PoV TIWI ADELITA
“Mas lagi ngapain? Kok malah pakai hape aku?”
Mas Herdi kelihatan terkejut melihatku yang tiba-tiba saja sudah ada di belakangnya.
“Oh ... eh, gue cuma pinjam sebentar doang kok!” Jemari Mas Herdi masih menari di atas layar hp jadulku. Aku mengulurkan tangan, minta hpku dibalikin, sudah dari tadi aku mencari-cari hp di bawah bantal, di kolong kasur, di rak lemari, ternyata kok bisa-bisanya dipakai tanpa izin oleh Mas Herdi.
“Btw, lo udah lihat foto pre wedding gue belum, Wi?” Tanya Mas Herdi sambil tetap jemarinya menggenggam hpku erat.
“Hah? Emang udah jadi?” Kuakui aku sedikit terpancing, penasaran ingin melihat bagaimana hasil foto pre wedding Mas Herdi dengan si Oki itu.
“Lihat dulu gih, barusan diantar, gue taro di ruang tamu!”
Tersulut oleh rasa ingin tahu yang tinggi, aku pun menyeret langkah ke ruangan tamu di sebelah, dan mataku langsung membelalak seketika. Whaattt??!
Menyebalkan, aksi cewek matre itu semakin menjadi-jadi rupanya. Aku ternganga begitu melihat hasil foto pre wedding yang masih bersandar di sofa ruang tamu itu. Luar biasa, Oki Fariani melakukan pemotretan memakai 2 gaun pengantin lengkap dengan riasan dan latar studio foto yang mewah.
Sebuah grand piano dan lampu kristal di atas kepala mereka menjadi simbol kemewahan itu. Belum lagi busana yang dipakai oleh Oki benar-benar gaun pengantin sungguhan, dengan buket bunga hidup yang harganya pasti lumayan banget.
Begitu pula jas hitam yang dipakai Mas Herdi, foto pre wedding mereka bukan sekadar foto ala-ala anak muda jaman now yang cukup pergi ke sebuah lokasi dengan pemandangan indah, tanpa gaun, tanpa riasan berlebihan, apalagi studio foto dengan grand piano dan lampu kristal! Baiklah ... cewek ini benar-benar berniat menguras habis uang Mas Herdi tampaknya.
Berapa biaya bridal make up seperti itu? Belum lagi biaya hijab stylistnya, sewa wardrobe, sewa studio, biaya fotografer, biaya cetak foto dengan frame ukuran besar begitu. Ckckck ... menurutku setidaknya keluar 10 juta Rupiah.
Coba lihat juga foto pre wedding mereka yang pose kedua ini nih, sama-sama di bingkai, namun ukuran frame jauh lebih kecil, Oki Fariani mengenakan gaun pengantin selayaknya Elsa dalam Disney Frozen, di pose kedua ini Oki tak mengenakan hijab, melainkan rambut panjangnya ditata seperti putri-putri film Disney. Berarti mereka membayar hair stylist juga untuk foto kedua ini?! OMG, berapa biaya yang dikeluarkan Mas Herdi untuk semua ini???
Padahal masih segar dalam ingatanku saat datang pertama kali untuk membicarakan lamaran ke rumah Tantenya Oki, ibu dan bapak merasa kecewa karena diperlakukan kurang layak. Oki sama sekali tidak keluar dari kamarnya, tidak ada orangtua Oki hadir, baik ibunya ataupun bapaknya, hanya tante dan om nya saja yang menyambut, menyediakan beberapa toples kue kering dan makanan rumahan.
Ibu dan bapak sudah berpikir Oki akan menolak Mas Herdi, mungkin acara lamaran yang rencananya dilakukan di Garut akan dibatalkan? Tapi rupanya tidak, lamaran tetap berlangsung, dan bisa dibilang berjalan normal, hingga akhirnya mereka melakukan foto pre wedding dengan hasil fantastis seperti ini, aku benar-benar tidak habis pikir ...kenapa Mas Herdi mau menghabiskan uang berjuta-juta hanya untuk foto pre wedding dengan si Oki?
Ingin rasanya menutup mata dan berpura-pura tidak tahu apa-apa, tapi bagaimana pun juga Mas Herdi adalah kakakku satu-satunya, masa’ sih aku tega membiarkan mas Herdi terjebak perangkap cewek matre kayak si Oki itu?
Hari pernikahan mereka sudah tinggal hitungan hari saja, kalau aku punya kekuatan ... ingin rasanya membatalkan pernikahan Mas Herdi itu, tapi apalah daya, aku cuma bisa menggerutu sendiri melihat foto prewed mereka dengan bingkai berwarna emas seukuran 40x60 cm di hadapanku saat ini.
