Aulia Sarah wanita berusia 27 tahun biasa dipanggil Sarah oleh teman – temannya tapi orang terdekatnya memanggil dirinya Aulia, saat ini bekerja di wedding organizer yang dia dirikan bersama sahabatnya Berry. Wedding organizer ini jadi satu dengan cafe yang juga mereka dirikan karena kesukaannya Aulia dalam membuat atau menciptakan menu baru, dulu Aulia hanya menjual dengan sistem pesanan tapi setelah lulus dan wedding organizer yang mereka berdua rintis dari kuliah berjalan lancar akhirnya mereka juga membuat cafe.
“Rencana pernikahanmu berjalan lancar?” Aulia menatap Berry yang sedang menuliskan sesuatu di catatannya.
“Hampir 70 persen, kenapa?” Berry menjawab tanpa menatap Aulia.
“Asal setelah menikah gak melakukan hal begitu di sini” Berry tertawa mendengar perkataan Aulia.
“Bukankah kamu juga pernah sama Yuda?” Aulia membelalakkan matanya mendengar perkataan Berry.
“Kami hanya herciuman tidak lebih dan kamu tahu itu.”
Berry hanya mengangguk mendengar perkataan Aulia yang membuat dirinya pergi dari hadapan Berry untuk ke dapur melihat apa yang dilakukan chef serta menghitung stok yang ada. Aulia langsung membantu setelah melihat jumlah stok yang ada dan mereka yang melihat Aulia hanya bisa diam tanpa bertanya apa pun, cukup lama berada di dapur sehingga tidak menyadari jika sudah waktunya pulang. Aulia memastikan semuanya aman sebelum dirinya pulang, kembali ke ruangannya di mana Berry masih sibuk dengan design yang akan digunakan untuk pernikahan salah satu klien.
“Aku pulang dulu” Berry mengangguk tanpa peduli dengan pamitan Aulia “jangan terlalu malam kasihan Prio.”
Aulia melangkah keluar ketika memastikan Berry baik – baik saja, langkahnya terhenti ketika melihat Yuda sedang menunggunya. Aulia mendekati Yuda dengan tersenyum dan selanjutnya langsung memutuskan untuk pulang, dalam mobil mereka hanya diam dengan Yuda menggenggam tangannya tujuan mereka adalah apartemen yang mereka tinggali bersama. Keputusan ini diambil karena untuk saling mengenal satu sama lain tapi mereka tidak pernah sampai berbuat lebih hanya sampai saling memuaskan dengan mulut bukan beradu kelamin, entah kenapa Aulia belum mau dan dalam bayangannya hanya sang suami yang boleh memasuki dirinya.
Aulia membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum membuat makan malam untuk mereka berdua, selama Yuda mandi Aulia disibukkan dengan memasak di mana masakan yang mudah karena sudah malam. Aulia hampir terkejut ketika merasakan tangan melingkar di perutnya membuat Aulia menghentikan masakan dan berbalik menatap Yuda yang tampak lelah, Aulia membelai wajah Yuda dengan memberikan ciuman singkat di bibirnya. Mereka berdua makan dalam diam membuat Aulia sedikit bingung pasalnya bukan seperti Yuda selama ini, Aulia membersihkan peralatan makan mereka sebelum akhirnya bergabung bersama Yuda yang sedang menonton.
“Sayang ada yang ingin aku bicarakan” Aulia menatap Yuda dan hanya mengangguk “aku mau hubungan kita berakhir.”
Aulia menatap Yuda dengan membelalakkan mata “kamu sudah tidak cinta sama aku?.”
Yuda menggelengkan kepala “aku sangat mencintaimu tapi aku tidak ingin kamu berharap karena aku harus bertanggung jawab karena partner kerja hamil.”
“Kamu yang menghamili?” Yuda mengangguk “bagaimana bisa?.”
Yuda terdiam “karena kamu tidak ingin aku masuki dan saat itu aku berada di fase ingin menuntaskan hasrat dan dia memberikannya, aku baru tahu dia hamil setelah memaksanya untuk bicara kemarin dan tadi aku telah datang ke orang tuanya untuk melamar, kami akan menikah minggu depan karena kehamilannya harus segera ditutupi.”
Aulia terdiam tidak tahu harus berbicara apa “selamat.’
Aulia berdiri dengan masuk ke dalam kamar yang biasa mereka tempati dengan segera dirinya membereskan pakaian yang ada di lemari, kali ini Aulia akan keluar dari tempat ini. Apartemen ini milik Yuda jadi sudah sepantasnya Aulia keluar dari tempat ini setelah pengakuan Yuda, entah kenapa dirinya tidak merasa sakit hati setelah mendengar pengakuan Yuda.
