Akhir-akhir ini Regan merasakan perubahan sikap Ziva yang mendadak jadi sangat lebih manja juga agresif. Apalagi setiap malam perempuan itu selalu meminta melakukan hubungan badan—meski tidak meminta secara terang-terangan, tapi dengan cara dia yang selalu menggoda juga meraba-raba milik Regan berakhir membuat mereka bergulat di atas ranjang seperti malam ini.
Efek ucapan perempuan sewaktu kondangan di Solo benar-benar membawa pengaruh besar terhadap hubungan Regan juga Ziva.
Selesai melakukan hubungan badan, kini mereka memilih untuk mengobrol sejenak sebelum dilanjut tidur. Terlebih Ziva kini benar-benar mematuhi segala syarat yang diminta oleh Regan—setiap siang Ziva selalu datang ke kantor untuk menemani makan, dan malamnya melayani suami dengan perasaan yang jauh lebih senang dari sebelumnya—biasanya jika dulu merasa tertekan karena untuk melunasi utangnya, kini berbeda saat melakukan dengan perasaan lebih kepada Regan.
“Regan, kira-
Merasa mendengarkan teriakan seseorang membuat Ziva segera bangun dari tidurnya. Kepalanya menoleh saat mendapatkan Regan berteriak.“Regan, bangun,” kata Ziva, menepuk pipinya.“Aku enggak tahu, Ziva! Aku enggak tahu!”Ziva sendiri merasa khawatir hingga membuatnya menepuk-nepuk pipi pria itu dari pelan sampai sedikit keras.“Regan, bangun,” kata Ziva.Merasa tubuhnya masih polos membuat Ziva buru-buru bergegas turun ranjang dan mencari pakaiannya yang berserakan di atas lantai. Cepat-cepat Ziva mengenakan pakaian itu dan kembali membangunkan Regan yang tampak sedang bermimpi buruk.“Regan, bangun,” kata Ziva sekali lagi, sambil menepuk keras pipinya.Dan untungnya kini Regan terbangun karena merasa tepukan keras di pipinya yang terasa sakit. Napasnya bahkan kian memburu saat ini. Kepalanya menoleh dan mendapati Ziva yang sedang duduk di pinggiran ranjang dengan wajah khawatir.&
Pagi ini Ziva terbangun dalam keadaan yang lumayan senang karena bisa tidur dengan nyenyak. Ia pun menoleh ke samping yang ternyata tempat tidur suaminya sudah kosong. Ziva pun mengerut bingung—memikirkan apakah Regan semalam tidur di sampingnya atau bekerja hingga waktu pagi seperti ini.Tak ingin ambil pusing membuat Ziva segera buru-buru ke kamar mandi. Seperti biasa ia akan menghabiskan waktu kurang lebih tiga puluh menitan untuk mandi saja.Selesai mandi dan berpakaian rapi, Ziva berdandan sebentar dan turun ke lantai bawah yang ternyata sudah ramai dengan ocehan bunda.“Pagi Bunda,” sapa Ziva, riang.“Eh Ziva, sudah bangun, Nak. Regan mana?”Ziva diam—tampak berpikir saat bunda menanyakan keberadaan Regan. Pasalnya di kamar juga tidak ada, dan Ziva pikir jika pria itu sudah di sini menunggunya sarapan. Ternyata tidak ada juga.“Em … semalam izin kerja, Bun. Mungkin masih berada di ruang
Seharian ini Ziva merasa galau. Yang dilakukannya hanya terbengong saja di perpustakaan hingga akhirnya Ziva merasa terkejut karena bahunya ada yang menepuk dengan kencang.“Idhar,” geram Ziva, kesal.“Haha, lagian gue perhatiin lo ngelamun aja dari tadi. Lagi mikirin apaan, sih?”Ziva melirik sejenak dan kembali menatap ke depan. Melamun kembali dan segera menutup buku yang sedang dibacanya.“Kampret! Ditanya malahan ngelamun lagi,” dumel Idhar, emosi.“Udah sono lo pergi. Gue enggak mau diganggu lalat kayak lo!” jawab Ziva, sekenanya.Disamakan dengan lalat membuat Idhar dongkol. Lalat kan hewan yang suka dengan yang kotor-kotor. Sialan!“Enggak asik lo!” Idhar pergi meninggalkan Ziva yang masih saja diam melamun.Jujur saja seharian ini perasaan Ziva diliputi rasa penasaran soal surat itu. Memangnya apa yang sedang disembunyikan suaminya. Bahkan Regan sampai berani
Saat tepat berada di depan pintu ruang kerja Regan, kini Ziva merasa bimbang saat ingin menekan slot pintu itu. Apalagi ini dalam keadaan bisa dikatakan masih malam. Jam dua pagi. Dan, Regan bangun hanya untuk ke ruang kerjanya saja? Benar-benar mencurigakan.Sambil menunggu waktu pun yang dilakukan Ziva hanya berjalan mondar mandir di depan pintu sambil menggigiti salah satu kuku jemarinya.“Aku harus tahu ada apa di dalam. Harus tahu apa yang disembunyikan pria itu,” gumam Ziva, menyemangati dirinya sendiri saat ini.Merasa sudah cukup menunggu membuat Ziva akhirnya menempelkan telinga di daun pintu. Ziva mencoba mendengarkan suara Regan yang tidak jelas itu.“Maafin aku sudah buat kacau semuanya,” lirih Regan, “Maaf, Celine,” imbuhnya lagi.Mendengar samar-samar nama sang kakak disebut membuat Ziva merasa semakin penasaran apa yang terjadi di dalam.Dengan modal nekat akhirnya Ziva langsung menekan slot
