Setelah selesai dari restoran, Shassy pun memilih untuk pulang ke rumah. Selama diperjalanan, Keen berkali-kali menelepon Shassy, tapi ia lebih memilih untuk tidak mengangkatnya.
Dan setelah sampai di rumah, Shassy pun menelepon Keen balik.
"Halo," sapa Shassy.
"Kamu di mana?" tanya Keen. Dari suaranya, terlihat kalau Keen sedang mengkhawatirkan Shassy.
"Emm, aku baru saja dari apotek, sekarang aku pulang ke rumah. Maaf tadi aku tidak memberitahu kamu terlebih dahulu, karena kamu sedang rapat." Shassy membuat alasan yang paling masuk akal.
"Lalu bagaimana? Kamu tidak apa-apa kan? Minta pelayan untuk memanggilkan dokter, aku akan segera pulang ke rumah." Keen.
"Tidak perlu, setelah minum obat
Lily terhenyak mendengar kalimat Keen."Apa kamu yakin ingin memanggil wartawan?" tanya Lily yang menjadi enggan mendekat. Ia pun mulai mundur beberapa langkah.Keen tersenyum menyeringai saat melihat tingkah Lily. "Kenapa? Apa kamu takut?""I-itu …."BRAKK! Pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka.Mata Lily terbelalak, ia pun dengan cepat memungut pakaiannya yang berserakan di lantai untuk menutupi tubuhnya.Tapi orang-orang yang masuk ke dalam ruangan Keen tanpa mengetuk pintu itu, kini mulai mengarahkan kamera yang mereka bawa ke wajah dan tubuh Lily."Apa yang kalian lakukan? Hentikan!" teriak Lily dengan wajah yang merah padam.
Dua hari kemudian … Pagi itu Shassy sudah berpakaian rapi. Ia menggandeng tangan Kania melewati pintu utama rumah itu. Di sana luar pintu utama sudah berdiri para pelayan dan juga Dira yang sedang menatap Kania dengan perasaan sedih."Ka, aku pasti akan sangat kangen pada kamu," ujar Dira yang tiba-tiba saja memeluk Kania."Iya Kak Dira, kapan-kapan Kak Dira ganti main ke rumah Kania ya …" ucap Kania dengan suara imutnya.Dira dan Kania saling berpelukan."Setelah pulang, cepat telepon aku!" perintah Dira dengan suara yang sangat pelan, tapi ekspresi sedih di wajahnya tak berubah sedikit pun."Iya, Nona tenang saja," ucap Kania yang tak kalah pelan sambil terus me
Setelah mengantar Kania bertemu orangtua(palsu)nya. Shassy pun segera kembali ke rumah. Ia terus mengingat kejadian semalam, saat Keen terus saja mengigau tak karuan dan memanggil-manggil ayahnya.Hal itu membuat Shassy menjadi iba, ia tak tega melihat Keen yang biasanya kuat dan menakutkan, kini menjadi orang yang lemah dan terlihat kurang kasih sayang."Hati manusia itu memang rumit," gumam Shassy. Setelah 1 jam, akhirnya Shassy pun sampai rumah. Setelah keluar dari mobil, ia bergegas masuk ke dalam rumah dan langsung naik ke lantai dua.Tok tok tok! Shassy mengetuk pintu kamarnya dan membuka pintu itu begitu saja.Dan seperti saat ia pergi, saat ini Keen masih berbaring
'Tanggung jawab?' batin Shassy, kemudian Shassy pun menatap ke arah Keen.Keen yang melihat tatapan aneh dari Shassy lalu bertanya, "Ada apa?""Ini …" ucap Shassy sambil memberikan ponsel tersebut pada Keen.Keen mengerutkan keningnya ketika Shassy memberikan ponsel tersebut tanpa sepatah kata pun setelahnya. Ia langsung menempelkan ponsel tersebut di telinganya."Halo," sapa Keen dengan nada dingin."Pak Keen jangan pura-pura tuli, bukankah kamu orang yang menyebarkan berita foto-foto itu pada media!" teriak wanita yang ada di dalam panggilan tersebut."Ck ck ck! Nona Lily, bukankah saat kemarin kamu datang padaku, kamu dengan beraninya menantang aku. Kenapa sekarang kamu datang padaku untuk mengeluh?" ejek Kee
Tiba-tiba Keen melingkarkan tangannya di pundak Shassy, hingga membuat Shassy tersentak kaget."Apa mata kamu juling?" bisik Keen.Shassy pun menatap Keen lalu tersenyum ke arahnya—palsu."Istri yang pintar," ujar Keen sambil mengusap kepala Shassy."Oh iya Mas, ada apa ini?" tanya Shassy, sambil terus menatap ke arah Keen.Keen lalu menatap ke arah Raka. "Ka, bukankah kamu seharusnya mengatakan sendiri pada saudara iparmu tentang undangan kamu ini."Sherin yang mendengar hal itu, langsung saja menyahut. "Maaf Kak Keen, biar saya saja yang memberi tahu kakak saya. Ini kesalahan saya karena tidak begitu dekat dengannya, hingga belum memberi tahu dia kalau kami akan se
"Mas," panggil Shassy."Iya," Sahut Keen yang dengan sigap memegang perutnya.Shassy yang tidak menyadari tentang pergerakan tangan Keen, langsung berjalan ke arah Keen."Kamu kenapa? Mau ke kamar mandi?" tanya Shassy."Iya, tadi dia ingin ke kamar mandi. Jadi aku akan membantunya ke kamar mandi," sahut Arnold yang langsung berdiri.Setelah mendengar hal tersebut Shassy langsung menghentikan langkahnya. "Oh kalau begitu ya sudah. Maaf tadi aku kaget karena dari luar terdengar suara ribut, aku pikir terjadi sesuatu pada kamu," tandas Shassy."Tidak, aku tidak apa-apa." Keen.Shassy lalu menghela nafas lega. "Baiklah kalau begitu aku akan keluar dulu, kalau ada apa-apa kamu bisa
Shassy pun meninggalakan rumah itu bersama beberapa anak buah Keen termasuk Tristan, setelah mengetahui keberadaan Dira dari sebuah panggilan misterius.Keen menatap kepergian Shassy dari balkon kamarnya."Dasar wanita itu, suka seenaknya sendiri," gumam Keen sambil tersenyum pasrah, lalu menghela napas dalam.Keen dengan cepat mengambil ponsel yang ada di dalam saku celananya, lalu menelepon seseorang."Kemari! Bawa 10 orang!" peritah Keen pada orang yang saat ini menerima panggilan darinya.Setelah mematikan panggilan tersebut, Keen dengan cepat masuk ke dalam kamar ganti dan segera mengganti pakaiannya saat ini.**Di tempat Dira. &nb
"Maaf Tuan, tapi nona ….""Shassy," sahut Keen melengkapi ucapan dokter tersebut."Oh iya benar, nona Shassy … dia tidak hamil," terang dokter tersebut."Tidak hamil? Lalu darah itu?" tanya Keen yang penasaran.Dokter tersebut lalu tersenyum canggung. "Itu darah …" Dokter tersebut terlihat ragu untuk melanjutkan ucapannya."Darah apa? Apa ada yang terluka?" tanya Keen semakin khawatir."Tidak, tidak ada masalah yang seperti itu. Nona Shassy sedang mengalami masa awal menstruasi, tapi memang benar ia mengalami pendarahan," beber dokter.'Astaga ternyata dia sedang … ah sudahlah,' batin Keen yang merasa sangat konyol.