Share

Saat Cinta Pertama Kembali
Saat Cinta Pertama Kembali
Penulis: errie_kurnia

Bagian 1

POV Author

Pagi ini Meylina merasa perutnya benar-benar sakit, akhirnya ia memutuskan untuk tidak berangkat ke butik miliknya untuk bekerja. Setiap datang bulan Meylina memang selalu merasakan sakit perut yang luar biasa hebat, hingga membuatnya sulit beraktifitas.

"Kamu kenapa? sakit?" tanya Agung suami Meylina yang baru saja keluar dari kamar mandi, lantas Agung segera mengganti pakaian dan duduk di tepi ranjang sambil memperhatikan sang istri yang masih terbaring dengan badan terbungkus selimut tebal.

"Ngga, Mas, biasa nih aku lagi dateng bulan." Ucap Meylina dengan suara parau.

"Mau, Mas antar ke dokter? Setiap dateng bulan kamu tuh sakit perutnya parah banget loh, apa gak sebaiknya di perikaskan?" tanya Agung dengan wajah khawatir, namun Meylina menggelengkan kepala tanda ia tak ingin di antar ke dokter karena itu pasti akan membuat pekerjaan suaminya terganggu.

"Nggak usah, Mas, tadi abis dibikinin sarapan sama Bik Minah, aku juga udah minum obat nyeri. Insyaallah ntar juga mendingan, udah biasa juga kok. Kamu kan katanya ada rapat penting pagi ini."

Agung terlihat berfikir, kemudian mendekat ke arah Meylina dan memeluk tubuhnya sesaat.

"Ya udah kalo gitu Mas ke bawah mau sarapan dulu yah, kalo ada apa-apa kamu panggil Mas aja." Meylina hanya tersenyum menanggapi ucapan suaminya.

Meylina kembali membaringkan tubuhnya, ia merasa sakit perutnya sedikit berkurang setelah meminum obat nyeri yang Bik Minah Berikan tadi. Namun saat Meylina hendak memejamkan mata terdengar suara Handphone berdering dari atas nakas samping ranjangnya, Meylina menoleh sekilas, dilihatnya handphone Agung berdering. Ia pun kembali berbaring karena ia tak ingin mengganggu privasi suaminya dengan mengangkat telepon di handphone suaminya, namun handphone Agung terus berdering hingga lebih dari 5x, karena takut telepon penting Meylina pun bangun dan meraih Handphone Agung, namun nama yang tertera di layar handphone Agung adalah nama yang tak asing baginya.

"Susan?" gumam Meylina dengan hati penuh tanya.

"Apa mungkin Susan... nggak, nggak mungkin!" Meylina mencoba menampik prasangkanya, kemudian ia menyimpan kembali Handphone Agung bersamaan dengan Agung yang masuk ke dalam kamar.

"Handphone kamu bunyi terus tuh dari tadi, kayaknya penting." Ucap Meylina sambil melihat suaminya yang langsung mengambil tas kerja sambil memasukkan beberapa map.

"Oyah? Siapa pagi-pagi gini udah nelpon?" Ucap Agung dengan tetap sibuk memasukkan map ke dalam tas kerjanya.

"Susan" Jawab Meylina sambil terus menatap suaminya lekat untuk memeperhatikan ekspresi Agung.

Agung tiba-tiba terdiam sesaat, namun kemudian bersikap seperti biasa.

"Susan ini?" Agung menyodorkan handphone dengan layar bergambar kontak dengan nama Susan, di sana terdapat foto profil seorang wanita dengan rambut tergerai menghadap kebelakang. Meylina tak dapat mengenalinya. tapi nama wanitu itu mengingatkan Meylina pada seseorang. Seseorang dari masa lalu suaminya.

"Susan ini pegawai baru di kantor Mas, Sayang, gak usah mikir yang macem-macem yah." Jelas Agung seolah tahu rasa penasaran Meylina.

"Siapa yang mikir macem-macem!" Elak Meylina sambil memonyongkan bibir membuat Agung tampak gemas, dan langsung beranjak mendekat dan mencium pipi istrinya.

"Saat ini dan seterusnya hanya akan ada kamu di hati aku, tak perlu mengingat apalagi terganggu dengan masa lalu, aku aja udah move on masa kamu ngga sih!" Ucap Agung sambil mencubit gemas hidung bangir Meylina.

"Iya, iya, ya udah sana berangkat ntar telat loh"

"Okey, kamu baik-baik yah di rumah, kalau ada apa-apa langsung telepon aku" Ucap Agung sambil berlalu meninggalkan Meylina.

Meylina menghirup nafas dalam, mencoba menetralkan fikirannya. Ia mulai merutuki diri karena sempat berfikir macam-macam hanya karena nama Susan. Meylina benar-benar tahu bagaimana Agung melupakan masa lalunya, dan tak pernah sekalipun mengungkitnya semenjak mereka menikah, bukankah itu harusnya membuat Meylina yakin bahwa masa lalu itu tak mungkin akan mengganggu rumah tangganya.

🥀🥀🥀🥀🥀

Siang mulai beranjak, Meylina terbangun dari tidurnya saat samar terdengar suara wanita paruh baya yang begitu ia kenal, Meylina langsung beranjak turun dari ranjangnya, dan turun ke lantai bawah.

"Ibu...." Sapa Meylina saat mendapati Ibu Mirna tengah berada di meja makan menyiapkan banyak makanan.

"Eh sayang, udah mendingan? kata Agung kamu sakit?" Tanya Bu Mirna sambil menggandeng tangan Meylina menuju meja makan.

"Nggak, Bu, cuma sakit perut dateng bulan aja kok."

