Share

Sindiran Telak

Penulis: Nisa Noor
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-22 04:40:36

Mobil Heru sudah menghilang. Nirmala masih mencoba menguatkan hatinya dengan mengatur napas. Bayangan gelak tawa yang ia lihat antara suaminya dengan perempuan itu terus ada dalam ingatannya seolah menari di pelupuk matanya.

Perlahan Nirmala bangkit dan mengendarai kembali sepeda motornya. Kali ini ia kembali menjalankan sepeda motor menuju rumah Kak Nilam.

***

"Kak, apa salah aku Kak? Mas Heru tega melakukan ini," ujar Nirmala menangis tersedu dalam pelukan Kak Nilam

"Sabar Dek, semua belum tentu apa yang kita pikirkan. Apa yang kita lihat belum tentu seperti itu. Kamu harus tenang, itu belum cukup jadi bukti. Apa kamu sudah tanya langsung sama suamimu?"

Nirmala menggelengkan kepalanya.

"Nah, itu. Harusnya kamu coba komunikasikan padanya, jangan asal mengambil kesimpulan. Setidaknya jika memang benar seperti yang kamu pikirkan kamu tetap dapat pahala dari sabar dan tidak berprasangka buruk."

"Kak, itu sudah jelas sekali Kak. Mas Heru mengkhianati pernikahan kami, dia punya wanita idaman lain Kak, Mas Heru sudah mengkhianatiku."

Nirmala semakin tersedu. Ia meratapi dirinya yang harus menghadapi ujian pernikahan seperti ini, tak pernah terbayangkan akan terjadi seperti ini. Lelaki yang menikahinya empat tahun yang lalu itu kini telah mendua. Semakin lama luka yang Nirmala rasakan semakin perih, sungguh sulit memang menerima orang yang kita cintai dan kasihi ternyata telah mengkhianati.

"Kuatkan hati, bicarakan baik-baik. Sabar, ini ujian pernikahan yang harus kamu lalui. Mungkin Heru sedang khilaf atau ada alasan lain yang justru letaknya ada pada diri kita."

Mendengar setiap ucapan yang keluar dari mulut Kak Nilam membuat hati Nirmala semakin perih. Jika memang karena ada kurang dalam dirinya kenapa Heru harus sampai berselingkuh? Bukankah dulu mereka telah berjanji untuk dapat saling menerima.

Ponsel Nirmala berdering, membuat dirinya melepaskan pelukan sang kakak tercinta. Panggilan dari Ibu, Nirmala mengalihkan pandangan ke arah Kak Nilam tanpa berpikir panjang Kak Nilam mengambil ponsel itu. "Hallo Bu."

"Nilam? Ini Nilam 'kan?" tanya Ibu bernada penuh keheranan

"Iya Bu, kebetulan Nirmala lagi ke mari. Ada apa Bu?"

"Oh, syukurlah. Ini Kania mulai rewel, nanti bilang sama Nirmala jemput Kania. Atau ibu anter aja ke rumahmu sekarang ya?"

Nirmala yang mendengar ucapan Ibunya itu dengan segera menyilang-nyilangkan tangannya, memberi tanda pada kakaknya agar Ibunya tak sampai datang ke sini.

"Nggak perlu, Bu. Nanti Aku sama Nirmala yang jemput, kebetulan aku ada perlu biar sekalian pakai mobil aja. Kasian Kania 'kan."

"Oh, ya sudah. Ibu tunggu ya."

Nirmala bernapas lega mendengar percakapan Kak Nilam dengan Ibu. Kak Nilam menggelengkan kepalanya. Dia tak paham apa tujuan Nirmala melakukan ini semua jika ia sudah ingin menyerah.

"Telepon suamimu, ajak ia bertemu dan bicarakan baik-baik. Jangan terlalu lama menyimpan masalah, lama-lama Ibu bisa tahu semuanya." Nilam memerintah dengan tegas pada Nirmala, Nirmala hanya menundukan kepalanya. Dia tengah berusaha menahan bulir beningnya tak meluncur.

