Share

BAB V : Galeri Seni Caravaggio Lombardi

Di penghujung bulan Oktober, jalanan daerah Palong di ibu kota Muliapraja basah kuyup akibat hujan deras yang mengguyur. Hari Jumat malam itu, deras air hujan dan angin kencang bertubi-tubi menghantam atap dan jendela gedung, menimbulkan suara nyaring yang memekakkan telinga.

Di sudut selatan perempatan besar tersebut, galeri seni Caravaggio Lombardi berdiri megah. Atapnya yang berbentuk kubah dan fasad kaca memantulkan semua cahaya yang menimpanya.

Gedung pameran dan studio seni seluas seratus tiga puluh lima meter persegi itu memperlihatkan keanggunan dan kelembutan interior yang menenteramkan. Suara derasnya hujan diluar sana seolah sesuatu yang jauh dan sama sekali tidak mengganggu para pengunung.

Warna dinding berwarna putih teduh berpadu lantai kayu coklat pekat. Lampu-lampu dalam galeri dirangkai secara estetis menerangi seisi ruangan dengan intensitas yang tepat agar masing-masing karya seni tampil optimal.

Satu pasangan muda berdiri sambil berpegangan tangan dan berdiskusi di depan salah satu lukisan berukuran dua kali tiga meter yang bergaya romantisisme. Sebuah pemandangan kapal pinisi yang diterjang badai lautan pada malam hari nampak begitu mencekam. Pasangan itu terpikat oleh detail dan emosi kuat yang muncul dari lukisan itu.

Tumbukan ombak dan tiupan angin mengombang-ambingkan kapal itu. Layarnya telah tergulung, namun ia seperti tidak mau menyerah. Buih ombak membumbung tinggi terlihat seperti ratusan permata yang berkilau.  Kilatan petir yang menyambar di antara awan hitam menambah kesan dramatis dan ketegangan. Pasangan itu kemudian menyimpulkan bahwa mahakarya itu adalah tentang perjuangan dan keberanian.

Di sudut lain galeri, empat orang pemuda yang mengenakan pakaian santai dan tas punggung terkesima melihat bola besar dari bahan kuningan. Karya seni itu tidak seperti yang pernah mereka lihat sebelumnya. Bola itu berdiameter sekitar dua meter, dan digantung di langit-langit dengan rantai logam.

Pada permukaan bola terpahat sebuah relief burung rajawali dengan sayap terbentang dan cakar kekarnya mencengkeram erat seekor ular yang membelit seekor rusa. Kriya tiga dimensi itu merupakan simbol kekuasaan dan kematian, sebuah siklus hidup dan mati di alam. Sebuah mahakarya simbolisme dari visi dan keterampilan senimannya. Pada bagian bawah bola terpahat tulisan “Sebuah Makna Mortalitas. Mahakarya Caravaggio Lombardi”

Di lantai mezzanine galeri seninya, Caravaggio Lombardi duduk di belakang mejanya dan memeriksa beberapa berkas. Ia sibuk merencanakan pameran tunggal yang akan menampilkan karya kekasihnya, Nadya Kirana, seniman muda berbakat dan sedang naik daun.

Pameran bertajuk "Gelombang Intuisi Warna Nadya Kirana" ini akan menampilkan koleksi lukisan terbarunya yang mengangkat tema emosi, ekspresi, dan energi. Pameran tersebut akan digelar di sana bulan depan selama seminggu penuh, dan Caravaggio, atau yang akrab disapa Carlo, bertekad mempersiapkan segala sesuatunya sesempurna mungkin.

Tata letak galeri, pencahayaan, musik, dan katering telah selesai diatur. Ia juga telah mengundang sejumlah tokoh berpengaruh dan terkemuka di dunia seni. Kolektor lukisan, pecinta seni, kritikus, jurnalis, dan kurator. Ia ingin memastikan pameran Nadya sukses dan bakatnya diapresiasi khalayak luas.

Dan ada satu alasan pribadi dan romantis Carlo atas persiapannya yang cermat. Ia memutuskan pada penutupan acara pameran, Carlo akan melamar Nadya. Sebuah cincin safir biru yang serasi dengan warna binar mata Nadya telah dipesannya secara khusus. Carlo yakin Nadya akan menyukainya dan menerima lamarannya.

Mereka telah menjadi sepasang kekasih selama lebih dari dua tahun. Carlo masih ingat pertama kali mereka bertemu pada pameran dan simposium seni modern, dimana ia hadir sebagai salah satu pembicara.

Saat itu, nama Caravaggio Lombardi sudah terkenal lewat karya-karyanya yang inovatif dan menantang standar seni konvensional. Carlo mempunyai reputasi sebagai seniman yang eksentrik, namun juga brilian dan karismatik.

Carlo sudah terbiasa dikagumi tapi dia belum pernah merasakan cinta sejati. Hingga ketika ia melihat Nadya, mahasiswa tingkat akhir Akademi Seni Rupa Nasional, yang ikut serta dalam acara tersebut bersama teman-temannya. Mereka memamerkan karya seni rupa amatirnya, dengan harapan mendapat masukan dan paparan.

Ketertarikan Carlo kepada Nadya datang begitu cepat dan tidak terduga. Nadya menonjol karena kecantikan alaminya. Rambut hitam panjang Nadya kontras dengan warna kulitnya yang kuning langsat. Lukisannya terasa begitu hidup dan ekspresif, memperlihatkan intuisi dan kreativitasnya secara tegas. Carlo mendekatinya dan memuji karyanya, dan mereka memulai percakapan.

Carlo terkejut dengan kecerdasan dan kerendahan hati Nadya yang terkesan misterius. Seketika itu ia luruh pada perasaan yang belum pernah dirasakan sebelumnya.

Nadya pun terkesan dengan Carlo yang hangat dan ramah, berbeda dengan kesan pribadinya di depan umum. Dia merasakan kedewasaan dan pengalamannya, serta rasa penasaran tentang kehidupan seninya. Mereka bertukar nomor telepon dan sepakat untuk bertemu lagi.

Sejak saat itu, mereka sering berkencan, sekadar ngobrol di kafe atau mengunjungi museum besar. Mereka berbagi minat dan pandangan mereka tentang seni, dan mereka belajar satu sama lain.  Berbagai persamaan dan perbedaan yang mereka temui satu sama lain justru membuat mereka semakin saling mengagumi. Rentang sebelas tahun usia seolah tidak berarti dalam hubungan mereka.

Carlo membantu Nadya mengembangkan keterampilan dan kepercayaan dirinya. Sebaliknya, Nadya membantu Carlo melunakkan egonya, dan menginspirasinya dengan kesegaran dan optimismenya.

Ketika enam bulan yang lalu Nadya menyelesaikan seratus karya lukisnya, Carlo yakin itulah waktu yang tepat untuk mengusung nama Nadya Kirana sebagai seorang pelukis profesional melalui sebuah pameran tunggal di galerinya.

Sekarang setelah hampir satu jam berkutat dengan daftar nama calon tamu undangan, Carlo memutuskan untuk meluangkan waktu dengan para pengunjung galerinya. Ia selalu berusaha menyapa dan berbincang bersama mereka. Tapi itu bukan tujuan utamanya.

*****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status