saja kepala nya hingga ia limbung dan jatuh ke lantai dengan kepala yang membentur lantai marmer mengkilat dan kepalanya mengeluarkan darah segar.
"Akhhh, sialan kau!"
"Ha-ha-ha, kenapa? kau salah mencintai wanita, hah? kau yang memulai, Der. Kebaikanmu kuanggap impas karena aku tak akan membunuhmu!"
"Tapi, tidak dengan adikmu ini ! Dia harus membayar mahal karena perbuatannya ! sudah dua kali ia membuatku dan Bima di ujung kematian! tidak akan kubiarkan ketiga kalinya!s suaraku menggema membuat siapa pun yang mendengar merinding ketakutan.
"Kau tak akan bisa membunuhku ! Aku makhluk abadi!" Silva mencemoohku. Darahku berdesir deras karenanya.&
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_46#by: R.D.Lestari. "Sayang ....," kurasa airmataku ini tak akan pernah kering. Ku peluk tubuh kaku itu tanpa henti. Berharap ada ke ajaiban yang akan datang. Aku luruh dengan bersimbah bulir bening yang sulit di bandung. "Bangun ! bangunlah, Sayang !" berulang kali ku goyang tubuh itu, berharap ia segera bangun, tapi nihil. Ia tetap terdiam membisu. Pandanganku mengarah ke atas langit, bulan kembali menampakkan pesonanya. Kabut mendung berangsur lenyap menyisakan bulan penuh dengan sinar yang berpendar indah. Ku seka bulir bening yang masih menyisa di pipi, aku yakin akan adanya keajaiban. Jika memang sudah habis waktunya, aku ingin ikut pergi bersamanya. Biarlah cinta kami kekal di surga. Di bawah pendar cahaya bulan berwarna kuning keemasan, ku angkat tangan kiriku tinggi-tinggi, di sampi
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_47#by: R.D.Lestari. "Kenapa dengan Indri, Bima?" raut penuh kekhawatiran terpancar jelas di wajah Ibu ketika aku memasuki rumah. Semua orang di ruangan itu menatap Indri dengan cemas. Bagaimana tidak? tubuh ramping di pelukanku saat ini penuh darah yang sudah mulai mengering. "Indri terlibat pertarungan dengan Deren dan Silva. Itulah yang terakhir ku ketahui," jawabku. "Pertarungan?" "Ya, dan Ibu tak perlu khawatir. Indri hanya pingsan, Bu," "Saya mohon izin, Bu. Saya mau membawa Indri biar beristirahat di kamar dulu," ujarku. Ibu dan yang lainnya mengangguk. Rasa penasaran mungkin menelusup di hati mereka, aku tahu itu. Namun, tak mungkin kuungkap saat ini juga, karena keadaan tidak memungkinkan. Gegas kubawa Indri masuk ke dalam kamar, hanya Anima yang kuizinkan
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_48#by: R.D.Lestari. "A--apa, ini, Bu?" Ibu dengan tangan gemetar merasa ragu untuk menerima pemberian ibunya Bima. "Nanti Ibu buka sesampainya di rumah, ya. Semoga Ibu suka," senyum terluas di wajah cantik orang tua Kak Bima. "Terima kasih, Bu. Saya permisi dulu," Ibu pun menjabat tangan ibunya Bima. Dengan ramah ibunya Kak Bima membawa Ibu dalam pelukannya. Orang tuaku terlihat canggung tapi tak dapat menyembunyikan kebahagiaan dan juga kesedihannya. "Ibu, Indri permisi anter orang tua Indri dulu, ya, Bu," ucapku sopan yang diiringi anggukan pelan ibunya Bima. Kami akhirnya melangkah meninggalkan rumah Kak Bima yang bagai istana , menuju mobil alpard putih punya Kak Bima. Mobil menderu pelan saat Ibu, Ayah, aku dan Kak Bima sudah aman di dalamnya. Kondisi jal
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#Part_49#by: R.D.Lestari. "Ren ... apa kabar Indri, ya?" Sri menatap temannya sayu saat suapan mie ayam masuk ke mulutnya. Slurppp ! Rena menyeruput es jeruk kesukaannya. Bola matanya memutar seolah enggan membicarakan sahabatnya itu. Tangannya kembali memainkan pipet es dan memutar-mutarnya hingga bunyi es yang beradu dengan gelas menimbulkan suara berisik. "Ren ! di tanyain kok diam aja, sih !" gerutu Sri. Mukanya berubah masam. Rena melirik ke arah Sri, ia menjawab," loe tau sendiri, Indri itu bucin. Mana tau dia cowok asli sama demit !" "Hussst, Ren. Awas loe udah pernah di bawa ke sana. Entar loe jatuh cinta sama orang sana baru tau rasa," "Amit-amit ! ga bakalan, Sri. Begini-begini aku tau kali mana cowok asli mana demit !" sungut Rena.