Ingin teriak sekeras-kerasnya, kasihan ibu dan bapak kalau punya menantu matre seperti Oki Fariani. Satu-satunya hal yang bisa kulakukan hanyalah menggertak Oki agar tidak banyak bertingkah setelah menikah nanti. Dia harus ditekan dengan benar agar tidak melunjak.
“Nih, hape lo!”
Mas Herdi tiba-tiba datang sambil mencolek lenganku dengan ujung hpku di genggamannya.
“Buat apa sih Mas pinjam hapeku gak bilang-bilang?”
Mas Herdi diam saja.
“Mas habis berapa duit untuk bikin foto pre wed begini?” tanyaku sambil menunjuk foto berbingkai di hadapan kami.
“Mau tahu aja lo!” Jawab Mas Herdi sambil berbalik badan. Ia pun berlalu dengan suara buang angin yang amat besar, sial*n!
*****
“BRAKKK!!!”
Baru sekali ini aku melihat bapak menggebrak meja di hadapan Mas Herdi, anak kesayangannya yang 5 hari lagi akan melangsungkan pernikahan. Aku sendiri juga masih tak percaya dengan kata-kata dari mulut Mas Herdi yang baru saja ia ucapkan.
“Uang gedung dan catering belum lunas, Masih kurang 60 juta lagi!”
Astaghfirullaahal’adzim ...
Wajah dan mata bapak memerah, sepertinya darah tingginya langsung kumat.
“Memangnya dari pihak Oki tidak menyumbang sama sekali?” Bapak langsung mencecar dengan pertanyaan yang sudah kami tebak jawabannya, namun kelihatan Mas Herdi tutup-tutupi.
Bapak punya prinsip dalam menyelenggarakan pernikahan anak-anaknya, biaya pernikahan ditanggung 50-50 atau 100% dari pihak besan semua. Hal ini sudah sering bapak utarakan di hadapanku maupun Mas Herdi, bapak tidak mau ketempuhan membiayai pernikahan kami 100% hanya karena kami cinta mati pada calon pasangan.
Untuk urusan uang, bapak memang sangat teliti dan tidak mau keluar banyak, jangankan biaya resepsi pernikahan ... handphone untukku saja bapak belikan yang harganya di bawah 1,5 juta. Lalu, sepanas apapun kamar kami, bapak tak pernah mau membelikan AC. Sebobrok apapun bangunan rumah kami, bapak tak pernah tergelitik untuk melakukan renovasi.
Meski punya uang pesangon yang relatif besar, bapak punya prinsip tidak menghamburkan uang. Prinsip hidup hemat inilah yang membuat bapak bisa memiliki deposito Milyaran setelah pensiun.
Lalu, tiba-tiba ... Mas Herdi mengacaukan rencana keuangan bapak dengan mengatakan uang resepsi pernikahannya masih kurang 60 juta lagi? Apa dia gila?! Kenapa baru mengatakan H-5 seperti ini? Apakah Mas Herdi sudah bersiasat dengan si Oki?
Ibu mencoba menahan amarah bapak yang meletup-letup. Sedangkan aku hanya bisa menahan gemerutuk geraham, cewek sial itu harus diberi pelajaran!
*****
Akhirnya, pernikahan Mas Herdi dan Oki Fariani berlangsung juga. Bapak sampai harus terkena penalti karena mencairkan depositonya sebelum waktunya, namun bisa bagaimana lagi ... kekurangan 60 juta perlu segera dilunasi untuk acara akad dan resepsi hari ini.
Aku melihat mata Oki sangat sembap di pelaminan, dan dia tak mengulas senyuman sama sekali bahkan meski di hadapan lensa kamera saat memamerkan buku nikah dan mahar yang dimintanya.
Lihatlah emas-emas yang menjadi mahar buat Oki itu. 30 gram emas lhoo yang dia minta dari Mas Herdi sebagai mahar. Cuih, benar-benar cewek matre tidak tahu malu!
Mas Herdi dan Oki berpose mengangkat emas-emas dan dekorasi uang sebagai mahar, juru foto dan videografer mengabadikan mereka, namun tak setitik pun senyuman terlihat di wajah Oki.
‘Huh, jangan belagak sedih deh Oki, lo yang udah bikin kekacauan di keluarga gue beberapa hari ini, tauk ...’ rutukku dalam hati.
Yaa ... beberapa hari ini bapak ibu bertengkar hebat dan adu argumen dengan Mas Herdi, pada akhirnya ... bapak dan ibu yang harus mengalah.