“Mau ke mana?” Yuda menghentikan langkah Aulia yang membawa koper keluar dari kamar mereka.
“Pulang ke rumah.”
Yuda membelalakkan matanya “kenapa tidak ke apartemen kamu dan apa nanti kata orang tua kamu?.”
Aulia tersenyum “tenang saja aku akan memberikan alasan yang sangat masuk akal, semoga kamu bahagia.”
Aulia meninggalkan apartemen Yuda tanpa diantar olehnya, perdebatan terjadi ketika dirinya tetap ingin keluar saat itu juga. Aulia sendiri tidak tahu akan ke mana malam ini karena setelah pengakuan Yuda tadi langsung dirinya memutuskan untuk keluar begitu saja, dan saat ini Aulia tidak tahu akan ke mana. Pulang ke rumah orang tuanya jelas tidak mungkin karena pastinya mereka akan bertanya panjang dengan membawa koper, tapi ke apartemen dirinya tidak ingin sendiri. Aulia merasa dirinya tidak bisa tidur sama sekali setelah ini karena pengakuan Yuda, dengan terpaksa dirinya harus kembali ke apartemen karena kerjaan besok sangat padat jika dirinya terlihat lelah maka pasti akan mendapatkan omelan panjang dari Berry. Aulia menatap apartemennya yang cukup lama tidak ditinggali ini meski dirinya memanggil jasa untuk membersihkan apartemen ini seminggu dua kali tapi tetap saja berbeda. Aulia memutuskan untuk memasukkan barangnya di lemari agar besok tidak ada pekerjaan yang membebani dirinya, setelah semua selesai Aulia membaringkan dirinya di ranjang menatap langit – langit kamarnya.
Aulia tidak menyesal atau sedih dengan pengakuan Yuda mungkin karena memang perasaan itu tidak ada, Aulia tahu jika Yuda sudah meyakinkan dirinya untuk berbuat lebih dan akan menikahinya. Aulia tahu tujuan Yuda yaitu untuk segera menikah karena tuntutan orang tuanya ketika bertemu dengan dirinya beberapa bulan lalu dan sekarang sungguh ironis karena mereka berpisah dengan Yuda menghamili wanita lain.
Aulia terbangun karena ponselnya berbunyi berkali – kali membuat dirinya harus mengakhiri mimpi yang mengganggu dirinya, menatap sekitar membuat Aulia sadar jika dirinya tidak bermimpi. Aulia menatap ponselnya di mana nama Berry muncul banyak sekali dan ada juga pesan dari Yuda yang bertanya keberadaannya, Aulia memutuskan membersihkan diri dan langsung beranjak untuk ke tempat kerjanya dan Aulia harus mencatat agar membeli perlengkapan untuk dapurnya nanti.
Berry menatap Aulia tajam ketika masuk ke dalam ruangan membuat dirinya hanya tersenyum, dirinya membuka makanan yang tadi dibelinya ketika perjalanan ke kantornya ini. Terkadang memang Aulia dan Berry makan masakan cafe jika memang mereka menginginkan atau Aulia akan membuat resep baru sebelum akhirnya dikeluarkan sebagai menu.
“Tumben belum sarapan?.”
“Aku sudah gak tinggal sama Yuda” Berry menatap tidak percaya “Yuda selingkuh dan selingkuhannya hamil.”
Berry bertepuk tangan “baguslah kalian berakhir karena kamu gak akan puas jika miliknya kecil” Aulia membelalakkan mata mendengar perkataan Berry “kamu akan sangat puas jika merasakan yang besar dan mereka biasanya tahan lama bahkan bisa membuat kamu teriak keenakan.”
Aulia menggelengkan kepala mendengar perkataan Berry karena bagaimana bisa mempunyai pemikiran gila macam itu, dirinya tidak mempermasalahkan milik Yuda yang kecil dan selama ini cukup puas. Lagian tidak mungkin dirinya tahu milik pria sebelum dekat terlebih dahulu dan dirinya bukan wanita murahan sehingga bisa melakukan hal tersebut.
“Kemarin ada pria orang bagian timur gitu, manis ah hitam manis membayangkan saja sudah membuat milikku basah.”
