Share

Bukti Baru

Author: Nisa Noor
last update Last Updated: 2021-11-22 04:39:46

Nirmala selalu mencoba bersikap biasa. Namun pada satu kesempatan, Nirmala enggan bersikap manis di depan Heru, seperti ketika malam itu saat Heru ikut berbaring di sampingnya dan memeluk Nirmala dari belakang. Seketika Nirmala menjauh dan melepaskan diri dari pelukan Heru. Sontak hal itu membuat Heru terkejut.

"Kenapa sayang?" tanya Heru.

"Kaget Mas, aku baru saja mau terlelap mimpi ada yang nabrak gitu. Maaf Mas," ucap Nirmala mencari alasan. Heru tersenyum dan meraih tangan Nirmala, tetapi Nirmala menariknya kembali. "Aku lagi haid Mas, maaf."

Nirmala membohongi Heru. Tentu saja dia tak ingin berdekatan dengan lelaki yang sedang ia curigai berselingkuh. Wajah Heru menekuk, apa yang dibayangkan pupus sudah.

"Maaf ya, Mas."

Nirmala kembali meminta maaf, akhirnya Heru pun luluh dan mengajak Nirmala segera tidur. Padahal Heru membayangkan malam ini akan menjadi malam milik mereka berdua karena Kania, putri sematawayangnya tak ada di rumah. Sayang, semua hanya khayalan semata.

***

"Hari ini kamu jemput Kania?" tanya Heru.

"Nggak Mas, Kak Nilam pinjam Kania untuk beberapa hari katanya. Aku rasa sih Kak Nilam udah kangen pengen punya anak lagi deh. Soalnya 'kan Lukman udah dewasa, udah mau lulus SMA tapi Kak Nilam belum dikasih bayi lagi."

"Iya juga ya, ya sudah kalau Kania betah nggak rewel sih gak apa-apa cuman kalau sudah rewel kamu jemput dia ya."

Nirmala hanya menganggukan kepalanya. Mereka melanjutkan sarapan pagi dan Heru segera bersiap hendak berangkat bekerja. Tiba-tiba ia merasa ada sesuatu yang tak beres dengan perutnya.

"Ih, Mas jorok. Bau tahu." Nirmala menutup hidungnya, seraya menahan tawa. Bagaimana tidak, obat pencahar yang dicampurkan dalam minuman suaminya itu bereaksi lebih cepat. Heru bolak-balik kamar mandi hingga ia harus menelepon rekan kerjanya mengabarkan akan datang telat.

Melihat ponsel Heru tergeletak sembarangan, Nirmala terpikir untuk mengirim nomor kontak perempuan itu ke nomornya. Ia lupa untuk melakukannya ketika menyadap aplikasi hijau milik Heru. Nirmala bergerak cepat dan menghilangkan jejak dengan menghapus pesan yang terkirim padanya.

"Minum dulu Mas," ucap Nirmala memberikan segelas teh tawar.

"Kamu kasih apa sih makanannya?" tanya Heru curiga.

"Nggak aku kasih apa-apa Mas. Ini buktinya aku nggak apa-apa 'kan? Kamu kali yang lupa kemarin, kamu makan apa hayo?" selidiki Nirmala

"Aku nggak makan apa-apa sayang," ucap Heru

"Hmm ... Mungkin perut Mas lagi ngambek aja kali, diajak bohong terus. Katanya gak makan apa-apa tapi suka makan siang gratisan terus, iya 'kan?" ledek Nirmala

Heru terlihat kikuk dan sikapnya kembali terlihat aneh. Dia merasa tersindir oleh perkataan Nirmala.

"Kenapa diam Mas? Kan bener kalau makan di kantin itu gratis! Kan memang fasilitas kantor."

"Eh, i-iya ya itu 'kan gratis."

Sial, Heru tak menyadari istrinya tengah terus berusaha memancing dirinya agar mau berbicara jujur. Namun, nyatanya sama sekali tak ada niat itu terlihat dari dirinya. Nirmala semakin yakin ada yang tidak beres dengan suaminya itu.

Setelah merasa membaik, Heru akhirnya berangkat ke kantor. Saat hendak mencium kening Nirmala, istrinya itu menjauh. Raut wajah Heru kembali menggambarkan rasa heran atas perilaku istrinya itu.

"Maaf Mas, abis pakai sunscreen takutnya masih nempel," kilah Nirmala

Heru pun berlalu dari hadapan Nirmala. Setelah memastikan suaminya telah cukup jauh, nirmala segera mengunci pintu dan menyalakan sepeda motor milik suaminya karena sepeda motor miliknya dia tinggal di rumah Kak Nilam.