Maka, hari ini kami sekeluarga sengaja memasang wajah benci, sebal, kesal, pada Oki dan keluarganya, mereka bahkan tidak mau keluar modal sedikit pun untuk pernikahan ini sungguh tidak tahu malu!
Lihatlah ... akan kubuat kau menyesal telah menjadi kakak iparku, Oki!
PoV OKI FARIANIAku hanya bisa terdiam, Mas Herdi benar-benar datang ke rumah jam 10 pagi, menemui Mamah, Tante dan Om agar bisa mendeklarasikan niatnya ingin melamarku.“Mamah, Om dan Tante tidak perlu cemas, saya sudah punya tabungan puluhan juta, saya siap menanggung seluruh biaya pernikahan nanti,” ucap Mas Herdi tegas, “Saya juga sudah punya rumah dan mobil, jadi saya bisa menjaga Oki dengan baik,” serunya lagi, begitu percaya diri.Tante menatapku dengan raut muka gelisah, namun kemudian tante malah tersenyum tipis ke arah Mas Herdi, “Waah alhamdulillah kalau begitu, Herdi berarti sudah mapan, sudah mandiri dan bisa diandalkan yaa, Tante lega bisa titip Oki ke Herdi.”Yaah, aku menggigit bibir bawahku, kenapa sih Tante malah membuatku makin mengkeret. Padahal tadi malam aku sudah bertukar pikiran dengan Tante dan Mamah, aku sudah menyatakan tegas bahwa aku tidak ada perasaan apapun u
PoV TIWI ADELITAH-1 hari pernikahan ...Aku mendekati ibu yang tampak muram duduk di atas dipan kasur kamarnya sendirian.“Ibu mikirin apa? Kok kelihatan lesu banget?” ku coba bermanis-manis pada ibu, sambil memijiti punggungnya, sebenarnya tanpa bertanya pun aku tahu wajah ibu kusut begini gara-gara si Oki sial*n itu.Sejak Mas Herdi meminta bapak melunasi 60 juta kekurangan biaya sewa gedung dan catering 4 hari lalu, wajah ibu langsung berlipat-lipat setiap saat.“Ibu mikirin Mas Herdi, Wi ...” Ibu menghela nafas berat, “Mau nikah kok sama perempuan sembarangan, sudahlah cuma tamat SMA, merongrong harta kita juga, ibu takut Herdi kenapa-napa.”Aku pun begitu juga sebenarnya, tapi kali ini aku harus menenangkan ibu.“Tenang Bu, setelah mereka nikah nanti ... kita bisa kasih pelajaran ke Oki! Supaya dia nggak berani macem-macem.”
PoV OKI FARIANIAneh sekali, ada keganjilan kurasakan sejak masuk ke dalam ruangan rias pengantin ini. Saat aku lempar senyum ke arah Ibunya Mas Herdi, tidak ada balasan senyum yang kudapatkan, justru ibu tampak menekuk mukanya.Bahkan ketika Mamah ingin bersalaman dengan ibu, ibu malah memalingkan wajah dan tidak mengulurkan tangannya sama sekali. Lho, ada apa ini? Bukankah hari ini akan berlangsung akad nikah antara aku dan Mas Herdi? Mengapa sikap ibu malah dingin sekali?“Neng, ibunya Herdi kenapa?” Mamah yang jarang bicara padaku, sampai tak tahan menanyaiku.“Oki nggak tahu Mah, kemarin ibu masih kirim chat baik-baik saja kok. Bahkan Tiwi semalam juga masih chat Oki, katanya nggak sabar menunggu hari ini. Coba Oki tanya ke Tiwi ya ...”Mamah pun mengangguk, kemudian menuju toilet.Banyak yang mengatakan hari pernikahan adalah hari paling membahagiakan, tapi ... tidak dengan hari pernikahanku ini. D
PoV TIWI ADELITASengaja, kamar mas Herdi tidak kami bersihkan sama sekali. Keenakan si Oki kalau begitu, biarkan saja dia yang membersihkan dan merapikan. Sudah syukur dikasih tempat tinggal gratis gak perlu ngontrak.Aku menatap kamar Mas Herdi dan merasa puas karena kakakku satu-satunya itu sangat jorok, bukan hanya buang angin sembarangan, kamarnya penuh debu karena jarang ia bersihkan, lalu ... yang paling ku andalkan adalah suara ngoroknya yang bisa terdengar hingga 5 kilometer! Hahaha, si Oki dijamin gak akan bisa tidur nyenyak sekamar dengan Mas Herdi.Jujur, aku dendam sekali pada Oki yang telah membuat keluargaku kalang kabut karena pernikahannya dengan Mas Herdi. Setiap melihat postingan Oki di Instagram atau FB, aku langsung membalas dengan membuat postingan di IG story ku sendiri : DASAR CEWEK SOK CAKEP! Atau, CEWEK SIALAN LO!Tentu saja Oki takkan menyangka kalau status story