Aulia menggelengkan kepala mendengar perkataan Berry bagaimana bisa dirinya akan menikah dengan Pram dan membayangkan pria lain yang baru ditemuinya, Aulia memutuskan untuk mengambil alih pekerjaan di luar bertemu dengan salah satu klien yang akan menggunakan jasa mereka. Bertempat di salah satu hotel ternama membuat Aulia harus menyesuaikan diri dengan penampilannya, Berry yang melihat penampilan Aulia hanya tersenyum pasalnya saat ini menggunakan pakaian yang terlihat dewaasa.Aulia menatap lobby hotel dengan perasaan cemas tapi segera ditepis karena ini adalah pekerjaan, seorang pegawai mengantarkan Aulia ke salah satu ruangan yang tampaknya seperti pertemuan keluarga. Kedatangan Aulia membuat mereka menatap ke arahnya dan tersenyum, tidak lama satu persatu pergi dari ruangan setelah berkenalan dengan Aulia menyisakan dirinya dengan sepasang calon pengantin.“Aku kakak iparnya bukan calon dia, karena calonnya sibuk jadi aku diminta untuk bertemu sama kamu” Aulia menga
Aulia masih tidak percaya dengan ajakan Arman yang entah mengapa membuat dirinya menjadi kembali mengingat masa – masa mereka dahulu, tapi semuanya ditepis oleh Aulia karena mengingat bagaimana sikap Rahayu pada dirinya. Aulia memandang Arman yang seolah berharap mendapatkan jawaban yang sangat diinginkannya, Aulia sendiri bingung akan menjawab seperti apa pada Arman.“Kamu tahu bukan jika ibu dan keluarga kamu tidak menyukai aku?” Aulia mencoba menatap Arman yang terdiam “jadi aku tidak mungkin melakukan hal yang sama berulang kali, saat ini aku mencari hubungan yang serius bukan hanya sekedar kembali lalu putus lagi” Aulia memegang tangan Arman “kita baru pertama bertemu setelah sekian lama dan rasanya kamu tidak mengenalku dengan sangat baik seperti dahulu.”“Aulia.”Aulia memandang pria di hadapannya dengan tatapan tidak percaya karena bagaimana bisa pria yang berasal dari daerah timur Indonesia berada dihadapannya dengan tatapan seolah merindukan dirinya, Auli
Aulia menampar pipi Giovanni dengan kembali ke tempat awalnya, Aulia menatap tajam pada Giovanni atas apa yang baru saja dirinya lakukan. Giovanni sendiri seakan tidak peduli dengan apa yang terjadi barusan dengan kembali menatap Aulia lembut seketika membuat Aulia bergidik ngeri melihat sikap Giovanni.“Apa mau kamu?” menatap Giovanni tajam.“Meminta jawaban yang dulu pernah kamu katakan” Giovanni hanya menatapnya lembut “aku sudah kembali dengan berbagai macam cara agar bisa dekat denganmu.”“Bagaimana bisa kamu bertemu Damar?” Aulia tidak menghiraukan perkataan Giovanni.“Secara tidak sengaja dan ternyata dia mengingat aku meski sudah lama tidak ketemu” Giovanni masih memandang Aulia dengan tatapan yang sama “tujuanku ke sini adalah untuk mendekatimu lagi, kamu tidak lupa kan janjimu akan memberikan jawaban jika aku kembali ke kota ini?.”“Bagaimana jika aku telah menikah atau memiliki kekasih?” Aulia menantang Giovanni.“Menikah jika kamu baha
Keputusan gila jika Aulia saat ini mengambil pilihan untuk tinggal bersama dengan pria yang baru dikenalnya bukan tapi baru bertemu setelah beberapa tahun yang lalu bahkan dirinya melupakan pria dihadapannya ini. Aulia menghembuskan nafas panjang setelah menerima ajakan gila dari pria tersebut, bagaimana dirinya bisa dengan gilanya melakukan hal ini.“Tapi tidak sekarang beri aku waktu” Aulia memberi tatapan memohon pada Giovanni.“Baiklah” jawaban Giovanni membuat Aulia lega “tapi aku yang akan menjemputmu setiap saat.”Esoknya Giovanni melakukan apa yang dikatakannya membuat Aulia kurang bebas dalam bergerak karena perlakuan Giovanni, ketika sampai kantor tatapan penuh dengan selidik dilakukan Berry dan Wildan membuat Aulia harus siap menerima sidang perdana tersebut. Aulia menceritakan apa yang terjadi minus dirinya mencapai klimaks saat dalam mobil, membayangkan itu membuat Aulia langsung teringat bagaimana rasa milik Giovanni ketika bergesekkan.“Apa bes
