Share

Membatalkan Pernikahan

Author: Khanna
last update Last Updated: 2023-03-07 12:38:54

Hari berikutnya, setelah semalaman melampiaskan amarah yang teramat menggebu dengan rasa sakit atas pengkhianatan yang mengoyak hatinya, Elsa pergi ke tempat di mana gaun pernikahannya dibuat.

“Oh, Mbak Elsa, ada yang bisa saya bantu? Gaun pengantinnya sudah disimpan, tinggal menunggu hari H saja.”

Intan—orang yang khusus mendesain gaun itu—seketika menghampiri Elsa. Karena mungkin kliennya itu akan membicarakan tentang gaun yang akan dipakainya.

“Iya. Tolong ambilkan gaun itu sekarang, Mbak,” jawab Elsa mengembangkan senyumnya.

“Oh, baik, Mbak.”

Tak menunggu lama, gaun pengantin berwarna putih sudah berada di hadapan Elsa.

“Aku akan memakainya lagi,” ucap Elsa seraya melangkah ke arah fitting room.

Intan heran. Namun, tak bisa berkata apa-apa karena Elsa langsung masuk untuk berganti pakaian.

“Cantik, tapi sayang, aku nggak bisa memakainya saat resepsi yang akan kugagalkan. Lebih baik aku pakai sekarang,” gumam Elsa di depan cermin memandangi tubuhnya yang berbalut gaun putih itu.

“Mbak, kalau boleh saya tahu, ada masalah apa ya, Mbak? Bukankah kemarin gaunnya sudah sesuai permintaan.”

Intan yang rasa penasarannya sudah ada di ubun-ubun langsung bertanya ketika Elsa mendatanginya dengan memakai gaun yang di desain olehnya.

“Aku mau pakai sekarang, Mbak,” jawab Elsa seraya menyunggingkan senyum manisnya.

“Maksudnya gimana ya, Mbak?” Intan mengernyitkan kening.

“Ini sudah dibayar kan, Mbak? Aku hanya ingin memberikan kejutan untuk calon mertuaku, eh, maksudku orang tuanya bekas tunanganku. Aku membatalkan pernikahan, Mbak. Aku harus pergi sekarang. Gaunnya cantik.”

Intan ternganga kala mendengar alasan yang terdengar tak masuk akal. Namun, Elsa tak menghiraukan pandangan orang. Ia melangkah ke arah mobil dan bergegas pergi ke rumah Rio.

“Mas, hari ini kamu libur kan? Aku lagi jalan ke rumahmu. Bentar lagi sampai kok.”

Ponsel yang sedang melakukan panggilan itu diletakan di phone holder tepat di hadapan Elsa.

“Beneran? Kalau gitu, aku mau siap-siap dulu. Nggak enak kalau ketemu kamu masih berantakan gini.” Suara laki-laki menjawab dari ujung panggilan.

“Iya, aku juga lagi nyetir. Aku matiin.”

“Baik, Sayang. Hati-hati ya, nggak biasanya kamu pergi sendiri. Bye, Sayang.”

Elsa membuang napasnya setelah menyelesaikan panggilan itu. Gemuruh di dalam dada kembali mendatanginya. Matanya sudah terasa panas. Bahkan sudah mulai mengembun.

“Jangan nangis Elsa, kamu harus kuat.” Elsa hanya bisa menguatkan dirinya sendiri yang kembali terluka.

Beberapa kali, Elsa menarik napas kuat-kuat. Dadanya terasa sesak dan terimpit. Secara perlahan, udara yang dihirup di keluarkan dari mulut untuk mengurangi rasa tak nyaman itu.

Mobil Elsa memasuki halaman rumah Rio. Sebelum keluar, wanita berambut panjang itu sengaja merobek gaun bagian bawah yang dikenakan.

Elsa melihat senyum yang merekah dari orang-orang yang menyambutnya. Mereka yang sebentar lagi menjadi keluarga, pada akhirnya, semua akan gagal.

Pintu mobil terbuka, Elsa membalas senyuman mereka. Secara perlahan, ia turun dari mobil. Detik yang sama, keluarga Rio termasuk Rio sendiri tampak sangat terkejut melihat pakaian yang dikenakan oleh Elsa. Bukan hanya memakai gaun pernikahan, tetapi gaun itu sudah disobek di beberapa bagian.

“Dek! Apa ini? Kamu memakai gaun pernikahan kita? Lalu, gaunnya kenapa robek begini? Apa yang terjadi, Dek?”

Rio seketika menghampiri Elsa. Wajahnya khawatir bercampur emosi.