Nirmala cukup ahli dalam mengendarai sepeda motor. Dengan cepat ia bisa menemukan mobil milik suaminya itu. Perlahan ia mengikuti mobil itu. Hingga Nirmala dibuat tercengang dengan arah yang dipilih suaminya. Heru tidak menjalankan mobilnya menuju jalan kantor tempat ia bekerja. Nirmala semakin penasaran terlebih ketika mobil Heru masuk ke dalam kawasan perumahan elit di daerah itu.

"Maaf Bu, bisa tunjukan kartu identitasnya?" ucap seorang satpam yang menjaga perumahan itu.

Nirmala mendengus kesal. Sial seketat ini perumahan elit itu ternyata! Nirmala menyerahkan KTP-nya tanpa melihat wajah satpam itu. Matanya tetap mengarah ke mobil Heru yang semakin jauh dan tak terlihat.

"Ibu mau ke rumah siapa? Blok dan nomornya berapa, Bu?" tanya satpam itu.

Nirmala terkejut mendengar pertanyaan itu. Bagaimana bisa dia menjawab pertanyaan satpam itu karena memang dia tak tahu rumah siapa yang ingin dikunjungi.

Setelah berpikir cukup lama, Nirmala teringat nama perempuan itu. "Aduh, saya nggak hafal nomor sama bloknya, Pak. Yang jelas saya mau ke rumah Bunda Alea, ada perlu Pak. Bisa?" tanya Nirmala

Lama menunggu jawaban Satpam yang sedang mengobrol dengan rekannya, mungkin mereka berdiskusi tentang kedatangan Nirmala ke kompleks itu. Namun, akhirnya Nirmala pun diperbolehkan masuk kawasan itu dengan kartu identitas yang ditahan di pos satpam.

Dengan petunjuk dari satpam tentang rumah perempuan itu, Nirmala mengendarai sepeda motornya dengan hati-hati hingga dari kejauhan sudah terlihat mobil Heru hendak keluar dari kompleks itu. Segera ia belokan kendaraannya agar tak berpapasan dengan suaminya.

Tepat ketika mobil Heru melintasi belokan di mana Nirmala berhenti, mata Nirmala tak bisa menghindari ada sosok perempuan yang duduk di samping suaminya tengah tertawa riang.

Seketika hatinya merasa remuk, matanya memanas, tubuhnya terasa lemas dan bergetar. Dalam kekalutan ia segera merogoh ponselnya dan mengambil gambar mobil suaminya, berharap itu bisa menjadi salah satu bukti dalam membongkar pengkhianatan Heru.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Ending

    Suasana sudah begitu ramai, Bu Wati senang akhirnya Sarah akan segera resmi menikah kembali dengan Heru, perjalanan panjang dan tak mudah sudah dilewati Sarah. Penantian dan kesabaran Sarah akhirnya berbuah manis, sempat ragu tapi akhirnya Sarah mantap kembali menerima Heru dalam hidupnya. Rasanya merasa bersalah telah membuat Heru menunggu padahal mereka bisa segera menikah kembali, tapi perlu waktu untuk Sarah menerima Heru, ketakutan akan masa lalu selalu membayanginya. Bagaimanapun Heru pernah membuatnya kecewa dengan meninggalkan Sarah seorang diri di rumah sakit lalu pergi entah kemana hingga Sarah harus tinggal di panti ini. Kebahagiaan itupun hadir dalam hati Nirmala, perempuan yang dulu pernah disakiti oleh Satah tapi mampu memaafkan dan berbesar hati menerima kehadiran Sarah dalam hidupnya bahkan mereka jadi sangat akrab sejak Sarah berhijrah menjadi lebih baik, tak ada yang tak memuji Nirmala yang bisa menerima mantan madunya bahkan mantan istri simpanan suaminya dulu, ba

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Sebuah Permintaan

    "Kenapa harus menepi sejenak?" tanya Heru di ujung sana. "Mas, aku mohon. Aku perlu waktu untuk memikirkan semuanya, aku harus memutuskan semua dengan segala pertimbangan, aku gak mau gegabah soal ini. Ini menyangkut kehidupanku selanjutnya. Aku mohon Mas Heru mengerti." "Berapa lama?" "Tiga hari saja mas, tolong jangan kirim aku pesan atau apapun. Kita nanti akan tahu seberapa rindu hati kita jika tak melakukan itu, jika dalam waktu tiga hari itu aku ternyata tak bisa hidup tanpamu maka aku yang menghubungimu duluan, begitupun sebaliknya."Heru terdengar menghela napas berat, ia tak menyangka sesulit itu kembali pada Sarah padahal ia pikir bisa dengan mudah karena Sarah terlihat sangat mencintainya terbukti dari kebiasaannya mengantar makanan saat di penjara. Tapi itu saja tak cukup membuat Heru yakin akan mudah mendapatkan Sarah, dia harus berusaha lebih keras lagi. "Baiklah, aku turuti." Akhirnya kalimat itu meluncur dari bibir Heru membuat Sarah bernapas lega."Terima kasih