Kedua insan beda kelamin saling berhadapan di mana tatapan Giovanni sangat lembut sedangkan Aulia menatapnya dengan tajam, bagaimana tidak tajam ketika ingin istirahat Giovanni sudah berada di depan pintunya dengan membawa tas kecil yang Aulia yakini berisi pakaian dan sialnya Aulia menggunakan pakaian mini transparan yang pastinya memperlihatkan bagian dalamnya.“Memang kamu tidak ada tempat tinggal?” Aulia menatap Giovanni tajam karena pandangannya menuju bukit kembar miliknya “hentikan tatapan tersebut kamu membuatku takut.”Giovanni menghembuskan nafas panjang menghilangkan pikiran negatif agar adik kecilnya tidak menegang “aku hanya ingin, lantas di mana kamar kosong?” Giovanni menatap sekitar “hanya ini ruangan kamu?.”Aulia hanya diam tidak menjawab perkataan Giovanni “pulanglah Gio karena tidak ada tempat untuk kamu di sini dan hentikan semuanya karena aku lelah.”“Aku hanya ingin mengajak hubungan serius denganmu Lia apa tidak bisa?” Giovanni memanda
Giovanni terdiam mendengar pertanyaan Aulia yang memang benar adanya, salah satu wanita yang dekat dengan Giovanni setelah pindah kesana memiliki perasaan padanya bahkan mereka tinggal bersama selama beberapa tahun tanpa ikatan sama sekali dan saat ini Giovanni melakukan hal yang sama pada Aulia berharap akan sama seperti Kimberly nama wanita itu. Aulia yang melihat Giovanni terdiam menjadi paham bahwa apa yang dikatakan adalah benar dan untungnya dia belum memiliki perasaan pada pria dihadapannya kecuali tubuhnya yang menggairahkan seperti kata Berry saat itu.“Kita bisa mulai dari awal dengan saling mengenal karena banyak sekali perbedaan dan juga aku tidak mengenalmu dengan sangat baik, sepuluh tahun adalah waktu yang sangat lama untuk orang berubah” Aulia menatap Giovanni yang hanya terdiam lalu menghembuskan nafas panjang “baiklah malam ini kamu bisa tidur di sini” Giovanni menatap tidak percaya pada perkataan Aulia “tapi tidak dengan melakukan hal seperti tadi.”Au
Aulia tidak berani membuka pembicaraan selama perjalanan hal ini membuat Giovanni bingung dengan keadaan Aulia, semenjak Giovanni menghentikan tindakan Aulia pada miliknya suasana canggung terjadi. Giovanni bukan tidak suka hanya saja melihat Aulia membuat dirinya tidak tega apalagi merasa akan keluar dalam waktu yang lama, Aulia sendiri tidak peduli dengan perkataan Giovanni yang masih memuaskan miliknya hingga keluar di dalam mulut Aulia dan Aulia langsung ke kamar mandi memuntahkan semuanya yang baru Giovanni ketahui jika Aulia tidak suka dengan cairan milik pria untuk ditelan.“Jadi hubungan kita saat ini?” Giovanni mencoba membuka pembicaraan.“Buktikan padaku semua yang kamu katakan kemarin adalah benar dan jika memang kita berjodoh aku tidak bisa berbuat apa – apa” Aulia menjawab dengan menatap jendela yang ada disampingnya “kita bukan anak remaja yang mengucapkan kata jadian lebih baik kita jalani semuanya.”“Aku akan membuat kamu menjadi milikku seutuhnya
Aulia menatap datar pada Berry atas apa yang dikatakannya tapi sayangnya tidak bertahan lama karena tidak hanya Berry saja ditambah Wildan juga melakukan hal yang sama dan itu dilakukan sepanjang hari, bahkan Berry mengikuti ke dapur ketika Aulia akan membuat menu baru yang entah kapan keluar. Aulia menatap kesal pada Berry tapi sayangnya tidak dihiraukan sama sekali bahkan mengajak bicara Wildan untuk mencari dukungan, Wildan yang tidak tahu apa – apa hanya mendengarkan dan entah kata – kata sindiran yang selalu keluar dari bibir Berry membuat Aulia malas, namun itu tidak berlangsung lama karena ada yang ingin memakai jasa pernikahan kami sehingga Berry menghentikan dengan melangkah keluar.“Jadi kamu memutuskan bersama pria itu?” Wildan menatap Aulia sekilas setelah kepergian Berry.“Aku melihat kesungguhan di tatapan matanya itu yang membuat memutuskan bersama Gio” Aulia menjawab pertanyaan Wildan tanpa melihat “untuk permintaan Ibu Anggi apa sudah siap?” Aulia menata