Share

Bagian 2

Author: errie_kurnia
last update Last Updated: 2021-08-22 09:59:16

POV Author

Kokok ayam mulai terdengar, suara adzan mulai bersahut-sahutan. Meylina terbangun kemudian membangunkan Agung untuk melaksanakan kewajibannya. Begitu Agung terbangun, Meylina beranjak ke dapur untuk mempersiapkan sarapan dengan dibantu Bik Minah.

"Sayang, kok kamu udah sibuk di dapur? perut kamu emang udah mendingan?" Tanya Agung yang tiba-tiba sudah berada di pintu dapur memperhatikan istrinya yang tengah sibuk dengan bumbu masak.

"Masih agak sakit sih, tapi udah gak parah kayak kemaren." Jawab Meylina yang masih sibuk membuat nasi goreng seafood kesukaan suaminya.

"Mending kamu istirahat dulu deh, nggak usah banyak aktifitas dulu, aku khawatir sakit kamu malah tambah parah kayak dulu," Ucap Agung khawatir mengingat dulu saat awal pernikahan Meylina pernah sampai jatuh pingsan karena sakit perut datang bulan yang ia derita. Saat itu Agung memaksanya ke dokter namun Meylina menolak karena merasa sakitnya akan segera membaik.

"Nggak apa-apa, Mas, nanti aku minum obat lagi. Hari ini juga aku harus ke butik, ada barang baru yang dateng, kasian kalau Rina yang handle sendiri." Jelas Meylina sambil membawa nasi goreng yang baru matang ke meja makan.

Pukul setengah 8 Agung pamit berangkat ke kantor, sedangkan Meylina masih mematut diri di cermin, hatinya kadang terasa kosong karena di usia pernikahannya yang ke 4 ia belum di karuniai anak, namun segala fikiran negative selalu ia tepis dengan anggapan bahwa anak adalah hak preogatif Allah, ia hanya bisa meminta, kemudian memantaskan diri agar kelak bisa menjadi orang tua yang siap di amanahi buah hati, adapun kapan Allah akan memberikannya ia serahkan semuanya pada Sang Pencipta. Ia yakin segalanya telah Allah atur dengan sebaik-baik alur.

Selama ini Meylina dan Agung memang belum pernah berkonsultasi pada dokter, keduanya bersepakat untuk menunggu saja, namun bukan tanpa usaha. Selama 4 tahun keduanya melakukan pola hidup sehat, memakan makanan bergizi, menjauhi rokok apalagi minuman keras, dan semua hal baik keduanya lakukan untuk mendukung agar mereka bisa segera di karuniai anak, namun ternyata Allah belum memberikannya.

Tepat pukul 8 Meylina berangkat ke butik menggunakan taksi online, karena jarak dari rumah ke butiknya hanya memakan waktu 20 menit.

Namun tiba-tiba Meylina merasa perutnya mulai sakit lagi, kemudian ia teringat bahwa tadi sebelum berangkat ia lupa meminum obat nyeri yang Bik Minah berikan. Tapi karena sudah hampir sampai Meylina memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke butiknya. Saat tiba di butik Meylina melihat Rina sudah sibuk dengan tumpukan gamis dan hijab yang baru saja di antar oleh distributor pusat, ada 6 karung besar yang isinya adalah gamis dn hijab untuk di distribusikan ke reseller online.

Meylina langsung membagi tugas kepada 3 pegawai lainnya agar cepat rampung dan bisa di kirim hari ini untuk reseller, tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 10 dan Meylina merasa perutnya semakin sakit, sedangkan pekerjaan dan pembeli mulai berdatangan. Meylina mencoba menahannya namun ternyata sakitnya malah semakin menjadi dan tepat pukul setengah 11 Meylina tak lagi dapat menahan sakitnya hingga ia terkulai lemas di lantai dengan keringat dingin telah membasahi tubuhnya.

🥀🥀🥀🥀🥀

Meylina mulai membuka mata, kemudian mengedarkan pandangan di sekelilingnya, segera ia sadari bahwa kini ia berada di sebuah berangkar di sebuah Unit Gawat Darurat.

"Mbak sudah sadar?" Tanya wanita cantik berkulit putih yang duduk di samping ranjang tempatku terbaring.

Meylina menyipitkan mata memandang wanita tersebut, karena ia tak mengenalnya.