PoV OKI FARIANIIbu Mas Herdi membuatku menangis di hari pertama aku menginap di rumah mertua. Bukan apa-apa ... aku tak terbiasa memotong bawang merah dan daun bawang dalam jumlah banyak, sehingga dari mataku langsung meleleh air yang tak henti mengalir.Di sela-sela tangisan, dari ujung ekor mataku terlihat Tiwi menyunggingkan senyuman di depan pintu kamarnya, seperti bahagia menonton adeganku menahan kepedihan.Ah, tapi manalah mungkin Tiwi menertawakanku, dia baik dan care banget kok sama aku, dulu hampir setiap malam mengirim chat menanyakan kabarku, meskipun setelah hari pernikahanku dengan Mas Herdi ... tiba-tiba Tiwi berhenti mengirimkan chat. Meski demikian, aku tahu dia adik ipar yang baik.Sejak jam setengah enam pagi tadi ibu sudah menyuruhku memasak teh untuk seluruh anggota keluarganya, teh tubruk yang direbus di dalam mug besar, kemudian disaring dan dimasukkan ke d
PoV OKI FARIANI“Gajiku hanya empat juta sebulan Oki, jadi tolong atur dengan baik uang bulanan tujuh ratus ribu ini, kamu harus bersyukur dapat uang dari aku tanpa harus capek-capek bekerja di luar!”Jujur, aku sampai merinding mendengar ucapan Mas Herdi itu. Gaji seorang HRD lulusan S1 hanya empat juta Rupiah? Kalah dariku yang ‘hanya’ lulusan SMA?Ternyata aku salah besar, selama ini kupikir gaji Mas Herdi setidaknya mencapai sepuluh juta Rupiah. Dia bisa punya rumah, mobil, dan kartu kredit, dari mana semua itu?Kalau hanya empat juta, mengapa dia berani menyuruh aku keluar dari pekerjaanku di tempat gym?“Mas tahu berapa gajiku di tempat gym dulu?” Aku bertanya pada Mas Herdi, sekadar mengetes.“Cuma di tempat gym doang .. palingan satu setengah juta kan?”Aku kaget sekali mendengar pernyataan Mas Herdi yang
PoV OKI FARIANISorenya, ibu dan bapak mertuaku pulang dari kontrol ke Rumah Sakit, aku baru sadar mereka menaiki motor bukannya mobil, aku tebak ... mungkin agar hemat?!Aku bawakan tas tenteng ibu masuk ke dalam, dan menawarkan pizza yang masih utuh satu loyang besar barangkali mereka merasa lapar.Tak kusangka, ibu malah menyemprotku habis-habisan, apalagi begitu mata ibu melirik nyalang ke arah dapur, belum ada masakan yang jadi sejak pagi, dan aku beralasan karena tak bisa menyalakan kompor.“Anak jaman sekarang makan makanan gak bergizi kayak gini, bisa bikin sakit, ngerti kamu Ki?!” Ibu nenunjuk-nunjuk ke arah pizza pemberian Desi. “Memang orang rumahmu nggak ngajarin cara masak apa? Nyalakan kompor saja nggak bisa! Sudahlah cuma lulusan SMA ... masak nggak becus, kamu bisanya habiskan uang orang doang ya?”Deg. Seperti tersayat, hatik
PoV OKI FARIANIIbu menyodorkan hpnya padaku, minta dibacakan pesan masuk dari tante Nana. Aku ambil hp itu, aku bacakan dengan suara keras, lalu aku mengambil kesempatan memeriksa chat masuk dari nomor hpku di hp ibu itu.Aku search nama Oki, tidak ketemu, aku search nama menantu, mantu, istri Herdi, tapi nihil juga.“Ibu belum simpan nomor hp Oki ya?” Tanyaku akhirnya.Ibu terlihat kikuk. “Belum, kan kalau ada apa-apa bisa melalui Herdi!”Deg. Aku terkesiap.“Tapi dulu kan Ibu sering kirimin Oki chat ...” aku membabi buta mencari tahu kebenarannya.“Kapan? Ibu belum pernah chat kamu kok.”Bagai petir di siang bolong, pernyataan polos ibu itu sungguh amat mengejutkanku.“Oya, tolong balas ke Tante Nana Ki ... bilang