Share

3. Hinaan

Penulis: TrianaR
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-04 06:46:23

Part 3

"Makanya Mbak May jadi perempuan itu jangan murahan! Mau-maunya berhubungan sama preman jalanan seperti itu! Di tempat yang gak seharusnya pula!Dasar gak punya malu! Hiiiy jijay!!"

Degg!!

Tiba-tiba saja gadis itu pulang dan langsung menghardikku. Suara adik tiriku terdengar menghina membuatku menggenggam sendok dengan kuat-kuat.

Saat ini aku tengah membuat adonan tepung untuk pisang goreng. Tapi kenapa harus mendengar mulut julidnya?

Debar jantung masih tak menentu akibat kejadian hari ini yang mengharuskanku menikah dengan pria yang sama sekali tak kukenali.

"Ya terima sajalah, maharnya cuma 100 ribu. Muraaaaahh! Semurah harga dirimu, Mbak!"

"Kalau tidak tahu ceritanya jangan memfitnahku sembarangan, Meg!" Aku bangkit dan menatap adik tiri itu dengan tajam.

Tapi dengan santainya dia justru memperlihatkan wajah yang meremehkan.

"Kenapa? Aku benar kan? Mbak itu murah, mu----raaahh-an! Hahaha," ujarnya seraya menertawakanku.

"Aku yakin, orang-orang di sini juga setuju kalau Mbak itu, murahan!" ocehnya lagi.

"Kau!!"

Tangan ini sudah bergetar, ingin rasanya kutampar wajah cantiknya itu.

Tetiba seseorang menahan pundakku. Aku menoleh melihat bapak dengan wajah sendu sembari menggeleng pelan.

"Tidak usah diladeni, percuma! Kau hanya buang-buang energi saja, Nak. Kamu kayak tidak tahu saja sikapnya Mega seperti apa," ujar bapak menenangkan.

Aku menghela napas dalam-dalam. Aku tahu bapak masih kecewa padaku, terlihat jelas dari sorot matanya.

"Harusnya kamu gak perlu marah, kan memang itu kenyataannya!" Tiba-tiba ibu datang dari depan membawa bungkusan dengan wajah semringah.

Ia mengeluarkan empat bungkus bakso dari kantong plastik dan juga satu parcel buah-buahan.

"Nih lihat, dari calon suami Mega. Kalau datang, dia selalu bawain makanan kesukaan kami. Dia juga kaya dan lebih berkelas dari pada suami kamu yang macam berandalan itu! Nggak jelas, tapi bisa-bisanya kamu--- hiihh!" sungutnya sembari menyiapkan mangkuk.

"Bu, gak boleh bicara seperti itu--"

"Sssttt! Sudah deh, Pak, diam saja! Jangan selalu bela anakmu itu! Lama-lama ngelunjak dia! Seperti hari ini! Ngelempar kotoran ke muka kita! Bukan sekali dua kali dia juga membangkang, disuruh kerja ke luar negeri malah milih kerja di toko kue yang bayarannya gak seberapa! Terus disuruh terima lamaran juragan Agus malah nikah sama berandalan. Ckck! Emang bener-bener anak pembawa sial!

"Bu, kalau juragan Agus, bapak juga gak setuju, dia pantasnya jadi kakeknya Damay bukan suaminya."

"Tapi kan hartanya gak bakal habis 7 turunan, bisa memperbaiki keuangan keluarga kita. Lagian nih Pak, ibu juga tahu mana yang terbaik. Sudah jelas-jelas ada di depan mata! Sudahlah capek berdebat sama bapak. Belain terus anak perempuanmu yang kurang ajar ini!"

Bapak menghela napas pnjang.

"Sudah sana bapak ke depan saja, ngobrol sama calon mantu! Calon mantu yang baik hati, gak pelit dan terlebih dia juga kaya!" pungkas ibu lagi

Kulihat bapak hanya menggeleng pelan, kemudian melangkah pergi meninggalkan kami.

"Menyesal ibu sudah membesarkanmu seperti anak sendiri. Balasan yang kau buat sungguh mencoreng nama baik keluarga! Lihatlah bapakmu tertekan atas sikap gi-la mu ini! Kakinya belum sembuh, sekarang ditambah masalahmu ini!"

Aku menoleh ke arah ibu, begitu juga dengan ibu yang menoleh melihatku.

"Kenapa? Kau tak suka ibu bicara seperti ini? Mau ngelak dari kenyataan?"

Aku menggeleng dan kembali menunduk, bila tak mengalah, ibu akan makin keras padaku. Lebih tepatnya ibu tak mau kalah dan selalu benar. Ya, lihatlah saja wajahnya saat ini. Ibu memandangku dengan tatapan sinis, seolah benci itu makin menguat.

Wanita itu memang bukan ibu kandungku, melainkan ibu tiri. Bapak menikahinya saat aku berumur 10 tahun. Ibu pun membawa anak bawaannya dari pernikahan terdahulu, dialah Mega, yang saat itu masih berumur 9 tahun.