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Mimpi

    "Apa?" Heru terkejut mendengar ucapan Sarah, tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. "Terus kamu jawab apa?" Sarah terdiam, Heru menunggu jawaban Sarah dengan hati tak karuan."Aku belum menjawabnya, mas. Aku bercerita tentang semua itu pada Mbak Nirmala, dia memintaku untuk beristikharah. Saat ini jujur aku gamang, aku gak tahu bisa percaya sama kamu sepenuhnya atau nggak, aku ini pernah menjadi istri kedua secara sembunyi-sembunyi, menyakiti perempuan lain bahkan kini perempuan itu seolah tak pernah merasa disakiti olehku, dia sangat baik. Tetap saja justru dengan begitu rasa bersalahku kian besar, aku takut mas." "Apa yang kamu takutkan?" Sarah menatap lelaki itu, keduanya saling menatap penuh arti. "Aku takut kamu mengkhianatiku seperti kamu mengkhianati Mbak Nirmala." Heru menghela napas berat dan mengusap wajahnya kasar. "Sarah, aku rela mengkhianati Nirmala karena apa?" tanya Heru menatap perempuan di depannya. Sarah menunduk, memang ia rasakan semua yang ter

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Permintaan Lelaki Lain

    "Mas, aku mau kita sah dulu secara agama dan negara. Tujuh tahun tanpa nafkah batin bukan waktu yang sebentar, aku tak mau melakukan ini dengan gegabah. Mungkin tak pernah ada kata talak darimu tapi saat keluar penjara kamu memilih menghampiri Mbak Nirmala dan mengacuhkanku itu pertanda kamu tak menginginkan aku lagi, mas.""Sudah aku bilang, aku menemui Kania bukan Nirmala. Menemui anakku," sanggah Heru. "Tapi kamu kecewa kan mendengar Mbak Nirmala sudah menikah lagi bahkan hidup bahagia sekarang?" Heru terdiam, Sarah menghela napas. Ia sangat takut, Heru membawanya ke sebuah villa yang cukup sepi, dia meminta untuk melakukan hubungan layaknya suami istri. Tapi Sarah menolak dengan alasan telah hilang haknya untuk itu, karena sepengetahuannya. Enam bulan saja tanpa nafkah batin maupun lahir maka sudah bisa jatuh talak jika istri tak ridho. Ini tujuh tahun selama di penjara, meski selama itu Sarah masih mengunjungi Heru, mereka masih bertemu tapi Sarah tak melihat bias cinta saat it

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Ujian Kebersamaan

    "Assalamualaikum, mas. Ada apa?""Waalaikumsalam, dimana kamu dek?""Di rumah mbak Nirmala, mas. Kenapa?" "Siapa lelaki itu?" TegSarah terdiam, mendadak wajahnya memerah entah pertanda apa. Nirmala mengamati wajah bingung Sarah. Apa yang dilihat Heru hingga dia marah seperti itu. "Lelaki mana mas?" "Jangan pura-pura, jelas sekali aku melihat kamu dengan seorang lelaki." Sarah menghela nafas, apa yang ditakutkannya terjadi. Sejak dulu, ia tahu sikap Heru yang gampang marah, Heru tak pernah bisa bersikap dingin terlebih jika sudah menyangkut dirinya. Nirmala mencoba menenangkan meski dia tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, hanya saja melihat raut wajah Sarah membuat Nirmana merasa mereka sedang tak baik-baik saja. Enggan ikut campur, Nirmala memilih meninggalkan Sarah seorang diri, membiarkan Sarah menyelesaikan semuanya. "Mas, jangan dulu berpikir aneh. Dia temanku, dulu kami pernah satu panti. Lalu terpisah dan kembali dipertemukan." "Teman atau teman?" Lagi, Sarah me

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Heru Meradang

    "Maksud kamu?" tanya Sarah.Jaka gelagapan, ia mencari paduan kata yang tepat untuk menutup sikapnya yang mendadak serba salah karena ucapannya tadi."Apakah aku tak perlu menghiraukannya lagi?" tanya Sarah kembali."Eh, tidak. Bukan begitu," ucap Jaka menjeda kalimatnya. "Gini, pernikahan itu untuk membuat kita bahagia ya setidaknya itu yang aku pegang selama ini, aku sampai sekarang belum menikah karena aku gak yakin bisa bahagia dengan perempuan lain. Kebahagiaanku ada pada seseorang yang hadir sejak dulu, seseorang yang setiap malam aku sebut namanya berharap bisa dipertemukan dengannya yang entah dimana. Aku menunggunya, karena aku yakin dia tercipta untukku. Meski nantinya akan terluka setidaknya aku tak menikah hanya karena untuk membohongi hati ini dan menyakiti perempuan lain yang jadi istriku. Jadi, menurutku ambil keputusan sesuai keyakinan hatimu," ucap Jaka.Sarah terdiam, dia seolah merasa perempuan yang ditunggu Jaka adala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status