Share

BAB 5 Menggali Kubur Sendiri

PoV OKI FARIANI

Aku hanya bisa terdiam, Mas Herdi benar-benar datang ke rumah jam 10 pagi, menemui Mamah, Tante dan Om agar bisa mendeklarasikan niatnya ingin melamarku.

“Mamah, Om dan Tante tidak perlu cemas, saya sudah punya tabungan puluhan juta, saya siap menanggung seluruh biaya pernikahan nanti,” ucap Mas Herdi tegas, “Saya juga sudah punya rumah dan mobil, jadi saya bisa menjaga Oki dengan baik,” serunya lagi, begitu percaya diri.

Tante menatapku dengan raut muka gelisah, namun kemudian tante malah tersenyum tipis ke arah Mas Herdi, “Waah alhamdulillah kalau begitu, Herdi berarti sudah mapan, sudah mandiri dan bisa diandalkan yaa, Tante lega bisa titip Oki ke Herdi.”

Yaah, aku menggigit bibir bawahku, kenapa sih Tante malah membuatku makin mengkeret. Padahal tadi malam aku sudah bertukar pikiran dengan Tante dan Mamah, aku sudah menyatakan tegas bahwa aku tidak ada perasaan apapun untuk Mas Herdi, hanya rasa kasihan. Yaa, kasihan karena Mas Herdi sampai berniat bunuh diri jika aku meninggalkannya.

“Oki, jangan sampai kamu bikin anak orang bunuh diri, sudahlah terima saja niat baik Herdi ya!” seru Tante tadi malam.

“Tapi Tan, aku nggak mau menikah dengan Mas Herdi, kalau jadi teman saja tidak apa-apa,” aku menepis harapan Tante yang ingin aku menerima niat Mas Herdi. Air muka tante berubah. Sebenarnya aku ingin Tante dan Mamah membantuku melepaskan diri dari jeratan Mas Herdi, tapi keadaan  malah berbalik ... tante malah mendukung Mas Herdi datang melamarku.

Sedangkan mamah diam saja, tak banyak merespon perkataanku.

Seperti saat ini, di hadapan Mas Herdi mamah lagi-lagi bungkam. Mamah tampaknya mengerti benar dengan apa yang aku ucapkan semalam, jadi saat ini Mamah hanya tertunduk, tidak memberi harapan sebagaimana yang tante lakukan pada Mas Herdi.

“Mas Herdi ... jujur Oki masih merasa berat, Oki berharap Mas Herdi menemukan perempuan lain untuk dijadikan istri,” ucapku mengutarakan isi hati.

“Nggak mau, saya hanya mau Oki yang jadi pendamping hidup saya.” Iish!

Perempuan lain mungkin akan klepek-klepek terbang mendengar ucapan seperti itu dari calon suaminya, kalau aku malah klepek-klepek seperti kupu-kupu kehilangan sebelah sayapnya, terjatuh ke dalam jurang.

Mas Herdi ini ternyata orangnya ngeyel, ditolak halus kok nggak mengerti. Kalau aku ucapkan penolakan terang-terangan, akankah menyakiti hati Mas Herdi dan memancingnya bunuh diri? Minimal menangis sesenggukan sambil video call berjam-jam? Iyuh.

Hening selama 10 menit,  tak ada yang berkata-kata lagi, tenggelam dalam kesunyian.

“Ya sudah, kalau besok Mas Herdi mau mendatangkan Bapak dan Ibu Mas Herdi ke sini yaa silakan saja, tapi aku gak akan menyambut yaa ...” ucapku akhirnya, lalu aku berlalu ke dalam kamar, tak lagi mau mendengar ucapan Mas Herdi, tante, ataupun mamah. Hatiku kosong, seperti kehilangan sukma.

Benakku kembali mengenang Feri, laki-laki yang aku sukai, ia awalnya serius ingin melamarku, tapi kemudian ia pergi ke Padang tiba-tiba, lalu secara mengejutkan melapor padaku bahwa dirinya telah dijodohkan oleh keluarganya untuk memperistri wanita lain, setelah itu, jiwaku seperti lenyap terbawa angin, aku kemudian manut saja pada apapun yang terjadi, membiarkan diriku mengikuti arus. Bahkan aku membiarkan Mas Herdi datang hari ini menemui keluargaku, padahal tak ada sedikitpun hatiku untuk Mas Herdi. Sungguh bodohnya, aku sampai kesal sendiri.

Ketika esok harinya ibu dan bapak Mas Herdi benar-benar datang pun, aku sama sekali tak menyambut mereka, aku terus berdiam di dalam kamar. Tante, om, serta keluarga Mas Herdi menentukan tanggal untuk acara lamaran di Garut, kampung halamanku, namun entah kenapa ... aku merasa bagaikan zombi, mayat hidup yang tak punya hati. Bahkan aku tak bisa menangis dalam kondisi seperti ini.

Aku terus berpikir, bagaimana cara agar lamaran ini tak terjadi? Lalu merutuki diri sendiri karena telah memberi Mas Herdi kesempatan di saat hatiku tak siap sama sekali. Aku seolah menggali kuburanku sendiri.