Awalnya ibu memang baik. Tapi seiring berjalannya waktu, aku mulai melihat sikap aslinya. Aku sering diabaikan tapi dituntut untuk ini dan itu. Agaknya, bapak terlalu bucin dengan ibu jadi tak mendengar keluhanku. Karena ibu selalu bilang kalau ini untuk kebaikanku. Jangan terlalu dimanja dan lain sebagainya.

Apalagi setelah insiden hari ini dan aku hanya bersuamikan lelaki yang tak jelas asal-usulnya. Padahal sebelumnya, ibu sudah ancang-ancang ingin menikahkanku dengan juragan beras di desa ini.

Dia ikut arisan dan kumpulan sana-sini biar lebih dekat dengan calon yang notabene kaya. Tapi kenyataannya sangat mengecewakan baginya. Lucu memang.

Ibu mengambil nampan dan menaruh mangkuk bakso itu di atasnya.

"Damay, kamu buatin teh manis ya empat, bawa ke depan."

"Oh ya, mulai sekarang kalau mau makan, masak sendiri jangan nimbrung sama kami. Kamu kan sudah punya suami! Sudah tanggung jawabnya dia."

Setelah mengatakan hal itu, ibu melenggang pergi.

Aku mengusap dada yang terasa begitu sesak. Padahal selama ini, uang gaji bekerja toko kue itu selalu kubelikan beras atau kebutuhan sehari-hari lainnya meski memang tak seberapa, bahkan token listrik dan tagihan air, hingga habis bahkan tak bersisa, hanya menyisakan uang untuk beli bensin motor saja. Jelas berbeda dengan gaji Mega yang kerja di kantoran di pusat kota dan diantar jemput anak bosnya yang katanya naksir sama gadis itu.

Tak mau dianggap membangkang, aku membuatkan 5 gelas teh manis hangat. Yang satu untuk suamiku. Kulihat dari tadi dia hanya diam saja tak minum ataupun makan apa-apa.

Meski embun tebal ini masih menggenang di pelupuk mata, aku harus tegar menghadapi hari ini dan juga hari-hari selanjutnya.

Aku pun segera menggoreng pisang yang sudah kupotong-potong.

"Damay, tehnya buruaaan!!" Suara ibu terdengar sampai belakang.

Aku langsung berbalik dan hendak membawa empat gelas teh itu ke depan. Sungguh terkejut saat melihat lelaki itu tengah bersandar di dinding sambil menatapku tanpa berkedip. Rambutnya yang sedikit gondrong tampak basah lagi. Entah sejak kapan dia berdiri di situ. Tatapannya membuatku bertaya-tanya.

"Damaayy!!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lestari
perbedaan kasta
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   230 POV SAGA (Kabar Bahagia)

    Setelah itu, aku duduk sebentar di bangku, perasaanku tetap hangat dari perhatian kamu. Kamu berdiri di depanku, matamu masih penuh dengan kasih sayang. Tanpa kata, kamu ambil botol air, lalu menyodorkannya padaku. "Minum dulu, jangan sampe dehidrasi," katamu sambil ngelirikku.Aku ambil botolnya, tapi mataku gak lepas dari kamu. Rasanya, setiap detik yang berlalu penuh makna. Kamu bukan cuma buat aku merasa nyaman, tapi kamu juga selalu bikin hari-hariku lebih berwarna."Kamu nggak pernah capek ngurusin aku, ya?" Aku bertanya, meskipun aku tahu jawabannya. Kamu cuma tersenyum lebar, senyuman yang paling aku sukai."Capek? Gak ada yang lebih menyenangkan selain ngurusin kamu. Kamu bikin aku bahagia, Mas," jawabmu, suara kamu serak, tapi tetap penuh rasa sayang."Terima kasih, Sayang, udah selalu ada," aku bisikin pelan.Kamu balas dengan tatapan lembut, senyum tipis. "Aku akan selalu ada, Mas. Ayo kita saling berjanji."

  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   229. POV Saga (Manisnya Es Krim)

    POV SAGA Matahari sore mulai meredup, meninggalkan semburat jingga di langit. Angin sepoi-sepoi mengayun dedaunan di taman, sementara langkah kita beriringan di sepanjang jalur setapak. Aku menggenggam tanganmu erat, sesekali melirik wajahmu yang tampak begitu ceria. "Kamu mau es krim?" tanyaku tiba-tiba. Mata kamu berbinar. "Mau!" jawabmu semangat. Aku terkekeh, lalu menarikmu menuju kios es krim di sudut taman. "Kamu mau rasa apa?" Kamu berpikir sebentar sebelum menjawab, "Coklat dan vanila aja, biar manis dan lembut seperti aku, Mas." Aku tertawa kecil dan memesankan es krim pilihanmu, sementara aku sendiri memilih rasa stroberi. Setelah menerima es krim, aku menyodorkannya padamu. "Ini buat kesayangan aku." Kamu mengambilnya dengan senyuman lebar, lalu menjilat es krim itu dengan wajah puas. "Hmm, enak banget!" Aku menatapmu sambil tersenyum. "Tapi masih ada ya

