Share

Bab 4

Author: Pena_kinan
last update Last Updated: 2022-11-23 21:50:18

Bab 4  

Amarah Bela

"kurang gak Bu uangnya?" tanya Lia yang memperhatikan Ratna menghitung uang dihadapannya.

"Enggak kok nggak kurang malah lebih ini," ucap Ratna sok mau mengembalikan kelebihannya. Padahal dalam hati memang ini yang dia inginkan.

"Gak usah dikembalikan, Bu. Buat Ibu saja kalau ada lebihnya."

"Ih, menantu ibu yang satu ini baik banget deh. Makasih ya, Sayang! Beda sama menantu yang Ono. Yang ada dia malah gak pernah ngasih ibu uang, alasannya sama. Gak ada duit, padahal uang suaminya dia yang pegang!" Ratna terlihat sengaja memuji Lia setinggi-tingginya biar dia tersanjung dan juga uangnya mengalir terus kepada wanita tua itu.

"Oh ya, Bu. Nanti siapa saja yang bantu-bantu ibu memasak? Lia gak bisa bantu, Bu. Maklum kemarin abis meni pedi. Jadi sayang kalau buat motong bawang. Nanti rusak lagi kuku Lia," ucap Lia sembari memandangi kukunya yang baru dicat berwarna merah terang.

"Udah tenang aja, nanti biar Bela yang ngerjainnya. Kamu gak usah bantu-bantu. Nanti capek!"

"Ok. Makasih ya, Bu!" Ratna membalas dengan senyum merekah. Dengan sisa uang ini wanita tua itu bisa belanja gamis baru buat acara besok. Sengaja Ratna segera bergegas ke rumah Imam memberitahu Bela tentang acara syukuran di rumahnya. Tak habis akal agar acara tersebut lancar dan juga sukses pastinya. Sengaja Ratna membohongi Bela kalau dia mau mengadakan acara arisan di rumahnya meskipun sebenarnya acara syukuran atas pernikahan suaminya.

*****

"Ibu sudah belanja buat besok?" tanya Imam yang baru saja datang.

"Sudah, gak usah khawatir. Uangnya sudah dikasih sama Lia. Kamu gak salah milih istri, Mam. Lia itu beda sama Bela. Dia lebih mengerti ibu, kamu tau gak? Lia ngasih uang lebih buat beli baju baru besok. Dia baik ya, Mam?"

"Memang, Bu. Imam gitu lho. Pinter nyari bini!" Aku hanya mencebik. Kali ini Ratna sependapat dengan Imam kalau Lia memang pengertian. "Mam, besok kalau Bela marah dan minta cerai gimana? Inget ya, Bela jangan kamu ceraikan. Lumayan bisa disuruh-suruh. Bayar pembantu kan mahal. Mumpung ada yang gratis kenapa gak dimanfaatin. Ya enggak?"

"Gampang itu, Bu. Besok kalau Bela marah biar Imam yang handel. Paling-paling seminggu udah baik lagi." 

Ratna mengangguk tanda mengerti. Memang Imam bisa diandalkan. Jadi tidak perlu khawatir lagi.

Acara syukuran pun dilaksanakan. Banyak tamu yang datang, mereka memuji Bela. Karena Ratna menyampaikan kepada mereka semua bahwa Bela mengizinkan Imam menikah lagi. Jadi acara syukuran di rumah imam sengaja digelar atas permintaan Bela. Saking antusiasnya dia yang menyiapkan semua. Betul-betul otak jenius Ratna ini. Biarkan semua orang mengira Bela itu baik dan juga istri yang penurut.

Setelah selesai acara Ratna memanggil Bela untuk diperkenalkan dengan Lia. Seperti yang sudah di duga sebelumnya bahwa dia pasti marah. Dia pergi ke kamar meninggalkan mereka yang masih duduk di lantai beralaskan tikar.