***

"Kania ...."

"Mama ...."

Nirmala dan Kania saling berpelukan. Hati Nirmala seakan tergores kembali melihat wajahnya yang sangat mirip dengan Heru, lukanya terasa perih kembali melihat tawa lepasnya. Bagaimana Nirmala akan menghadapi persoalan rumah tangganya?

"Kok Mama nangis?" tanya Kania mengusap mata Nirmala.

"Mama kangen kamu Nak." Nirmala memeluk kembali putri kesayangannya.

"Kania juga," ucapnya. Anak cantik dan pintar bicara itu membalas memeluk Mamanya. Nilam tak mampu menahan derai air matanya. Ia buru-buru mengusapnya berharap Ibunya tak melihatnya.

"Kania mau pulang ke rumah Bude atau ke rumah Kania?" tanya Nilam. Anak kecil itu terdiam sejenak, matanya ia arahkan pada Nirmala lalu sesekali pada Kak Nilam.

"Atau Kania mau nginep sama Nenek lagi?" sahut Ibu

"Kania kangen Papa."

Bak disiram air garam luka di hati Nirmala semakin perih terasa. Anak kecil itu merindukan papanya sebagaimana Heru yang selalu menanyakan Kania ketika sampai rumah, hati Nirmala berdesir. "Kania pulang sama Mama ya," ucap Nirmala bergetar.

Kania menganggukan kepalanya. Nirmala mengusap air mata yang sudah membasahi pipinya itu. Nirmala mungkin bisa membohongi Kania, tetapi tidak dengan ibunya. Ibu mana yang tak paham akan isi hati anaknya.

"Ada apa dengan adikmu?" tanya Ibu pada Nilam

"Nggak ada apa-apa Bu, mungkin Nirmala terharu aja. Ini 'kan pertama kalinya Kania nginep di rumah Ibu tanpa dia, jadi ya Nirmala mungkin kagum, salut, kangen juga sama Kania, Bu." Nilam mencoba menutupi masalah yang menghadapi adiknya. Keduanya telah berjanji jika ada masalah rumah tangga jangan sampai bocor atau orang tua mengetahuinya. Ibu hanya membulatkan mulutnya menanggapi ucapan Kak Nilam.

***

Kak Nilam mengantarkan Nirmala dan Kania. Sementara Lukman membawa sepeda motor Heru yang tadi pagi dibawa Nirmala.

"Rencana kamu sekarang apa Mala?"

"Aku akan memperjuangkan semuanya Kak, demi Kania dan demi kebahagian kami. Aku gak mau kalah. Aku mau perempuan itu kalah dan menyadari kesalahannya begitu pun dengan Mas Heru, dia harus membayar atas luka yang sudah ia torehkan."

"Bagus, Kakak setuju tapi tetap nggak boleh pakai emosi ya," pesan Nilam mengulas senyum pada adiknya, itu. Nirmala membalas senyum kakaknya itu.

Setibanya di rumah sudah ada mobil Heru terparkir di garasi dan orangnya tengah membersihkan tanaman kecil. Pandangannya mengarah ke arahku ketika mengucap salam.

"Kania ...." Lelaki itu menyapa Kania terlebih dahulu

"Dari mana, Dek?" tanya Heru pada Nirmala.