"Saya Santi, kebetulan tadi saya sedang membeli gamis di butik milik mbak saat mbak pingsan, dan karena kebetulan saya bawa kendaraan maka saya dan satu pegawai mbak membawa mbak kesini, sekarang pegawai mbak sedang ada di tempat pendaftaran untuk mengurus administrasi," Jelas wanita bergaun warna peach dengan rambut panjang tergerai yang ternyata bernama Santi.

"Ya Allah terima kasih, Mbak Santi sudah mau membawa saya kesini." Ucap Meylina sungkan.

"Sama-sama, Mbak".

"Ibu Meylina." Ucap seorang wanita paruh baya yang mengenakan jas putih saat menghampiri keduanya.

"Ibu Meylina, apa setiap anda haid/datang bulan selalu merasakan sakit perut yang parah?" tanyanya kemudian, dan Meylina mengangguk.

"Bagaimana dengan darah haid yang keluar?"

"Sedari dulu setiap saya datang bulan, darah yang keluar selalu banyak dok, bahkan kadang lebih dari 15 hari." Jelas Meylina dengan wajah khawatir.

"Baik, Bu, untuk memastikan saya sarankan Ibu Meylina untuk melakukan USG di dokter kandungan atau bisa di rumah sakit ini yah, agar hasilnya lebih jelas." Tutur dokter tersebut dengan tetap tersenyum.

"Apa ada yang salah dengan saya dok?" tanya Meylina kembali.

"Saya tidak bisa memastikan, Bu, karena untuk mengetahuinya Ibu harus melakukan oemeriksaan lengkap dengan dokter kandungan. kalau begitu saya pamit yah bu, nanti setelah menebus obat, Ibu boleh langsung pulang."

Meylina hanya menghirup nafas dalam untuk menetralkan fikirannya yang mulai menerka-nerka keadaannya sendiri, karena sejauh ini ia merasa baik-baik saja meskipun setiap datang bulan ia metasakan sakit perut hebat.

"Meylina..." ucap seorang pria yang tergesa menghampirinya kemudian langsung memeluknya.

"Kamu ngga apa-apa, Sayang?" Tanya Agung khawatir tanpa memperdulikan sekeliling, dan Agung tak sadar jika Santi wanita yang mengantar Meylina sedang memperhatikannya.

"Aku nggak apa-apa, Mas. Oh iya Mas ini mbak Santi yang tadi bawa aku kesini." Meylina mengenalkan.

Agung menoleh ke arah Santi yang di sambut senyum simpul dari wanita cantik tersebut.

"Kamu..." Ucap Agung namun tak melanjutkan ucapannya. Agung terlihat gugup saat melihat Santi.

"Saya Santi." ucap Santi sambil mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri pada Agung. Namun Agung hanya menoleh sekilas dan mengalihkan pandangannya pada Meylina.

"Kenapa, Mas?" tanya Meylina yang menangkap gelagat tak wajar dari suaminya, entah kenapa Meylina merasa suaminya terlihat sangat gugup saat melihat Santi.

"Nggak apa-apa, Sayang, mas cuma khawatir sama kamu". Agung mencoba mengalihkan perhatian Meylina dengan terus mengajaknya berbicara.

Sedangkan Santi hanya memperhatikan keduanya sambil tersenyum.

"Maaf Mas, Mbak, kalau begitu saya pamit yah." Ucap Santi sambil berlalu tanpa menunggu Meylina atau Agung mengucapkan satu kata pun.

Meylina menatap Santi yang kian menjauh keluar dari UGD, entah kenapa Meylina merasa wajahnya sedikit familiar, tapi ia pun tak bisa mengingat dimana dan kapan ia pernah melihat Santi. Sedangkan Agung terlihat menghembuskan nafas lega saat Santi pergi.

"Maaf pak bu, ini obat yang harus ibu Meylina tebus di apotik depan UGD." Ucap Lala pegawai yang ikut mengantarkan Meylina ke rumah sakit bersama Santi tadi sambil menyodorkan kertas yang berisi resep obat.

"Kamu tunggu sebentar yah, Mas kedepan dulu." Ucap Agung sambil mengambil kertas tersebut dari tangan Lala dan langsung bergegas keluar.

Setengah jam berlalu Agung kembali, namun Meylina merasa ada yang aneh dari suaminya. Agung terlihat gugup dan kesal saat kembali dari apotek. Namun Meylina segera menepisnya. Meylina meyakinkan diri bahwa Agung terlihat sedikit kacau karena mengkhawatirnkannya.