“Iya, Mbak. Apa yang terjadi?” tanya Raya—adik Rio.

“Aduh, menantuku. Apa yang telah terjadi padamu? Kamu baik-baik saja kan?” tanya Tika—ibu Rio. Dia juga sangat cemas.

“Aku baik-baik saja kok. Terima kasih sudah mencemaskanku. Apa aku boleh masuk?” Elsa berbicara seolah hatinya tak terluka.

“Iya, menantuku. Ayo, masuk,” jawab Tika.

“Dek, ada apa sih, sebenarnya?” tanya Rio lagi sesaat memasuki rumah.

“Aku pun nggak mau berlama-lama di sini. Jadi, kenapa aku memakai gaun pernikahan ini sekarang dan malah sudah robek begini? Aku memang sengaja melakukan semua ini ....“

“Maksudmu apa, Dek?” Rio memotong perkataan Elsa. Alisnya hampir bertabrakan.

“Dengarkan dulu, jangan potong perkataanku.”

Tika dan Raya ikut cemas. Namun, mereka diam mengikuti keinginan Elsa. Pun dengan Rio sekarang.

“Jadi, dengan kedatanganku ke sini, aku ingin menyampaikan, kalau pernikahan yang sebentar lagi terlaksana, pada akhirnya gagal. Aku memutuskan untuk membatalkannya.”

“Dek! Apaan sih?”

“Mbak, kok gitu?”

“Kamu nggak bisa membatalkannya begitu saja, Elsa.”

Tiga orang di hadapan Elsa seketika melontarkan kalimat penolakan.

“Ini sudah menjadi keputusanku. Kalian nggak bisa memaksa orang yang akan menjalani kehidupannya. Jadi, terima saja keputusanku ini.”

Meski perasaan di dalam dada bergejolak hebat, Elsa tidak mau menunjukkan kelemahan itu di hadapan laki-laki yang sudah membuatnya sakit hati. Laki-laki yang nantinya akan menambah luka kalau pernikahan ini tetap terjadi.

“Apa alasanmu, Dek? Kenapa kamu begini?” Rio berusaha meraih tangan Elsa, tapi ditepis.

“Pikirkan sendiri, Mas. Intinya, aku sudah membatalkan pernikahan kita. Hubungan kita sampai di sini saja. Aku harus pulang sekarang.”

“Elsa, aku mohon. Jangan begini. Kamu menantu Ibu yang sangat baik. Tolong jangan seperti ini.”

Tika ikut mencegah kepergian Elsa. Ia berharap, Elsa mau mencabut semua perkataannya.

“Nggak bisa, Bu. Tenang saja, semua masalah biaya pernikahan sudah aku lunasi. Jadi tolong, jangan halangi kepergianku.”

“Mana janjimu, Mbak! Katanya mau bantu bayar kontrakan kami. Kamu malah sengaja membatalkan pernikahan secara sepihak. Kamu harus tepati janjimu, Mbak,” ucap Raya.

“Oh, jadi tujuan kalian memang seperti ini? Mau jadikan aku sebagai mesin pencetak uang? Dulu aku memang bodoh, demi cinta, malah setuju saja dengan semua permintaan kalian. Sekarang, mataku baru terbuka sangat lebar. Mulai detik ini, jangan pernah mengusik kehidupanku lagi.”

Elsa berbalik badan. Ia berjalan keluar dari rumah bekas calon suaminya itu.

“Elsa! Dasar munafik! Wanita kurang ajar!” bentak Tika berusaha mengejar Elsa.

“Bu! Jangan, Bu! Biarkan dia pergi. Jangan sampai Ibu melakukan kekerasan padanya. Kita bisa bahaya, Bu,” cegah Rio.

“Jangan biarkan dia membatalkan pernikahanmu, Rio! Kamu harus menikahinya! Jangan bertindak bodoh!”

“Iya, Mas! Kejar dia! Aku nggak mau menyia-nyiakan kesempatan emas yang sudah ada di depan mata, Mas!” Raya ikut berargumen.

Klakson berbunyi menyapa tiga orang yang sedang berdebat. Elsa sudah pergi meninggalkan rumah Rio mengendarai mobil mewahnya.

“Bodoh kamu! Bagaimana bisa melepaskan harta karun seperti Elsa. Kalian ada masalah apa, Rio? Kenapa Elsa bertindak seenaknya seperti itu?”

“Iya, Mas. Kamu ini bego banget. Naklukin wanita aja nggak becus.”

“Kalian harusnya diam saja. Aku saja bingung. Kenapa Elsa malah membatalkan pernikahan kami.”