*****

Bela berkemas. Memasukan semua yang Bela miliki kedalam tas yang cukup besar. Dari surat dokter hingga surat penting yang lainnya. Sering kali dia meminta cerai dan juga pulang kerumah. Tapi seringkali juga Mas Imam akan menjemput dan juga meminta maaf, berjanji tidak akan mengulangi lagi. Bod*hnya wanita itu percaya dengan janji palsu lelaki itu. Dan bod*hnya lagi Bela bertahan selama 10 tahun lamanya. Padahal luka yang dia terima baik itu luka yang ditorehkan Mas Imam maupun luka yang diberikan oleh ibu mertua. Sangat membekas.

Tapi tidak kali ini, Bela akan benar-benar meninggalkan Imam.

"Kamu mau kemana, Bela?" tanya Hamdani kepada Bela. Melihat Bela sudah membawa tas.

"Bela mau pulang ke rumah Emak, Pakde. Ceraikan aku, Mas. Kembalikan aku kepada orangtuaku!" Kembali Bela ucapkan kata cerai. Meskipun Imam masih terdiam. Nampak seperti hal biasa melihat Bela membawa tas lalu pamit kembali pulang.

Hamdani terdengar membuang nafas perlahan. Ada beban yang ia rasakan. Sebab dia sebagai kakak laki-laki dari Ibu mertua merasa bertanggung jawab atas gagalnya pernikahan keponakannya.

"Ya sudah, kamu pulang dulu. Jernih kan pikiran, nanti bisa dibicarakan masalah ini baik-baik. Biar Amir yang nganter kamu pulang." Nasehat pria tua itu. Tidak dijawab oleh Bela.

Bela mengalihkan pandangan ke arah Ibu mertua lalu pindah ke Lia dan yang terakhir Imam. Terlihat jelas jika mereka tidak merasa bersalah sedikitpun kepada Bela. . Membuatnya semakin kecewa. Sungguh miris sekali keluarga ini.

"Kamu itu gak tau diuntung, Bel. Imam itu mau menerima kamu selama sepuluh tahun yang notabene wanita mandul. Dan sekarang kamu berani mengancam suamimu untuk menceraikanmu? Dasar wanita bodo*." Berkali-kali Ibu mertua memaki Bela apalagi menghujaninya dengan kata-kata kotor.

Bela menghapus jejak air mata dengan kasar. Tak seharusnya airmata itu jatuh untuk orang-orang seperti mereka. Bela mencoba menguatkan hati dan juga dirinya sendiri. Memandang jauh ke depan lalu kembali melangkah meninggalkan rumah itu.

"Mbak Bela," Panggil wanita muda itu. Bela menghentikan langkah.

"Sebaiknya kita tidak perlu seperti ini. Aku menerima kok jadi istri kedua. Dan seharusnya kamu bisa menerima jadi istri pertama. Kita bisa hidup rukun satu atap bersama Mas Imam. Kamu tidak harus meninggalkan rumah ini. Ya kan, Mas?" Lia melempar pandangannya ke arah lelaki yang berada disampingnya.

Dengan mudahnya Imam mengangguk, menyetujui usulan istri mudanya. Tapi tidak dengan Bela. Keputusannya bulat dan tidak bisa diganggu gugat.

"Tidak akan pernah Sudi aku tinggal satu atap dengan lelaki yang sudah mengkhianati pernikahannya!" ucap Bela lantang yang mampu membuat amarah Imam meluap.

"Jaga ucapan kamu, Bela!" Imam berdiri dan menghampiri Bela. Tangannya diangkat ke atas dan bersiap menampar Bela. Dengan tenaga seadanya Bela menepis kuat-kuat. Tak akan dia biarkan sejengkal pun laki-laki itu bisa menyakiti lagi. Tidak akan pernah.

"Lancang kamu, Bela?" timpal Ibu mertua yang melihat Bela berani melawan Mas Imam. Semua orang yang ada di ruangan itu seketika berdiri. Memandang kearah Bela dan juga Imam yang saling berhadapan.

"Seharusnya ibu malu. Tidak bisa mendidik satu-satunya putra yang Anda miliki!" Tatapan Bela nyalang ke arah wanita tua itu. Amarahnya memuncak. Seketika rahang Bela mengeras. Tangan wanita itu menggenggam tas erat-erat.