"Ayo sayang, semuanya udah beres, kamu udah bisa langsung pulang." Terang Agung sambil memapah Meylina untuk turun dari ranjang.

Meylina tersenyum melihat suaminya yang begitu perhatian padanya, ia merasa sangat beruntung memiliki Agung sebagai pendamping hidupnya, Agung selalu sigap di saat seperti ini.

Saat sampai di parkiran Lala pamit untuk kembali ke butik menggunakan ojek online karena pekerjaan masih banyak, sedangkan Agung dan Meylina segera menaiki mobilnya.

Saat di perjalanan Agung lebih banyak diam, pun dengan Meylina karena merasa sangat lemas hingga ia lebih memilih memejamkan matanya.

Namun ia merasa terganggu karena Handphone Agung yang terus menetus bergetar, tapi Agung hanya mengabaikannya.

Meylina menegakkan posisi duduknya dan menatap ke arah suaminya yang terlihat fokus ke jalanan.

"Mas itu ponsel kamu bunyi terus loh dari tadi, apa gak sebaiknya di angkat dulu?" Usul Meylina yang sebenarnya merasa terganggu dan aneh akan sikap suaminya. Karena tidak biasanya ia mengabaikan telepon yang masuk hingga berkali-kali. Biasanya ia akan langsung mengangkatnya meskipun dari nomor baru, karena ia takut itu adalah telepon dari salah satu kliennya.

"Paling telepon salah sambung"

Meylina melirik sekilas ke arah handphone suaminya di letakkan, meskipun tak begitu jelas Meylina masih bisa melihatnya, begitu banyak pesan masuk dan telepon tak terjawab dari nama yang kemarin membuatnya sedikit berfikir negative pada suaminya.

"Susan" Lirih Meylina dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Saat Cinta Pertama Kembali   Bagian 29

    Bu Mirna kini telah di pindahkan ke ruang rawat inap. Risti memandangi wajah tua Bu Mirna dengan mata sembab. Tangannya terus menggenggan jemari Bu Mirna, dengan do'a yang terus ia panjatkan dalam hati agar Bu Mirna bisa segera pulih."Nak Meylina." panggil Bu Mirna dengan suara parau begitu ia mulai siuman."Bu..." Mata Meylina langsung berbinar melihat Bu Mirna sudah siuman."Ibu dimana?" tanya Bu Mirna yang tampak bingung."Ibu di rumah sakit. Tadi pas Meylina dateng, Ibu pingsan di kamar. Kata dokter Ibu kena serangan jantung." jelas Meylina dengan tangan yang tetua menggenggam jemari Bu Mirna.Bu Mirna tampak seperti sedang mengingat sesuatu. Namun kemudian air matanya luruh."Loh, Ibu kenapa? Apa ada yang sakit? Mey panggilkan dokter dulu sebentar yah."Saat Meylina akan bangkit, Bu Mirna menarik tangan Meylina dan menahannya. kemudian memeberi isyarat agar Meylina kembali duduk."Susan!" L

  • Saat Cinta Pertama Kembali   Bagian 28

    Riza kembali masuk ke dalam rumah setelah menyerahkan urusan Agung pada kedua satpam tadi. Riza mendapati Meylina yang duduk di ruang tamu dengan wajah cemas."Mas Agung udah pergi?" tanya Meylina saat Riza duduk di hadapannya."Sepertinya dia sudah pergi, karena tadi aku menelepon satpam untuk menyeretnya pergi dari sini.""Aku bener-bener nggak faham kenapa Mas Agung bisa jadi senekad ini. Apa yang sebenrnya dia pengen dari aku?" tanya Meylina frustasi."Dia pasti sangat menyesal melepaskanmu, hingga tak bisa mengontrol emosi." ungkap Riza yang yakin bahwa Agung memang sangat menyesal memilih berpisah dari wanita sebaik Meylina."Bukankah seharusnya Mas Agung sekarang sedang bahagia dengan Susan? Tapi kenapa malah selalu datang menggangguku?" ungkap Meylina yang benar-benar tak faham dengan apa yang di inginkan Agung sebenarnya."Sepertinya sesuatu terjadi diantara mereka, hingga membuat Agung berbalik m