Sial! Kalau begini, bagaimana hubunganku sama Vela? Padahal dengan menikahi Elsa, aku bisa tetap menjalin hubungan dengan Vela. Kalau Vela tahu akhirnya jadi begini, dia pasti kecewa sama aku. Batin Rio meronta mengetahui kenyataan yang kini terjadi.

***

“Satu langkah sudah bisa dilewati. Ya, mungkin ini awal dari segalanya, setidaknya, aku berhasil melepaskan hubungan palsu ini. Hanya aku yang mencintai, buat apa? Buang sebelum menambah luka.”

Elsa menepikan mobilnya untuk mengganti pakaian. Ia tak mau memakai gaun yang hanya menambah lara.

***

“Bian! Kamu tahu kan, dalam waktu dua bulan ini kamu sudah harus menikah. Kalau tidak, kamu nggak akan mendapat sepeser warisan dari kakekmu. Kamu sudah bertemu sama anaknya Pak Handi kan? Gadis bernama Vela itu cantik. Kenapa sampai sekarang kamu nggak meresponsnya dengan serius? Kamu setuju sama perjodohan itu kan?”

Laras—ibunya Bian—selalu cerewet tentang pernikahan yang terus diabaikan oleh Bian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Layla Mulhayati
bingung sama ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Pernikahan Sesungguhnya

    “Bebaskan aku! Aku nggak bersalah! Mas Aryo yang menyuruhku selama ini! Dia yang awalnya punya rencana busuk itu. Aku nggak bersalah!”Nani histeris kala hakim telah memvonis hukuman penjara selama beberapa tahun kepadanya.“Mas Aryo yang jahat! Dia yang bersalah! Bukan aku!” ulang Nani dengan suara yang masih lantang.“Kita sama-sama berbuat kejahatan. Kita yang merencanakan semuanya! Bukan hanya aku!” balas Aryo tak mau disalahkan.“Diam kamu! Aku nggak mau di penjara!” hardik Nani.“Kita sama-sama salah! Jangan limpahkan semua kesalahan kepadaku! Brengsek!” Aryo kesal karena Nani selalu menyalahkannya.“Tolong diam semuanya! Keputusan sudah ditentukan! Tidak ada gunanya kalian bertengkar seperti sekarang! Silakan bawa tersangka ke dalam sel yang telah disediakan.”Kemarahan Nani tak bisa dilampiaskan lagi karena memang telah mendapatkan keputusan dari pihak berwenang. Percuma saja meski dia marah hingga berteriak-teriak. Vonis itu akan tetap menimpa dirinya sebab perbuatan jahat ya

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Kebusukan yang Terkuak

    Kasus kejahatan yang dilakukan oleh Nani dan Aryo sudah ditangani pihak berwenang. Nani diringkus oleh pihak kepolisian. Namun, Handi memohon untuk menunda kepergian mereka sampai Vela datang.“Yah! Sebenarnya ada apa? Kenapa Ayah datang bersama polisi yang akan menangkapku? Aku nggak melakukan apa-apa, Yah!” bela Nani wajahnya memucat. Ia duduk dengan tangan yang telah diborgol.“Kau selingkuh dengan Aryo kan? Kalau mengelak, hukumanmu akan tambah berat,” ancam Handi.Kata-kata Handi yang Nani dengar itu bagai dentuman bom yang meluluh-lantahkan perasaan di dalam hatinya. Ada ketakutan yang dirasakan di detik yang sama. Tak menyangka, semua yang telah ditutup rapat-rapat akan terkuak begitu saja.“A—apa maksudmu, Yah?” Ya, tentu Nani tak akan mengakuinya dengan mudah meski nasibnya sudah di ujung tanduk.“Kau mendorong Pak Umar dari atas tangga gara-gara dia melihatmu sedang bermesraan dengan Aryo kan? Akui saja Nani.”Nani hanya menggelengkan kepalanya. Ia ingin menyangkal lagi, tet

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Aku Mau Menikah Denganmu

    Sehari setelah Wulan menyampaikan alasannya kepada orang-orang dari masa lalunya, menjadikan hubungan itu kembali membaik. Penyesalan dari masing-masing orang bisa saling diterima dengan lapang dada. Mereka saling memaafkan dan memulai dengan hubungan yang lebih baik dari sebelumnya.Handi dan Wulan belum membicarakan lagi tentang hubungan pernikahan keduanya. Mereka ingin fokus pada kesembuhan Elsa terlebih dulu.Ketika sedang bercengkerama, ponsel Handi berbunyi. Ia mengambil benda itu. Di layar itu tertulis istriku. Ya, Nani orang yang menelepon Handi.Aku harus mengganti nama kontak ini. Dia wanita jahat dan licik. Aku akan menyudahi hubungan pernikahan kami. Tapi, sampai Elsa belum bisa dibawa pulang, aku harus berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Ini demi kelancaran rencanaku untuk menjebloskannya ke penjara.Handi menyingkir dari orang-orang. Kemudian, mengangkat telepon yang berasal dari istrinya.“Halo, Yah. Ayah mau pulang kapan? Jangan lama-lama. Aku sendirian di rumah.”Nan