Wanita tua itu mendengus kesal. Mendengar ucapan yang baru saja Bela lontarkan. Lia pun terlihat memutar bola mata menunjukan dia malas melihat drama yang Bela pertontonkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
ank dan ibu sama jahatnya dan sifatnya
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Mudah mudahan saja imam yang mandul
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SYUKURAN PERNIKAHAN SUAMIKU   Bab 71

    Happy endingPandu pergi meninggalkan Bela. Pergi meninggalkan wanita itu yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di rumah baru itu. Pandu benar-benar marah, dia tidak percaya jika Bela akan mendorongnya cukup kuat. Dan berpikir dia meminta haknya. Dengan teriakan yang cukup memekikkan telinga.Bela menangis tergugu. Tubuhnya lemas hingga terjatuh di lantai. Bersimpuh dengan air mata yang tidak mau berhenti.Bela menyesali perlakuannya pada Pandu. Padahal dia melihat kesungguhan laki-laki itu dalam membimbingnya kembali mengingat.Bela menyesal. Tapi sesak tiada guna, Pandu sudah pergi entah kemana dia? Seharusnya dia tidak pernah meninggalkan Bela dalam kondisi Semarah apapun. Apakah dia tidak ingat dengan janjinya? Tidak akan meninggalkan Bela dalam kondisi apapun?Tiba-tiba ingatan Bela satu demi satu kembali. Membuat kepalanya terasa berat, semakin lama hanya sakit yang ia rasakan. Sejalan dengan ingatan yang kembali dalam pikirannya.Hingga Bela tidak bisa lagi menahan sakit.

  • SYUKURAN PERNIKAHAN SUAMIKU   Bab 70

    Pandu kecewa"Kenapa mesti pindah rumah sih?" tanya Bela kepada Pandu. Dengan bibir mengerucut. Sedangkan Pandu masih sibuk memasukan pakaiannya satu persatu ke dalam koper. Dia nampak ragu menjawab. Tapi lagi-lagi Bela bertingkah."Eh, ditanya malah diem bae." Bela kembali berteriak. Kini tidak hanya berteriak, dia melempar sesuatu dengan asal. Astaga, dan apa kamu tahu apa yang dia lempar? Celana dalam dengan motif bunga renda. Sungguh menggemaskan, eh salah sexy. Dia salah, salah ambil. Membuat Pandu menoleh ke arah Bela. Dia benar-benar merindukan istrinya. Menatap wajah Bela dengan senyum yang sulit diartikan.Pandu langsung bergegas menghampiri Bela. Tingkahnya seperti singa yang siap akan menerkam mangsanya."Mau apa Lo?" Bela mencoba melempar apapun yang berada didekatnya. Namun sayang Pandu masih bisa menepisnya."Aku mau kamu, Sayang." ucap Pandu dengan wajah menggoda.Bela kembali berteriak hingga membuat Pandu panik. Ketika tubuh Pandu semakin ia dekatkan pada wanita itu.

  • SYUKURAN PERNIKAHAN SUAMIKU   Bab 69

    Pandu sadarBela semakin hari semakin membaik. Beberapa perban yang menutup lukanya dibuka. Lastri dan Sukino sedang dirumah Pandu. Beristirahat, dan berganti Tari dan Anton."Sayang, mamah ada disini. Kamu mau apa?" tanya Tari. Bela menggeleng. Wanita itu berubah. Dia menjadi wanita yang lebih pendiam, dia bingung dengan apa yang sudah menimpanya. Memiliki keluarga dan juga mertua. Sungguh sulit dibayangkan olehnya."Siapa suamiku, Mah?" tanya Bela terbata. Dia penasaran bagaimana keadaan suaminya jika dia memang sudah menikah. "Pandu?" Bela tersenyum. Meskipun dia tidak ingat wajah sang suami, tapi setidaknya dia bertanya. Meskipun sebenarnya dalam hatinya tak ada rasa khawatir sedikitpun."Dia masih koma, dia belum sadar. Doakan ya, semoga dia lekas sadar. Nanti kalau kamu sudah bisa berdiri, kita lihat suamimu di ruangannya. Dia disana sedang berjuang juga sepertimu. Mamah harap, kamu juga ikut berjuang ya!" Bela hanya tersenyum tak ada anggukan atau jawaban. Dia mungkin bingun