  • Saat Cinta Pertama Kembali   Bagian 27

    "Elea..." panggil Meylina setelah menyiapkan menu makan siang di atas meja."Kita makan dulu yuk, Nak" ajak Meylina pada Elea yang masih sibuk bermain dengan bonekanya. Karena Elea tak juga beranjak, Meylinapun mendekatinya, kemudian mencubit gemas pipi Elea hingga gadis kecil tersebut tertawa."Makan duku yuk, tante masak ayam kecap kesukaan kamu loh." Meylina menuntun tangan kecil Elea menuju ruang makan.Meylina menyendok nasi dab lauknya ke atas piring untuk Elea, setelah itu baru ia mengambil makanan untuk dirinya sendiri."Berdo'a dulu tante" ucao Elea dengan tangan menengadah untuk berdo'a. Meylina pun mengikuti do'a yang di ucapkan dengan lantang oleh Elea. Setelah itu mereka langsung menyantak makanannya.Namun setelah suapan oertama Elea tampat cemberut, dan tak melanjytkan makannya. Meylina pun ikut meletakkan sendok dan pindah duduk ke kursi sebelah Elea."Kenapa, Nak? apa masakan tante nggak enak?" Tanya

  • Saat Cinta Pertama Kembali   Bagian 26

    Beberapa hari berlalu, kini Susan sudah tinggal bersama suaminya lagi. Namun hati dan fikirannya tak pernah lepas dari Agung. Susan segera menyusun rencana jahat agar tak ada lagi yang menghalanginya untuk kembali bersama Agung, dan juga harta milik suaminya kini akan menjadi milik Susan seutuhnya tanpa bisa di ambil lagi."Urus dengan baik, jangan sampai meninggalkan jejak apapun. Aku ingin semuanya cepat selesai." Ucap Susan tegas pada seseorang di seberang telepon."Baiklah, dua hari lagi aku ingin selesai!" Ucap Susan lagi dengan suara berbisik, karena ia menelpon di dalam kamar dan tak ingin membuat suaminya terbangun karena suara bising.Susan langsung merebahkan diri setelah menutup telepon dengan seseorang. Ia menatap suaminya dengan seeingai yang tampak menyeramkan."Tunggulah, aku akan segera membuatmu tak bisa lagi menggangguku." bisik Susan sembari terkekeh.🥀🥀🥀🥀🥀"Kamu ini bagaimana sih? Kenapa belak

  • Saat Cinta Pertama Kembali   Bagian 25

    Di dalam mobil Meylina duduk di kursi belakang, sedangkan Riza di kursi samping penumpang karena Riza tahu Meylina tak mungkin mau ikut bersamanya jika hanya berdua, maka ia membawa sopir.Tak ada percakapan. Meylina hanya menundukkan kepala dengan air mata yang terus menetes. Sesekali Riza menatapnya melalui kaca. Hatinya ikut terasa sakit melihat Meylina menangis. Riza yakin Meylina merasa harga dirinya tercoreng karena lelaki yang bukan mahromnya berani memeluknya seperti tadi."Kita sudah sampai!" Tutur Riza saat mereka telah sampai di rumah bercat putih kombinasi abu muda dengan desain minimalis.Meylina melongok ke luar jendela, mengamati sekitar, ia tampak bingung karena dia bukan berada di depan rumahnya."Untuk sementara kamu lebih baik tinggal di sini" Jelas Riza yang seolah faham kebingungan Meylina."Tapi... ""Sudah turun saja dulu, kamu bisa liat-liat rumahnya dulu, kalo merasa tidak cocok nanti akan cob

  • Saat Cinta Pertama Kembali   Bagian 24

    "Lepas, mas!" Pinta Meylina dengan suara lirih beserta tangisan.Tapi tiba-tiba saja sebuah pukulan mendarat di wajah Agung hingga ia terdorong ke belakang dan Meylina bisa terlepas dari pelukan Agung."Mas Riza!" Meylina terkejut melihat Riza yang tiba-tiba bisa berada di rumah Bu Mirna.Agung memegangi rahangnya yang terkena pukulan keras Riza, ia melotot dengan emosi ke arah Riza yang tak ia sangka-sangka bisa betada di rumah ibunya.Agung mendekati Riza untuk membalas pukulan, namun Riza berhasil memgelak, dan sejurus kemudian terjadi perkalahian sengit. Agung mendapat beberapa pukulan telak di wajah dan juga perutnya, sedangkan Agung hanya terkena pukulan satu kali di ujung bibir yang membuat bibirnya mengeluarkan darah.Meylina dan Bu Mirna hanya bisa berteriak dengan tangisan histeris meminta keduanya berhenti, namun emosi menguasai keduanya hingga kalap.PrangMeylina melempar sebuah guci berukuran

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status