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Titik Terang

    Septi dan Wulan memasuki ruangan tempat Elsa terbaring tak berdaya. Orang-orang yang ada di ruangan itu, tentu menyambutnya dengan senyum yang lebar. Namun, kala menyadari kalau Wulan adalah orangnya, Wicaksono dan Elsa tercengang. Keduanya tak percaya kalau Wulan masih hidup dan sekarang berdiri di hadapan mereka.“Apa benar kamu Wulan?” tanya Wicaksono menghampiri wanita yang berdiri di sebelah Septi.Wulan mengangguk sambil menahan rasa khawatir. Lisannya bagai terkunci. Meski senang bisa berjumpa lagi dengan mertuanya, tetap ada rasa tidak nyaman yang menyeruak dari lubuk hati terdalam.“Kakek mengenalnya?” Laras tentu tak tahu apa-apa. Juga, suasana ruangan itu berubah canggung karena pertemuan mereka. Hingga Laras makin penasaran.Wicaksono malah terdiam. Pelan-pelan sorot matanya tertuju ke arah Elsa. Hatinya yang mendesir pun mengundang perasaan haru.“El, ternyata bundamu masih hidup. Apa yang kamu lihat, mungkin memang dia. Ini benar-benar keajaiban,” kata Wicaksono pada Els

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Pengakuan Umar

    “Pak, saya mau mengabarkan berita bahagia tentang Ayah saya. Beliau sudah mulai bisa berbicara. Ayah saya ingin mengatakan tentang kejadian saat beliau jatuh di tangga. Kalau berkenan, saya akan mengeraskan suara panggilan ini agar Anda bisa mendengarnya juga. Saya akan merekamnya sekalian sebagai bukti kalau seandainya nanti dibutuhkan.”Rendi menjelaskan tujuannya sebelum Umar mengatakan apa yang ia alami di masa lalu.“Oh, syukurlah kalau memang begitu. Loadspeaker saja, biar kami ikut mendengar,” jawab Handi, kini lebih menghargai Rendi.“Ayah saya masih terbata-bata saat berbicara, mohon pengertiannya kalau ucapannya sulit dipahami.” Rendi menjelaskan lagi secara spesifik tentang kondisi ayahnya.“Tidak masalah, Ren.”“Baik, Pak. Terima kasih.”Apa nantinya, kebusukan Mama Nani akan terbongkar? Menurut Elsa dari ceritanya dulu kan, Mama Nani orang yang sudah mendorong ayahnya Rendi. Kira-kira, apa sebabnya ya?Bian hanya diam saat Rendi mengatakan tujuannya. Ia masih menutupi rah

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Mencecar Aryo

    “Di mana bajingan itu, ha! Sudah diberi kepercayaan, tapi malah berniat membunuh Elsa? Apa alasan bajingan itu, ha! Pengkhianat!”Ketika Handi dan yang lain sudah sampai di rumah sakit tempat Aryo dirawat, ia tak bisa membendung emosinya lagi. Ia tak sabar ingin bertemu dengan Aryo yang mungkin sedang terkulai tak berdaya di ranjang pesakitan.“Mari, Pak. Saya antar.” Salah satu bodyguard mempersilakan mereka untuk mengikutinya ke ruangan tempat Aryo dirawat.“Iya! Cepat antar aku ke sana!” jawab Handi makin geram sambil melangkahkan kakinya.Kemurkaan terlukis di wajahnya. Orang yang begitu dipercaya, ternyata menusuknya dari belakang. Apalagi Handi telah tahu siapa Elsa sebenarnya, kemarahan makin tak terbendung.Sampai di ruangan tempat Aryo dirawat, Handi menautkan alisnya seraya menatap tajam ke arah Aryo yang terbaring lemah. Orang itu telah sadar setelah tadi sempat pingsan.“Yo! Apa maksudmu! Kamu sengaja mencelakai Elsa? Kamu berniat membunuhnya, ha! Apa yang ada di pikiranmu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status