Renata Kania adalah gadis yatim piatu yang selalu gagal dalam percintaan, sampai akhirnya ia bertemu dengan Doni. Doni datang menawarkan sejuta impian dan masa depan indah. Mereka akhirnya menikah. Sayangnya pernikahan mereka dinodai oleh perselingkuhan sang suami. Renata yang merasa terluka, mengumpulkan semua bukti-bukti perselingkuhan sang suami. Bersamaan dengan itu, masa lalu Renata kembali lagi setelah 8 tahun menghilang. Bagaimana tindakan Renata selanjutnya. Apakah bertahan dengan suaminya atau memilih mundur dan menerima kembali cinta masa lalunya?
View MoreTangisnya pecah seketika tak tertahan lagi, setelah membaca chat di whatsweb nya Doni suaminya tercinta. Renata sengaja menyadap W******p nya, setelah Bianca sang sahabat dengan tak sengaja melihat suaminya sedang asik berdua dengan seorang wanita, di sebuah cafe sore kemarin.
Ternyata di luar, selain bekerja, suaminya juga asik chatting dengan wanita lain, padahal pernikahan mereka belum genap setahun. Dan sekarang Renata tengah hamil anak pertama mereka tapi bisa-bisanya diluar sana suaminya main gila.
Pantas saja Renata sering gelisah dan merasakan ada rasa tidak nyaman dalam rumah tangganya sejak beberapa bulan terakhir, Doni sering pulang malam terus, dengan alasan lembur dan sebagainya. Padahal dia menghabiskan waktunya dengan seorang perempuan idaman lain.
"Baiklah Mas! Jika itu yang kamu mau! Kamu telah mempermainkan hidupku! maka kamu harus membayar sakit hati ini," gumamnya dengan gementar.
Remuk redam perasaannya bahkan sekedar untuk bernafas saja ia merasakan sakit yang tak terhingga. Bayi yang ada dalam kandungannya pun seakan turut merasakan gundahnya hati Renata, dia menendang-nendang perutnya dengan kuat hingga sang Ibu meringis karena terasa ngilu sekali.
"Ibu, baik-baik saja, Nak, jangan khawatir ibumu masih kuat jika hanya untuk memberi pelajaran seorang bajingan!" gumannya penuh dendam dan derai airmata.
Dielus perutnya dengan perasaan tak menentu. sungguh ia penasaran dengan wanita itu. Renata mencoba mencarinya di F******k, nama yang tertera di whatwebnya Doni, Lia Apriliani namanya dan ia menemukannya di aplikasi berlogo biru itu, sama persis dengan foto profilnya yang ada di Whatsweb diponsel miliknya.
Untung saja suaminya menyimpan namanya dengan lengkap. Jadi Renata tidak susah mencarinya.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Semua tentang Lia terpampang jelas di layar gawainya, seorang wanita berhijab dan bersuami dengan satu anak, yang berprofesi sebagai Guru TK.
"Woow!" ucap Renata, takjub dengan wanita itu, penampilan yang syar'i bahkan suaminya seorang pengurus pondok pesantren, tapi masih bisa main gila dengan suami orang.
"Mas Doni dan Lia sama-sama harus ku beri pelajaran!" ucapnya berbicara sendiri.
Renata menyimpan semua foto-fotonya dari aplikasi F******k.
"Awas saja kamu Lia! aku tidak akan membiarkanmu hidup tenang! kamu telah mengusik rumah tanggaku."
Renata menyimpan semua screenshot chat antara Doni dan Lia, lalu ia kirim ke emailnya yang lain. Ia harus memiliki bukti kuat sebelum mengungkap semua kebejatan suaminya dengan wanita itu.
Renata tersenyum sinis membaca chattingan mereka. "Berbahagia lah sekarang! karena besok-besok akan ku buat kalian malu seumur hidup, sehingga untuk sekedar tersenyum saja kalian tidak mampu."
Renata menyeka air matanya yang datang terus menerus tanpa permisi, lalu bangkit untuk menunaikan Sholat Magrib, ia tidak boleh lemah dihadapan Doni.
