Home / Urban / Sang Dewa Perang Terkuat / 130. Apa Dia Tahu Sesuatu?

Share

130. Apa Dia Tahu Sesuatu?

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2025-07-02 20:15:22

Benedict Arkitson, sang Komandan Perang Darat sontak mendesah penuh rasa putus asa.

Dia tidak tahu mengapa rasa frustasi juga tiba-tiba menyerang dirinya.

Lelaki berusia tiga puluh empat tahun itu pun menggelengkan kepala, lalu mengacak rambutnya sendiri untuk melampiaskan rasa sebalnya.

Tentu saja dia tidak mungkin membanting meja di depan sahabatnya yang telah menjadi jenderal perang yang sangat begitu dihormati olehnya.

Dia kemudian mengangkat bahu dan balas menatap sahabat baiknya dengan tatapan kesal yang tidak bisa ditahannya, “Sialan, James! Ayolah! Pernahkah aku meragukan kemampuanmu?”

James memainkan bibir dan kemudian melihat ke atas, berpura-pura sedang menimbang-nimbang sesuatu.

Ben yang kesal pun hanya bisa menggertakkan gigi lantaran kesal. Dia tidak memiliki pilihan lain selain menunggu.

“Yah, kau … memang tidak pernah meragukan aku selama ini.”

Ben menjentikkan jari, luar biasa lega.

Namun, tidak lama setelah itu, dia malah mendengar James berkata lagi, “Lantas, apa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sang Dewa Perang Terkuat    152. Dia Bukan Malaikat

    Sejenak, Ben pikir James akan menjawab pertanyaan yang ia lontarkan untuk memecahkan rasa penasarannya. Akan tetapi, alih-alih memuaskan rasa ingin tahu Ben, James malah membalas, “Ayo! Dia sudah menyalakan api.”“Sebentar lagi, dia akan membakar sekelilingnya,” James menambahkan diiringi seringaian yang menakutkan.Diego membelalak kaget, cukup terkejut dengan humor aneh yang tidak biasa James gunakan. Tapi, Ben tidak ingin memikirkan komentar aneh itu dan langsung bergerak ke depan sesuai instruksi sahabatnya yang luar biasa karismatik itu. Sesuai dugaan mereka, beberapa daerah yang dekat kediaman raja sudah hancur. Kekacauan sudah terjadi di mana-mana. Para prajurit tidak hanya berperang satu lawan satu, tapi malah saling mengeroyok. Namun, setidaknya prinsip tidak sampai menghilangkan nyawa itu masih dipegang oleh mereka semua. Kebanyakan mereka terlihat menderita luka parah, tapi jelas tidak ada satupun yang mati. Hal itu membuat Ben dan Diego yang mendampingi James amat lega

  • Sang Dewa Perang Terkuat    151. Sia-sia

    Setelah mendapatkan perintah dari sang jenderal perang yang merupakan pemimpin tertinggi prajurit ke Kerajaan Ans De Lou itu, para prajurit utama bergegas membawa Xylan Wellington ke tempat persembunyian yang terletak tidak terlalu jauh dari kediaman raja.Meskipun sebenarnya masih banyak prajurit lain yang juga melindungi raja muda itu, James hanya percaya pada sedikit orang saja. Maka, jelas sekali James melarang para prajurit utama itu untuk memberitahu tempat itu kepada prajurit lain.Tentunya langkah ini dia ambil karena memang untuk meminimalisir kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi, seperti pengkhianatan. Sebelumnya James Gardner berdebat kecil dengan sahabat baiknya, Benedict Arkitson. James tidak mau melihat daftar yang berisi pengkhianat baru, sedang Ben bersikeras mereka harus segera membuang para prajurit pengkhianat itu. Pada akhirnya Ben terpaksa mengikuti kemauan James dan membiarkan para prajurit yang masuk ke dalam daftar hitam itu untuk tetap bersam

  • Sang Dewa Perang Terkuat    150. Sekarang, Yang Mulia!