  • SYUKURAN PERNIKAHAN SUAMIKU   Bab 68

    Bela hilang ingatanMobil yang dikendarai Pandu keluar kawasan komplek. Baru saja memasuki jalan raya mobil hitam tersebut ditabrak truk bermuatan yang kehilangan kontrol.Kepala Bela terbentur. Pandu pun terluka, Oma yang ada di kursi penumpang bagian belakang juga merasakan guncangan cukup hebat. Arya langsung menghentikan laju kendaraannya. Beristighfar, mengharap Tuhan melindungi Bela dan juga Pandu."Astagfirullahaladzim, Bela. Ya Allah, Mas itu kan mobil Bela sama keluarganya.""Iya, Nia. Kamu yang tenang ya, aku akan segera menghubungi ambulans." Arya dengan cepat menghubungi pihak rumah sakit. Segera meminta pertolongan untuk kecelakaan yang baru saja terjadi.Arya dan Kania turun dari mobil. Sedangkan Cleo dia langsung menghamburkan pelukannya pada Kania. Calon ibu sambungnya. Pikiran Kania tak karuan dia khawatir dengan keadaan sahabatnya. Karena Arya melarang Kania mendekat. Hanya Arya yang mendekat. Memastikan Bela dan keluarga baik-baik saja. Tapi bagaimana bisa baik-

  • SYUKURAN PERNIKAHAN SUAMIKU   Bab 67

    Pertemuan Arumi dan BelaSeperti rencana semula. Bela pergi ke acara pernikahan Rumi. Anak Anton dengan istri terdahulu. Kebetulan Bela, Oma dan juga Pandu satu mobil. Sedangkan Anton sama Tari mengendarai mobil sendiri. Sengaja, karena kepulangan mereka berbeda waktu.Bela tidak tahu jika Rumi saudara Pandu beda Ibu itu ternyata Arumi. Wanita yang pernah dekat dengannya. Wanita yang pernah memintanya menikah dengan suaminya sendiri. Rela dimadu demi bakti kepada suami itu alibinya. Meskipun pada kenyataannya tidak demikian. Entah apa yang terjadi jika Bela bertemu dengan Arumi? Apakah mereka akan baik-baik saja? Setelah dulu pernah terdengar kabar bahwa Arya akan bercerai dengan Arumi. Tak lama Bela kehilangan komunikasi dengan wanita itu. Tiba-tiba saja dia hilang seperti ditelan bumi.Untuk kali ini Bela akan bertemu dengan Arumi sebagai adik ipar. Terkejutkah Bela jika melihat Arumi? Apakah Arya juga akan hadir dalam acara tersebut?Bela dengan senyum sumringah terlihat anggun m

  • SYUKURAN PERNIKAHAN SUAMIKU   Bab 66

    *****"Lepaskan saya, Pak. Saya ini lagi hamil. Apa kalian tidak punya hati nurani?!" teriak Maura ketika dia ditangkap polisi. Berharap tindakannya itu memberikan rasa empati kepadanya. Namun, bukan mendapatkan empati justru petugas bersikap tegas."Silahkan, Ibu menjelaskan semuanya di kantor. Saya hanya menjalankan tugas. Saya juga sudah membawa surat penangkapan. Ibu juga berhak membawa pengacara!" Dengan jelas dan tegas petugas itu menjawab.Maura terlihat marah, sangat marah. Tidak mungkin jika Pandu tega menjebloskan dirinya ke penjara. Benar-benar diluar dugaannya. Secepat ini keluarga Pandu bergerak. Padahal dia belum melakukan apa-apa. Baru menghilangkan janin Bela, semua orang menyerangnya dengan bersamaan. Umpatan demi umpatan dalam hati yang bisa dilakukan Maura saat ini. Keluarganya sudah tidak mau berurusan dengannya lagi. Setelah kasus hutang piutang yang dilakukan Maura. Kini dia sendirian. Dalam keadaan hamil dan kemungkinan dia dipenjara dalam waktu yang tidak sebe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status