Juga, tidak boleh gegabah dalam hal ini.
"Akan ku hancurkan keduanya di waktu yang tepat! Sebagaimana mereka menghancurkan hatiku saat ini. Biarlah sekarang aku yang sakit dan menderita tapi akan kupastikan balasan yang akan mereka terima lebih sakit dari yang aku alami."
Jangan pernah membalas perlakuan buruk orang lain. Renata selalu ingat pesan almarhum Neneknya, dan itu dulu sekali Selalu ia lakukan seperti petuah beliau yang membesarkannya. Tapi sekarang neneknya sudah tiada dan Renata berjuang sendiri, maka ia bertekad akan membalas semua yang berani mempermainkan hidupnya.
Renata terdiam di balkon kamarnya menatap langit malam yang pekat seperti isi hatinya yang menggelap penuh amarah, pikirannya menerawang ke masa lalu saat sebelum menikah dengan Doni.
Ia adalah seorang pengusaha wanita, pemilik butik terkenal di kota ini. Memilih menyerahkan pengurusan butik pada Dina adiknya iparnya sejak beberapa bulanan lalu. Karena ingin fokus pada kehamilannya yang sudah memasuki trimester ke-3. Laporan keuangan pun tak seperti dulu lagi, saat butik masih ia pegang sendiri, Tapi Renata tidak mempermasalahkan nya untuk saat ini, ia ingin tahu sejauh mana adik iparnya berbuat curang dan ia memilih untuk lebih fokus sama kehamilan pertamanya
Ia membiarkan Dina menikmati uangnya terlebih dahulu, akan ada masanya ia membuat perhitungkan, karena dengan jelas Adik Iparnya mencuranginya.
"Ren …!
Wanita itu tak bergeming pada panggilan suaminya. Pikirannya menerawang jauh meski raganya tegap berdiri di ujung balkon.
"Ren…!
Suaminya mendekatinya dan mengusap lembut pundaknya.
Renata pura-pura melonjak kaget
"Eh?!? Mas … Mas Doni sudah pulang?"
Doni terlihat menghela nafas, mungkin heran dengan sang istri yang tidak seperti biasanya. Hari ini Renata berusaha terlihat tenang, tapi sepertinya Doni tau ada sesuatu yang Renata sembunyikan, terlihat dari raut mukanya yang keheranan.
"Kamu baik-baik saja, Ren?" tanyanya sambil menatap manik mata Renata.
"Kenapa, Mas?" tanyanya dengan tak acuh.
"E … engga ada," sahutnya gugup.
Entah kenapa hanya dengan pertanyaan begitu saja membuat Doni terkesiap kaget. Mungkin dia mulai was-was dengan kebohongannya.
"Kamu ko, belum tidur?" tanyanya lagi.
"Belum ngantuk, Mas," sahutnya dan kembali memandang langit yang pekat itu! Sungguh rasanya ingin sekali menggaruk mukanya suaminya yang sok tanpa dosa itu.
"Aku tidur duluan, ya?"
Renata tak menyahut, tapi dalam hatinya ia berkata. "Tentu saja suamiku, kamu capek dan ingin segera tidur, setelah seharian bekerja lalu menghabiskan waktu dengan gundikmu itu."
Renata kembali menangis dalam diam, perih dan sakit sekali rasanya. Ia menyerahkan segala hidupnya pada pada Doni. Tapi yang Renata dapatkan malah dihancurkannya seluruh harga dirinya.
Memang keterlaluan kalau sampai Renata tidak membalas semua perlakuan Doni, yang menghancurkan harga dirinya tanpa sisa.
———RatuNna———
Seperti biasa, pagi ini Renata masih menjalankan rutinitas seperti hari sebelumnya, tanganya mengaduk kopi hitam untuk suaminya tapi pikirannya masih menerawang dengan chattingan antara Doni dan Lia.
"Selamat pagi, sayang," sapanya pada Renata, yang membuatnya muak dan jijik.
"Pagi, Mas," jawabnya dengan intonasi dingin dan bergetar, dadanya bergemuruh menahan amarah sejak semalam.