"Tadi pagi Agung telepon Ibu, bilang katanya kamu sakit, makanya Ibu tadi buru-buru ke sini sambil mampir di rumah makan buat beli lauk kesukaan kamu, biar kamu cepet sehat." Ucap ibu Mirna penuh semangat.

"Wah Ibu tau aja nih apa yang dibutuhin wanita yang lagi dateng bulan." Ucap Meylina sambil menyendok makanan di depannya.

"Oh iya Mey kamu sama Agung beli rumah baru?" tanya Ibu Mirna yang juga mulai menyeruput es buah yang ia bawa.

Seketika Meylina menghentikan aktifitasnya dan tertegun mendengar pertanyaan sang ibu mertua.

"Rumah? Rumah mana, Bu?" tanya Meylina bingung.

"Itu loh rumah yang ada di ujung komplek ini."

"Nggak bu, kalo aku sama mas Agung beli rumah ya pasti kita kasih tau Ibu dulu lah, emang Ibu tau dari mana?" tanya Meylina bingung.

"Tadi pas Ibu dateng, Ibu ketemu B Ida di depan, katanya dia kemaren liat Agung di rumah itu sama kamu, lagi beresin barang kayak orang pindahan gitu." Tutur Bu Mirna.

"Bu Ida salah liat kali, Bu".

Meylina mencoba tetap berfikir positif, karena kemarin Agung pulang telat dengan alasan meeting penting, jadi tidak mungkin Bu Ida melihat suaminya di rumah ujung komplek ini. Meskipun ada sedikit keraguan dalam hati Meylina, ia mencoba tetap percaya bahwa mungkin bu Ida yang salah mengenali.

Hampir jam 8 malam Agung belum tiba di rumah, terakhir ia mengirim pesan pada Meylina akan pulang terlambat karena harus menemui klien dari luar kota. Pekerjaanya sebagai seorang kepala perusahaan Arsitektur membuatnya sering meninggalkan Meylina karena meeting dan menemui klien-klien penting, tapi entah kenapa belakangan ini Meylina merasa Agung terlihat sangat sibuk hingga waktu mereka bersama sangatlah sedikit, apalagi karena nama Susan yang tiba-tiba muncul dan pernyataan bu Ida yang ibu mertuanya beri tahukan tadi membuatnya sedikit was-was.

Satu jam berlalu, Meylina masih menunggu Agung di dalam kamar, biasanya Meylina akan menunggu Agung pulang di sofa ruang tamu, tapi karena sakit di perutnya belum benar-benar reda ia memilih menunggu suaminya di dalam kamar, tak terasa matanya terpejam. Hingga tiba-tiba ia mendengar suara Agung dari depan pintu kamar. Meylina melirik jam sekilas yang menunjukkan pukul 11 malam, Meylina gegas turun dari ranjang ingin segera menghampiri Agung namun langkahnya terhenti karena mendengar suara wanita dari telepon yang tengah Agung terima.

Meylina urung membuka pintu, dan mencoba menajamkan pendengarannya di balik pintu.

"Benar suara wanita, tapi siapa yang menelpon Mas Agung selarut ini?" Gumam Meylina.

Sedetik kemudian terdengar sayup suara tangis dari telepon tersebut, namun Meylina sama sekali tak mendengar suara Agung, hanya terdengar hembusan nafas berat dari suaminya di balik pintu.

Karena penasaran Meylina langsung membuka pintu, Agung menoleh dengan wajah kaget, dan langsung memasukkan handphonenya ke dalam saku piyama yang ia kenakan.

"Mas lagi telepon siapa? kok tadi aku denger kaya orang nangis?" tanya Meylina penasaran.

"Ngga sayang, ini tadi Ibu telepon." Agung sedikit tergagap menjawab pertanyaan Meylina.

"Ibu? Ibu kenapa? apa mungkin ibu sakit?"

"Ngga sayang gak apa-apa, ibu cuma nanyain keadaan kamu aja, ibu khawatir takut sakit perut kamu belum mendingan,"Ucap Agung sambil masuk ke dalam kamar, kemudian Meylina mengekor di belakang Agung.

Meylina sebenarnya tak yakin bahwa yang menelepon adalah ibu mertuanya karena ia tahu betul bahwa ibu mertuanya memiliki jadwal tidur teratur, jarang sekali ia tidur lebih dari jam 9 malam, dan ini sudah jam 11 lebih.

"Udah malem sayang, ayo cepet tidur!" Ajak Agung pada Meylina yang masih terduduk di samping tempat tidur.

"Tapi mas, tumben ibu telepon jam segini, ibu kan biasanya jam 9 udah tidur!" tanya Meylina yang sangat penasaran, karena ia yakin bahwa yang menelepon suaminya tadi bukanlah ibunya, bahkan Meylina yakin itu bukan suara ibunya.

"Mungkin karena ibu khawatir banget sama menantu kesayangannya yang lagi sakit" Ucap Agung sambil mendekat dan memluk Meylina dari belakang. "Udah yuk tidur, mas capek banget nih".

Meylina menurut, dan langsung membaringkin tubuhnya membelakangi Agung yang terlihat langsung tertidur.

Malam itu Meylina sulit memejamkan kembali matanya, ia masih penasaran siapa yang menelepon suaminya tadi, karena meskipun suaranya tak begitu jelas namun Meylina yakin suara wanita itu bukanlah suara ibu mertuanya.

"Apa mungkin kamu nyembunyiin sesuatu dari aku mas? atau aku yang terlalu berlebihan?" Gumam Meylina dalam hati sambil memandangi wajah pria yang tlah menjadi pendamping hidupnya selama 4 tahun itu.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
LamaTokan Fika Fino
wirasat seorang istri itu tda salah..
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
awal yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status