"Habis jalan-jalan sama Kak Nilam, lihat-lihat perumahan yang di kompleks mewah di ujung kota ini Mas," jawab Nirmala

Mendengar nama komplek itu seketika Heru terpaku, Nirmala merasa sedikit senang karena mampu membuat Heru sedikit syok terapi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
for you
kakak nya sok bijak harus nya ngasih saran²buat adik nya ngamanin harta apa benda yg berguna gitu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Salah Sebut Nama PanggilanĀ Ā Ā Ending

    Suasana sudah begitu ramai, Bu Wati senang akhirnya Sarah akan segera resmi menikah kembali dengan Heru, perjalanan panjang dan tak mudah sudah dilewati Sarah. Penantian dan kesabaran Sarah akhirnya berbuah manis, sempat ragu tapi akhirnya Sarah mantap kembali menerima Heru dalam hidupnya. Rasanya merasa bersalah telah membuat Heru menunggu padahal mereka bisa segera menikah kembali, tapi perlu waktu untuk Sarah menerima Heru, ketakutan akan masa lalu selalu membayanginya. Bagaimanapun Heru pernah membuatnya kecewa dengan meninggalkan Sarah seorang diri di rumah sakit lalu pergi entah kemana hingga Sarah harus tinggal di panti ini. Kebahagiaan itupun hadir dalam hati Nirmala, perempuan yang dulu pernah disakiti oleh Satah tapi mampu memaafkan dan berbesar hati menerima kehadiran Sarah dalam hidupnya bahkan mereka jadi sangat akrab sejak Sarah berhijrah menjadi lebih baik, tak ada yang tak memuji Nirmala yang bisa menerima mantan madunya bahkan mantan istri simpanan suaminya dulu, ba

  • Salah Sebut Nama PanggilanĀ Ā Ā Sebuah Permintaan

    "Kenapa harus menepi sejenak?" tanya Heru di ujung sana. "Mas, aku mohon. Aku perlu waktu untuk memikirkan semuanya, aku harus memutuskan semua dengan segala pertimbangan, aku gak mau gegabah soal ini. Ini menyangkut kehidupanku selanjutnya. Aku mohon Mas Heru mengerti." "Berapa lama?" "Tiga hari saja mas, tolong jangan kirim aku pesan atau apapun. Kita nanti akan tahu seberapa rindu hati kita jika tak melakukan itu, jika dalam waktu tiga hari itu aku ternyata tak bisa hidup tanpamu maka aku yang menghubungimu duluan, begitupun sebaliknya."Heru terdengar menghela napas berat, ia tak menyangka sesulit itu kembali pada Sarah padahal ia pikir bisa dengan mudah karena Sarah terlihat sangat mencintainya terbukti dari kebiasaannya mengantar makanan saat di penjara. Tapi itu saja tak cukup membuat Heru yakin akan mudah mendapatkan Sarah, dia harus berusaha lebih keras lagi. "Baiklah, aku turuti." Akhirnya kalimat itu meluncur dari bibir Heru membuat Sarah bernapas lega."Terima kasih

  • Salah Sebut Nama PanggilanĀ Ā Ā Mimpi

    "Apa?" Heru terkejut mendengar ucapan Sarah, tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. "Terus kamu jawab apa?" Sarah terdiam, Heru menunggu jawaban Sarah dengan hati tak karuan."Aku belum menjawabnya, mas. Aku bercerita tentang semua itu pada Mbak Nirmala, dia memintaku untuk beristikharah. Saat ini jujur aku gamang, aku gak tahu bisa percaya sama kamu sepenuhnya atau nggak, aku ini pernah menjadi istri kedua secara sembunyi-sembunyi, menyakiti perempuan lain bahkan kini perempuan itu seolah tak pernah merasa disakiti olehku, dia sangat baik. Tetap saja justru dengan begitu rasa bersalahku kian besar, aku takut mas." "Apa yang kamu takutkan?" Sarah menatap lelaki itu, keduanya saling menatap penuh arti. "Aku takut kamu mengkhianatiku seperti kamu mengkhianati Mbak Nirmala." Heru menghela napas berat dan mengusap wajahnya kasar. "Sarah, aku rela mengkhianati Nirmala karena apa?" tanya Heru menatap perempuan di depannya. Sarah menunduk, memang ia rasakan semua yang ter