Mereka sarapan dengan diam, suasana begitu mencekam hanya denting sendok yang bersahutan.
"Kamu kenapa, Mas?" tanya Renata yang melihatnya makan dengan lesu.
Dia diam tanpa menjawab pertanyaan istrinya, pikirannya pasti berkecamuk, pada bayang-bayang wanita yang perlahan Akan menghapus kepeduliannya pada istrinya sendiri. Gadis yang dulu ia kejar-kejar setengah mati, kini seolah sampah yang tak dibutuhkan nya lagi.
Suara Doni memecah keheningan "Aku berangkat," pamitnya. Tanpa menoleh pada istrinya yang terkejut hingga menjatuhkan sendok yang sedang ia pegang dan menimbulkan denting yang bergema.
Renata tidak menjawab, tatapannya terfokus pada piring dihadapannya. Pikirannya menerawang pada kecurangan sang suami.
Pengkhianatan suaminya memporak porandakan semua isi hatinya. Renata bisa saja mengungkap semuanya sekarang, namun ia ingin membuat Doni dan Lia mendapat sesuatu yang tidak akan dilupakannya seumur hidup, karena sebaliknya pun dirinya, tidak mungkin lupa dengan pengkhianatan mereka berdua.
Suara mobilnya menderu menjauh, dengan seketika Renata sesenggukan, menangis dengan tertahan bagai menahan batu besar yang menghimpit, sakit dan menyesakkan.
Renata bangkit dari kursi dan naik ke kamarnya di lantai dua, hari ini ia berencana akan ke rumah Bianca sahabatnya. Ia pakai terusan warna peach dan blazer putih. Tak ada cela dalam penampilannya. Meski sedang hamil, yang berubah hanya bagian perutnya saja yang semakin membuncit.
Renata menggelar resepsi pernikahan di sebuah Waterboom yang menyediakan taman yang luas, dan fasilitas untuk wedding. Tema pestanya adalah outdoor. Pagi yang cerah disertai sinar mentari yang hangat, menambah indah minggu pagi ini. Annisa kecil sejak tadi sudah sempurna memakai gaun putih persis seperti yang dipakai Renata. Gadis kecil itu berlari kesana kemari sambil memegang balon. Renata begitu terlihat sangat cantik, dengan riasan yang serba nude, membuat penampilanya terlihat sangat elegan, dengan bagian rambut yang masih tersisa beberapa yang telah di curly juga. Bunda Hani mengusap air matanya melihat senyuman bahagia dari pengantin wanita yang telah dianggap anak olehnya. Pak Harun pun demikian, Adit dan Bian beserta istrinya juga telah hadir semenjak kemarin. Begitupun paman dari Renata yang selama ini tak pernah bersua kini hadir beserta keluarganya guna menjadi wali pada pernikahan keponakannya. P
"E—emh." ucapnya dengan melirik ke arah Bara. "Modusnyaaaaa, juaraa!" cibir Bianca. "Nda, ayo!" ajak Annisa dengan menarik tangan ibunya. Membuat Renata kebingungan. Bara yang paham situasinya, seketika mengangguk dan memegang pundak Renata. Walau bagaimanapun ada Annisa yang harus dijaga perasaannya. Anak itu belum paham kenapa dia punya dua Papa kini. Annisa menarik juga tangan Bara yang disambut tawa ngakak oleh Bianca. Ketika yang ditarik tangan Bara dan Renata bukan Doni. Sungguh puas hatinya hari ini melihat mantan suami sahabatnya menekuk muka 180° ibarat telah kehilangan uang milyaran rupiah. Akhirnya tak hanya berfoto bertiga, tapi ber-enam dengan Bianca dan Aisyah. ———— Satu bulan setelah Bara dan Renata sepakat akan menikah, kini keduanya tengah sibuk menyiapkan pernikahan mereka. Mulai dari tempat, fitting baju juga catering untuk jamuan para