Semakin mendekati hari lamaran, aku semakin tak karu-karuan, apalagi mendengar teman-teman di tempatku bekerja menghina fisik Mas Herdi, aku malah marah-marah pada mereka, membuat teman-teman yang kusayangi justru menjauhiku, satu per satu. Sementara aku semakin ragu, apakah Mas Herdi benar-benar jodohku?

Dan kemudian, hari lamaran pun tiba.

*****

“Hari ini kita foto prewed!”

Mas Herdi memberikan surprise begitu aku memasuki mobilnya, namun aku tetap memasang wajah kaku. Entah kenapa, sejak hari lamaran di kampung halamanku, keinginan untuk membatalkan pernikahan semakin besar. Apalagi kalau kuingat-ingat komentar tetangga sekitar rumahku.

“Ooh ... itu calonnya Neng Oki? Kirain sopir,” ucap bibi samping rumah, membuat hatiku ngilu. Aku hanya bisa balas pernyataan itu dengan senyum getir.

“Neng Oki baik yaa, gak mandang rupa, gak mandang fisik, itu suaminya kayak tukang batagor gendut  dari kampung sebelah lho, apa jangan-jangan Saudaraan?” Komentar yang lainnya tak kalah sadis.

“Heh, mikirin apa?!”

Mas Herdi menyentakku dari lamunan. Aku hanya menggeleng.

“Kamu kok belakangan cemberutin aku terus sih Oki?”

Ya iyalah ... kamunya menjebak aku dalam pernikahan yang tidak aku inginkan! Namun suaraku tercekat hanya sampai lubuk hati saja. Mataku menatap kosong ke arah jalan raya.

Begitu sampai di studio pemotretan, aku terkejut mendapat perlakuan bak putri raja, aku diperbolehkan memilih konsep yang aku sukai, memilih gaun yang aku inginkan, lalu dirias dengan telaten oleh make up artist dan tim hair do yang kompeten.

Hatiku jadi merasa sedikit bersalah pada Mas Herdi. Dia telah mempersiapkan semuanya dengan baik, pemotretan pre wedding, gedung pernikahan, catering, MUA, penghulu, apakah aku tega untuk menolak kesungguhannya memperistriku? Bukankah perempuan lebih baik memilih dicintai daripada mencintai?

Akhirnya di hari itu aku mulai berdamai dengan takdirku yang akan diperistri Mas Herdi, mungkin memang Mas Herdi adalah jodoh terbaik untukku, maka aku pun melalui sesi pemotretan pre wedding ini dengan senyum yang lepas, dan hati yang mulai ikhlas.

*****

“Kak Oki, foto prewed nya sudah selesai dicetak nih, kakak cantik sekali ...”

Sebuah chat masuk, dari Tiwi, calon adik iparku.

“Alhamdulillah Tiwi, terimakasih.” Aku membalas dengan cepat.

“Ibu juga senang banget Kak Oki, fotonya keren banget!”

Aku hanya bisa tersenyum tipis membaca pesan itu. Rasa bersalah kembali menyeruak.

Yaa Allah, apa lagi yang aku keluhkan sebenarnya? Ada Mas Herdi yang tulus mencintai aku, ada adiknya yang perhatian, bahkan ibu juga sering mengirimiku chat menanyakan aku sedang apa, sedang di mana, begitu peduli padaku.

Tiba-tiba air mata mulai bercucuran dari pelupuk mataku, aku merasa sangat jahat telah banyak mengeluh hanya karena aku tidak mencintai Mas Herdi. Seharusnya aku bersyukur bisa berjodoh dengan orang sebaik Mas Herdi dan keluarganya yang bisa menerima aku apa adanya.

Air mata terus menderas, aku memuaskan diriku dengan menangis sejadi-jadinya di depan hamparan sajadah.

*****

“Mas, aku punya tabungan 40 gram emas, ini aku berikan 30 gram untuk mas jadikan mahar di pernikahan kita,” ucapku seraya menyerahkan kalung, anting, gelang, serta logam mulia yang kumiliki.

Aku sudah 7 tahun bekerja di gym sebagai instruktur senam, dan aku tak memfoya-foyakan hasil gajiku seluruhnya, aku menabungkan hasil kerja kerasku ke dalam bentuk emas.

Rasanya tidak adil kalau aku tak membantu Mas Herdi sama sekali untuk pernikahan kami, meski Mas Herdi bilang telah mempersiapkan semua karena ia telah menabung puluhan juta untuk biaya pernikahan, tetap saja aku ingin membantu Mas Herdi meski sedikit.

Mas Herdi menerima emas-emas yang kuberikan untuk maharku sendiri. Kemudian ia menyerahkan beberapa undangan untukku sebar pada teman-temanku.

“Maaf ya Oki, kamu jadinya tidak bisa mengundang banyak teman, karena pesta resepsinya malam dan kita bikin konsepnya undangan terbatas.”

Iya Mas tidak apa, aku justru senang tidak perlu mengundang banyak temanku. Seruku membatin.

Lagipula, hampir semua teman gym, member gym, akan membego-begokan aku kalau mereka sampai melihat seperti apa rupa Mas Herdi. Jadi lebih baik tidak usah diundang.

Aku hanya mengundang owner gym, keluarga, beberapa sahabat terdekat, dan juga ... Feri!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mella Lina
ya Allah okiii,speechless dah baca nya, itu mahar 30gr dari pihak cewek, sah ga sih ini?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status