  • Salah Sebut Nama PanggilanĀ Ā Ā Permintaan Lelaki Lain

    "Mas, aku mau kita sah dulu secara agama dan negara. Tujuh tahun tanpa nafkah batin bukan waktu yang sebentar, aku tak mau melakukan ini dengan gegabah. Mungkin tak pernah ada kata talak darimu tapi saat keluar penjara kamu memilih menghampiri Mbak Nirmala dan mengacuhkanku itu pertanda kamu tak menginginkan aku lagi, mas.""Sudah aku bilang, aku menemui Kania bukan Nirmala. Menemui anakku," sanggah Heru. "Tapi kamu kecewa kan mendengar Mbak Nirmala sudah menikah lagi bahkan hidup bahagia sekarang?" Heru terdiam, Sarah menghela napas. Ia sangat takut, Heru membawanya ke sebuah villa yang cukup sepi, dia meminta untuk melakukan hubungan layaknya suami istri. Tapi Sarah menolak dengan alasan telah hilang haknya untuk itu, karena sepengetahuannya. Enam bulan saja tanpa nafkah batin maupun lahir maka sudah bisa jatuh talak jika istri tak ridho. Ini tujuh tahun selama di penjara, meski selama itu Sarah masih mengunjungi Heru, mereka masih bertemu tapi Sarah tak melihat bias cinta saat it

  • Salah Sebut Nama PanggilanĀ Ā Ā Ujian Kebersamaan

    "Assalamualaikum, mas. Ada apa?""Waalaikumsalam, dimana kamu dek?""Di rumah mbak Nirmala, mas. Kenapa?" "Siapa lelaki itu?" TegSarah terdiam, mendadak wajahnya memerah entah pertanda apa. Nirmala mengamati wajah bingung Sarah. Apa yang dilihat Heru hingga dia marah seperti itu. "Lelaki mana mas?" "Jangan pura-pura, jelas sekali aku melihat kamu dengan seorang lelaki." Sarah menghela nafas, apa yang ditakutkannya terjadi. Sejak dulu, ia tahu sikap Heru yang gampang marah, Heru tak pernah bisa bersikap dingin terlebih jika sudah menyangkut dirinya. Nirmala mencoba menenangkan meski dia tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, hanya saja melihat raut wajah Sarah membuat Nirmana merasa mereka sedang tak baik-baik saja. Enggan ikut campur, Nirmala memilih meninggalkan Sarah seorang diri, membiarkan Sarah menyelesaikan semuanya. "Mas, jangan dulu berpikir aneh. Dia temanku, dulu kami pernah satu panti. Lalu terpisah dan kembali dipertemukan." "Teman atau teman?" Lagi, Sarah me

  • Salah Sebut Nama PanggilanĀ Ā Ā Heru Meradang

    "Maksud kamu?" tanya Sarah.Jaka gelagapan, ia mencari paduan kata yang tepat untuk menutup sikapnya yang mendadak serba salah karena ucapannya tadi."Apakah aku tak perlu menghiraukannya lagi?" tanya Sarah kembali."Eh, tidak. Bukan begitu," ucap Jaka menjeda kalimatnya. "Gini, pernikahan itu untuk membuat kita bahagia ya setidaknya itu yang aku pegang selama ini, aku sampai sekarang belum menikah karena aku gak yakin bisa bahagia dengan perempuan lain. Kebahagiaanku ada pada seseorang yang hadir sejak dulu, seseorang yang setiap malam aku sebut namanya berharap bisa dipertemukan dengannya yang entah dimana. Aku menunggunya, karena aku yakin dia tercipta untukku. Meski nantinya akan terluka setidaknya aku tak menikah hanya karena untuk membohongi hati ini dan menyakiti perempuan lain yang jadi istriku. Jadi, menurutku ambil keputusan sesuai keyakinan hatimu," ucap Jaka.Sarah terdiam, dia seolah merasa perempuan yang ditunggu Jaka adala

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status