POV Renata.Hari ini ulang tahun Annisa yang pertama, anak Perempuanku sudah mulai aktif berlari kesana kemari, di usia sepuluh bulan selain mulai berbicara kata Mama Papa, dia juga mulai melangkah, alhasil usia satu tahun dia sudah bisa berlari meski kadang terjatuh, kosa katanya semakin banyak meski belum bisa merangkai kalimat, cerewet sekali anak itu.Mas Doni dan keluarganya bahkan menanggung acara ulang tahun Annisa yang kami laksanakan di sebuah cafe ternama dengan tema Frozen. Cantik sekali anakku memakai gaun warna biru langit. Semenjak hari itu, aku tak pernah membatasi Mas Doni untuk kerumah menemui Annisa. Dan aku yang memilih menghindar, karena kamar Annisa di bawah dan kamarku di atas, jadi kami jarang bertemu. Mas Doni pun sepertinya paham aku menghindarinya, ia tak pernah memaksa untuk berinteraksi denganku meski tetap selalu mencari celah untuk bisa bertemu denganku. Aku tak membencinya hanya rasa kecewa dan sakit hati membu
"Jadi, bagaimana, Bu, setujukan kalau aku melamar Renata?" tanyaku lagi."Lamar lah jika memang kamu mencintainya, tapi… pastikan dia juga mencintaimu juga keluargamu. Pilihlah perempuan yang akan menganggap ibumu ini juga adikmu keluarganya," tegas Ibu, pandangannya kosong entah kemana."Renata anak yatim piatu, Bu, semoga setelah menikah, Ibu bisa jadi pengganti orang tuanya," jawabku dengan harapan yang besar.Kenapa aku jadi sok tahu begini, kayak yang iya aja bakal di terima. Bahkan untuk melamar Renata aja baru modal cincin karena nyali ini sedikit masih ciut sih. Tapi yang penting Restu Ibu sudah kudapat. Semoga melalui izin dari Ibu akan membuahkan hasil seperti yang aku inginkan.Dari segi apapun, aku sudah layak untuk melamar seorang perempuan, tapi yang ingin ku lamar adalah Renata. Wanita yang pernah aku tinggalkan! Mungkin bagi orang lain dia tak ada artinya, t
POV Bara."Seriusan ini bagus, is?" tanyaku pada Aisyah yang memilihkan cincin bermata ungu itu."Aku sih, suka ya, Kak, tapi gak tahu kak Renata," ucapnya sambil nyengir. Adikku itu sungguh tak bisa diajak jadi pendukung yang handal. Buktinya ia juga malah meragukan pilihannya sendiri.Ya, aku ingin melamar Renata, meski jawaban iya darinya belum pernah aku terima. Namun dari sikapnya, sepertinya ia sudah bisa menerimaku.Meski kulihat gurat lesu di wajah Ibu, setelah aku menceritakan tentang Renata semuanya. Bahkan Ibu, agak terkejut saat aku bilang status Renata yang janda beranak satu. Sedangkan Aisyah dia tidak berkomentar lebih karena sudah pernah ku ajak main ke rumah Renata waktu itu.Tak ada patahan kata yang menyinggung atau penolakan dari Ibu saat itu, aku hanya menangkap tak ada semangat dari wajahnya."Is, Ibu ada
Renata mengerutkan keningnya, selama ini dirinya merasa tak pernah memiliki musuh, tapi kok ada yang jahat dan ingin mencelakakan dirinya.Renata merogoh tas selempangnya mengambil ponsel dan menunjukan poto Doni pada lelaki itu."Ini orangnya bukan, koh?""Lah, ini mah suamimu bukan?" Pemilik toko itu balik bertanya. Renata mengangguk."Saya tidak pernah bermasalah dengan siapapun, tapi saya dan Mas Doni sudah bercerai, siapa tahu dia marah dan ingin mencelakakan saya untuk mengambil hak asuh anak kami," tutur Renata dengan lesu."Gak mungkinlah, si Doni gak ada tampang kriminal hanya pengkhianat saja," bela lelaki gempal itu. Lalu kami sama-sama diam, sibuk dengan pemikiran masing-masing."Baiklah, saya permisi, Koh, dan terima kasih atas waktu dan keterangannya," pamit Renata."Sama-sama, dan maafkan saya tidak bisa membantu," jawabnya
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments