"Kakak!" panggil Dira yang terkejut dengan deheman Keen, yang kini sedang menatap ke arah mereka.
"Baiklah, katakan!" ujar Keen.
Kania dan Dira saling menatap, sesaat kemudian …
"Tuan, ini bukan salah Nona Dira," ujar Kania sambil berlutut menghadap Keen.
Keen pun mengernyitkan dahinya, sorot tatapan mata yang dingin ia tujukan pada Kania. Saat ini terlihat jelas kalau Kania ini bukan anak kecil berusia 6 tahun biasa.
"Jelaskan!" perintah Keen.
Kania menelan ludahnya, sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Sebenarnya … ini adalah rencana …." Kania ragu-ragu untuk menjawab."Kalau kamu tidak segera menjawab, aku jamin semua yang ikut dalam rencana ini
Lily yang menyahut begitu saja pertanyaan Keen, membuat Keen sedikit tak senang. Sedangkan Shassy hanya tersenyum canggung saat Lily mengatakan hal yang terdengar ambigu itu."Tuan Keen, apakah Nona Shassy ini adalah asistenmu?" tanya Lily dengan ramah.Keen mengernyitkan keningnya mendengar pertanyaan Lily. "Dia ini istriku," tegas Keen.Ekspresi di wajah Lily langsung berubah seketika. "Istri?" tanyanya."Benar, dia adalah istriku," sahut Keen."Tidak mungkin, aku tidak pernah mendengar kabar pernikahan kamu dan Nona Shassy, bukankah Anda ini masih virgin?" tanya Lily dengan suara yang cukup jelas terdengar oleh beberapa tamu yang lain.Wajah Shassy pun memerah saat Lily mengatakan hal tersebut, i
Mereka pun segera pergi meninggalkan jalanan itu. Mobil Raka melaju dengan cepat membawa Shassy ke tempat yang diinginkannya."Apa tidak perlu aku temani?" tanya Raka.Sasi menggeleng pelan. "Tidak usah Mas, akan canggung bila kamu ikut masuk, biar aku sendiri saja.""Baiklah kalau begitu aku akan menunggumu di mobil," ujar Raka dengan suaranya yang hangat.Shassy mengernyitkan dahinya. "Tapi aku tidak tahu ini lama atau tidak. Jika kamu sibuk kamu bisa pergi, tidak usah menungguku.""Menunggu kamu beberapa jam tentu saja tidak lama, bahkan seumur hidup aku sudah mampu.""Apaan sih gombal banget,"ujar sasi yang dengan cepat berbalik dan masuk ke dalam restoran tempat di mana ia
Setelah selesai dari restoran, Shassy pun memilih untuk pulang ke rumah. Selama diperjalanan, Keen berkali-kali menelepon Shassy, tapi ia lebih memilih untuk tidak mengangkatnya.Dan setelah sampai di rumah, Shassy pun menelepon Keen balik."Halo," sapa Shassy."Kamu di mana?" tanya Keen. Dari suaranya, terlihat kalau Keen sedang mengkhawatirkan Shassy."Emm, aku baru saja dari apotek, sekarang aku pulang ke rumah. Maaf tadi aku tidak memberitahu kamu terlebih dahulu, karena kamu sedang rapat." Shassy membuat alasan yang paling masuk akal."Lalu bagaimana? Kamu tidak apa-apa kan? Minta pelayan untuk memanggilkan dokter, aku akan segera pulang ke rumah." Keen."Tidak perlu, setelah minum obat
Lily terhenyak mendengar kalimat Keen."Apa kamu yakin ingin memanggil wartawan?" tanya Lily yang menjadi enggan mendekat. Ia pun mulai mundur beberapa langkah.Keen tersenyum menyeringai saat melihat tingkah Lily. "Kenapa? Apa kamu takut?""I-itu …."BRAKK! Pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka.Mata Lily terbelalak, ia pun dengan cepat memungut pakaiannya yang berserakan di lantai untuk menutupi tubuhnya.Tapi orang-orang yang masuk ke dalam ruangan Keen tanpa mengetuk pintu itu, kini mulai mengarahkan kamera yang mereka bawa ke wajah dan tubuh Lily."Apa yang kalian lakukan? Hentikan!" teriak Lily dengan wajah yang merah padam.
Dua hari kemudian … Pagi itu Shassy sudah berpakaian rapi. Ia menggandeng tangan Kania melewati pintu utama rumah itu. Di sana luar pintu utama sudah berdiri para pelayan dan juga Dira yang sedang menatap Kania dengan perasaan sedih."Ka, aku pasti akan sangat kangen pada kamu," ujar Dira yang tiba-tiba saja memeluk Kania."Iya Kak Dira, kapan-kapan Kak Dira ganti main ke rumah Kania ya …" ucap Kania dengan suara imutnya.Dira dan Kania saling berpelukan."Setelah pulang, cepat telepon aku!" perintah Dira dengan suara yang sangat pelan, tapi ekspresi sedih di wajahnya tak berubah sedikit pun."Iya, Nona tenang saja," ucap Kania yang tak kalah pelan sambil terus me
Setelah mengantar Kania bertemu orangtua(palsu)nya. Shassy pun segera kembali ke rumah. Ia terus mengingat kejadian semalam, saat Keen terus saja mengigau tak karuan dan memanggil-manggil ayahnya.Hal itu membuat Shassy menjadi iba, ia tak tega melihat Keen yang biasanya kuat dan menakutkan, kini menjadi orang yang lemah dan terlihat kurang kasih sayang."Hati manusia itu memang rumit," gumam Shassy. Setelah 1 jam, akhirnya Shassy pun sampai rumah. Setelah keluar dari mobil, ia bergegas masuk ke dalam rumah dan langsung naik ke lantai dua.Tok tok tok! Shassy mengetuk pintu kamarnya dan membuka pintu itu begitu saja.Dan seperti saat ia pergi, saat ini Keen masih berbaring
'Tanggung jawab?' batin Shassy, kemudian Shassy pun menatap ke arah Keen.Keen yang melihat tatapan aneh dari Shassy lalu bertanya, "Ada apa?""Ini …" ucap Shassy sambil memberikan ponsel tersebut pada Keen.Keen mengerutkan keningnya ketika Shassy memberikan ponsel tersebut tanpa sepatah kata pun setelahnya. Ia langsung menempelkan ponsel tersebut di telinganya."Halo," sapa Keen dengan nada dingin."Pak Keen jangan pura-pura tuli, bukankah kamu orang yang menyebarkan berita foto-foto itu pada media!" teriak wanita yang ada di dalam panggilan tersebut."Ck ck ck! Nona Lily, bukankah saat kemarin kamu datang padaku, kamu dengan beraninya menantang aku. Kenapa sekarang kamu datang padaku untuk mengeluh?" ejek Kee
Tiba-tiba Keen melingkarkan tangannya di pundak Shassy, hingga membuat Shassy tersentak kaget."Apa mata kamu juling?" bisik Keen.Shassy pun menatap Keen lalu tersenyum ke arahnya—palsu."Istri yang pintar," ujar Keen sambil mengusap kepala Shassy."Oh iya Mas, ada apa ini?" tanya Shassy, sambil terus menatap ke arah Keen.Keen lalu menatap ke arah Raka. "Ka, bukankah kamu seharusnya mengatakan sendiri pada saudara iparmu tentang undangan kamu ini."Sherin yang mendengar hal itu, langsung saja menyahut. "Maaf Kak Keen, biar saya saja yang memberi tahu kakak saya. Ini kesalahan saya karena tidak begitu dekat dengannya, hingga belum memberi tahu dia kalau kami akan se