Ziva masih bingung kenapa Regan berhenti di sebuah tempat pemakaman saat ini. Memangnya Regan ingin berkunjung ke makam siapa?Merasa penasaran pun membuat Ziva mengikuti langkah kaki pria itu. Bahkan Ziva sengaja menjaga jarak sejauh mungkin agar tidak ketahuan.“Bego! Kak Celine, ‘kan dimakamkan di sini juga, aduh tolol banget,” geturu Ziva yang terus mengomeli dirinya sendiri.Dan benar saja dugaannya jika Regan berkunjung ke makam Kak Celine. Ziva yang melihat Regan tengah menaruh sebuket bunga di depan batu nisan Kak Celine membuat hati Ziva langsung terenyuh. Rasa-rasanya Ziva ingin menangis saat ini juga.Melihat Regan yang masih berjongkok lama sambil menunduk membuat Ziva merasa penasaran dengan apa yang tengah dikatakan oleh pria itu. Ziva tahu kalau pria itu pasti masih sangat berduka sekali karena tidak jadi menikah dengan Kak Celine.“Kasihan juga,” gumam Ziva melihat Regan.Tak lama Regan berdiri d
Hari ini Ziva masih tetap dengan misinya untuk mencari bukti jika Regan memiliki selingkuhan. Ia bahkan rela menyuruh Idhar untuk tetap stay di depan kantor Regan karena ia memiliki jadwal bimbingan dengan dosen.Mengingat Rio merupakan sekutu Regan membuat Ziva tidak mempercayai laki-laki itu. Ziva lebih baik keluarin duit untuk Idhar yang mau dibayar dua ratus ribu. Dan, untungnya Regan rajin memberikan transferan ke rekeningnya. Anggap saja itu uang jajan Ziva yang diberikan untuk Idhar karena memang Ziva tidak memakai uang itu untuk hal-hal tidak berguna.Kini Ziva mendapat laporan lagi jika Regan datang ke makam kemarin. Entah kenapa Ziva menjadi penasaran kenapa Regan menjenguk Kak Celine terus menerus. Jika memang masih belum move on dari kakaknya itu hal wajar saja karena mereka saling mencintai bukan dulunya? Kenapa harus diam-diam seperti ini.“Lo, pokoknya ikutin terus.”“Siap.”“Gue bayar hari ini transfer
Entah kenapa tadi Regan seperti melihat sesosok istrinya di pemakaman. Pakaian yang dikenakan orang itu sama persis seperti yang dipakai Ziva. Namun, di saat ingin menegur membuat Regan mengurungkan niat ketika perempuan itu tampak sedang mengusap-ngusap batu nisan. Mungkin hanya kebetulan saja bajunya sama. Apalagi model pakaian seperti itu sangatlah menjamur di Jakarta.Sebisa mungkin Regan terus menampik pikiran curiga kepada istrinya. Lagian jika memang Ziva ke makam, kenapa harus ziarah di makam orang lain?Terlebih Ziva sudah pulang ke rumah membuat Regan merasa tenang. Namun, mendadak perasaannya menjadi tidak enak.Buru-buru Regan menghubungi Maya. Ia ingin tahu apa yang sedang dilakukan istrinya saat ini. Terlebih jangkauan CCTV rumahnya tidak dipasang sampai ke dalam-dalam kamar. Karena itu area terlarang dan privasi.Di saat panggilan teleponnya diangkat membuat Regan langsung to the point. “Halo, Bun.”“Iya, sayang.&rd
Seusai makan malam, Ziva memilih pergi ke kamar untuk istirahat. Namun, mengingat kepalanya banyak hal yang dipikirkan membuat tidak bisa tertidur. Ziva pun memilih untuk menunggu Regan—suaminya pulang bekerja.Sudah berkali-kali kepalanya mendongak menatap ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Ziva berdecak sebal mengingat akhir-akhir ini Regan selalu pulang malam, dan sangat sibuk bekerja.“Ah, kupikir menjadi istri seorang pengusaha itu enak. Ternyata sering kesepian begini. Tahu begini mendingan nikah sama guru saja yang sore sudah di rumah,” dumel Ziva, kesal.Merasa sedang kesal dengan keadaan membuat Ziva langsung turun dari ranjang dan berjalan menuju balkon kamarnya. Ziva menatap ke arah halaman rumah yang cukup luas. Bibirnya tersenyum tipis.“Itu halaman kalau dibangun kos-kosan bakalan ngehasilin duit banyak, nih. Secara di Jakarta gitu lho. Apa saja serba dibuat bisnis yang menghasilkan,&rdquo