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"# Part_50#by: R.D.Lestari. "Indriiii!" "Huekkkkk .... huekkkk!" Dok!dok!dok! Bima menggedor pintu kuat. Semua yang berada di ruangan menatap penuh khawatir. Krietttttt! Indri keluar dari kamar mandi dengan wajah yang pucat pasi. Tubuhnya limbung. Beruntung Bima dengan sigap memapahnya sampai ke peraduan. Ia di baringkan dengan segera. "Kamu kenapa, In?" Bima menatap istrinya penuh khawatir. Indri menjawab pelan,"Entah, Kak, tiba-tiba kepalaku pusing dan mual," "Mungkinkah Indri hamil?" kening Ibu mengernyit melihat kondisi menantunya yang tiba-tiba sakit mual dan muntah-muntah. "Benarkah, Bu?" mata Bima berbinar karena ucapan Ibu. Raut kebahagiaan terpancar di wajah gantengannya. "Kalau begitu, apa kita bawa ke do
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#Part_51#by: R.D.Lestari. "Bima!" "Lha?" "Kok pikiran kita sama, Sri?" Rena tergelak bersamaan dengan Sri. Wanita berhidung bangir itu terdiam sesaat lalu menoleh ke sahabatnya, Sri. "Apa itu makhluk sejenis Bima, ya?" ia mengernyitkan dahi. Mikir. Telunjuknya menepuk-nepuk dagu. "Ah, sudahlah, Ren. Loe terlalu banyak mikir hari ini. Beruntung loe selamat tadi. Mata loe di taruh mana sih, sampe mau ketabrak?" omel Sri.. " Loe tu yang pikirannya ke mana ! ngapain manggil-manggil gue tadi!" Rena mencebik. "Gue? ga ada tuh, Ren. Loe ni, mikir apa sih, Ren?" "Ah, ga taulah," Rena berjalan meninggalkan Sri yang masih geleng-geleng dengan sikap Rena yang amat aneh hari ini. Ia mengikuti sahabatnya itu dari belakang. Rena yan
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_52#by:R.D.Lestari. Pluk! Bima menepuk pelan pundak temannya itu, membuat lelaki berotot dengan tubuh tinggi itu terjingkat. Seketika ia menoleh dan matanya membulat melihat Bima yang kini berdiri di belakangnya. "Ko--komandan?" "Kamu ngapain di sini, James?" selidik Bima. Mata lelaki itu menatap tajam penuh keingin tahuan. "Sa--saya ...," "Ayo, kita duduk dulu," Bima merangkul James duduk di dalam kedai. Beberapa orang pembeli menatap takjub James dan Bima yang berjalan melewati mereka. Walaupun sudah lewat tengah malam tapi kedai mamang sate masih juga ramai. "Mang, minta sepuluh porsi sate, ya," ucap Bima yang diiringi anggukan dari Mamang sate. "James, kita lanjutkan obrolan kita. Kamu tau kan konsekuen
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_53#by: R.D.Lestari. Benda itu berwarna coklat dan terbungkus rapi di dalam kantong plastik transparan. Rena menyentuh dan mengangkat benda itu, memperhatikan dengan seksama. "Sate?" ia mengernyitkan dahi dan menatap bungkusan itu dengan penuh keheranan. Bayangan orang tadi? bungkusan sate? Rena mengendus aroma sate yang menguar saat ia membuka bungkusan berwarna coklat, nikmat dan amat menggoda. Perutnya mendadak keroncongan. Ia menelan saliva, seleranya muncul seketika. Satu tusukan daging berpadu kuah kacang dan taburan bawang goreng kriuk juga lontong yang diiris tipis membuat indra pengecap Rena bersorak. Lidahnya bergoyang menikmati kunyahan demi kunyahan sate yang masuk ke dalam mulutnya. Saking nikmatnya, Rena tak bisa berhenti mengunyah hingga satu porsi sate habis tanpa tersisa.