  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   228. END

    Malam itu, di rumah, Saga duduk di ruang keluarga bersama Damay. Rasa cemas tentang masa depan perusahaan masih menghantuinya. Damay duduk di sampingnya, memegang tangannya, berusaha memberikan kenyamanan. "Mas, kenapa?" "Tidak apa-apa, aku hanya berpikir bagaimana dengan nasib masa depan perusahaan, terlebih Ayah sudah menyerahkan semuanya padaku." "Jangan khawatir, Mas. Mas sudah melakukan yang terbaik," kata Damay lembut. Saga hanya menghela napas. Damay menatapnya dengan penuh pengertian. "Mas, kamu sudah berusaha, dan sekarang waktunya untuk bergerak maju. Ayah sudah membantu banyak, dan kamu akan mampu mengelola perusahaan itu dengan baik." Saga tersenyum tipis, berusaha menerima kenyataan yang ada. "Aku akan berusaha lebih keras lagi, Damay. Aku tidak ingin semua pengorbanan sia-sia." Keesokan harinya, Saga kembali ke kantor dengan semangat baru, siap menghadapi tantangan

  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   227. Akuisisi

    Setelah keputusan pengadilan yang menghukum Aidan, Saga dan Damay akhirnya bisa bernapas lega. Namun, kebahagiaan mereka tak bertahan lama. Saga harus menghadapi kenyataan baru yang lebih berat: perusahaannya, yang telah dibangun dengan susah payah selama bertahun-tahun, berada di ambang kebangkrutan.Perusahaan yang dulu begitu megah kini mengalami kerugian besar akibat beberapa investasi yang gagal, manipulasi laporan dari dalam ditambah dengan pengaruh dari masalah yang menimpa Aidan. Saga tidak bisa menutup mata dari kenyataan bahwa banyak keputusan buruk yang terlanjur diambil, dan kini semuanya berujung pada masalah keuangan yang tak bisa dihindari.Saga duduk termenung di ruang kerjanya, mata terpaku pada layar komputer yang menampilkan laporan keuangan perusahaan. Kerugian yang terus menggunung dan semakin parah membuat hatinya terasa berat. Segala usaha yang dilakukan untuk membalikkan keadaan seolah sia-sia. Kini, kebangkrutan di ambang pintu, dan ia tahu

  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   226. Vonis Hukuman

    "Diana?" kata Saga dengan nada terkejut, mencoba menguasai emosinya.Diana berdiri di depannya, tanpa kata-kata lebih dulu. Wajahnya terlihat pucat, dan kedua tangannya gemetar saat ia meletakkan sebuah surat di atas meja Saga.“Aku tahu kamu pasti sudah tahu tentang Aidan,” kata Diana pelan, suara tergetar. “Tapi aku mohon, Saga, bebaskan dia. Aku sedang hamil anaknya. Aku tak ingin anak ini tumbuh tanpa seorang ayah.Saga terkejut, tapi ia segera menutupi rasa terkejutnya. Saga menatap Diana dengan tatapan kosong. Dia terdiam sejenak, seolah mencerna setiap kata yang keluar dari bibir Diana. Wajahnya berubah, tidak bisa menyembunyikan perasaan marah dan kecewa.“Aidan sudah membuat segalanya berantakan, Diana,” kata Saga, suaranya tegas. “Dia tak hanya menyusahkan dirimu, tapi juga aku dan keluarga kami. Kenapa kamu tidak melihat apa yang dia lakukan?”Diana menundukkan kepala, matanya mulai berkaca-kaca. “Aku tahu, aku tahu dia telah m

  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   225. Pulang

    "Kamu pikir kamu bisa mengancamku begitu saja dan aku akan diam? Tidak, Aidan. Kalau kau ingin menantangku, aku akan buat kamu menyesal.""Hahaha! Tapi ingatlah ini Saga, sampai kapanpun aku tidak akan menyerah!" ucap Aidan setengah berteriak.Dengan wajah yang penuh amarah, Saga berbalik dan meninggalkan ruang interogasi.Di luar ruangan, Pak Tom menunggu, melihat bosnya dengan tatapan serius."Bagaimana, Mas Bos?" tanya Pak Tom, suara penuh kekhawatiran."Aku tak percaya dia melakukan ini. Tapi aku tak akan biarkan dia merusak apa yang sudah kumiliki."Pak Tom mengangguk. "Kami akan terus mengawasi perkembangannya, Bos."Dengan tatapan tajam, Saga melangkah keluar dari kantor polisi.*** Hari itu, Damay dan Saga akhirnya mendapatkan kabar baik. Setelah menunggu dengan penuh kecemasan, dokter akhirnya datang dengan senyum yang membawa harapan."Pak Saga, Bu Damay, kami sudah memeriksa kondisi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status