    James Gardner hampir saja hendak membuka mulut untuk memberikan jawaban atas perintah sang raja muda itu. Tapi tiba-tiba saja dia mendengar Xylan Wellington malah berdeham pelan. Hal itu membuat James menahan kata-katanya.Xylan berkata dengan ekspresi wajah terlihat kesal, “Sebenarnya, tentu saja sebagai raja negeri ini aku ingin kau membunuhnya, tapi … aku tahu kau tidak membunuh dan ….”Pria muda itu mengambil napas dalam-dalam, mencoba keras untuk mengontrol emosinya yang hampir saja gagal dia tahan.James mengerti secara penuh emosi yang dirasakan oleh Xylan sehingga dia hanya menunggu dengan sabar.Xylan yang telah mulai bisa mengontrol diri pun mendesah jengkel.Dengan nada terdengar enggan dia melanjutkan, “Sialnya dia itu masih kerabatku, aku … tidak bisa membunuhnya meskipun aku sangat ingin.”Helaan napas cepat terdengar lagi, meskipun terlihat agak berbeda.James langsung menilai anak muda yang berdiri tidak jauh darinya itu sudah mulai bisa belajar menenangkan dirinya se

  • Sang Dewa Perang Terkuat    149. Mohon Beri Perintah!

    “A-aku pikir besok. Aku … tidak mengira secepat ini,” ucap Riley yang terlihat begitu syok.Pria itu menggigit bibir dan semakin bingung. Jelas sekali dia masih sulit menerimanya.Reiner menelan ludah dan membalas, “Aku juga tidak berpikir perangnya terjadi di hari ini.”Riley menggelengkan kepala, “Mengapa? Mengapa aku bisa salah memprediksi? Bagaimana bisa aku sebodoh ini?”Riley menjambak bagian ujung rambutnya.Reiner ternyata pulih lebih cepat dari rasa terkejutnya dibandingkan Riley. Pria itu pun berkata, “Riley, kendalikan dirimu!”“Aku sedang mencobanya,” sahut Riley.Reiner menghela napas panjang, “Aku akan bergegas. Jangan khawatir!”Riley menoleh ke arah sahabat baiknya itu dan segera berkata pelan, “Iya, iya. Cepatlah, Rei! Kurasa kau nanti juga harus memikirkan jalan menuju ke istana.”Reiner mengernyitkan dahi, tampak bingung.Riley pun menjelaskan tanpa menunggu Reiner bertanya, “Melihat betapa seriusnya Pangeran Gary mencegah dirimu kembali ke istana, itu artinya … kem

  • Sang Dewa Perang Terkuat    148. Sudah Dimulai!

    Riley terdiam sejenak, tapi pria muda itu cepat-cepat menjawab, “Aku tidak mau membiarkan dia sendiri.”Reiner terpana sesaat namun segera menanggapi dengan sebuah tawa aneh yang membuat Riley mengernyitkan dahi.“Apa yang lucu?” Riley bertanya dengan tatapan tersinggung.Reiner berhenti tertawa dan menjawab singkat, “Kau.”“Kau yang sangat lucu,” tegas Reiner membuat Riley melotot kepadanya.Reiner menggelengkan kepala dan tertawa lagi. Akan tetapi, begitu melihat ekspresi Riley yang jelas-jelas terlihat jengkel kepadanya itu, Reiner mengangkat tangan, seakan sedang mengibarkan bendera putih.“Riley, apa kau pikir James itu seorang anak kecil yang membutuhkan seorang pendamping untuk menemaninya?” Reiner bertanya dengan alis kanan terangkat.Riley hanya menghela napas pelan.Reiner melanjutkan, “Dia itu salah satu prajurit terbaik yang dimiliki oleh Kerajaan Ans De Lou. Banyak orang yang mengatakan jika kemampuannya setara dengan dirimu. Lantas, kau masih berpikir dia membutuhkan-”“

  • Sang Dewa Perang Terkuat    147. Kau Ini Brengsek!

    Tentu saja Riley pun tahu bila Reiner jelas-jelas masih sangat marah kepadanya. Riley sendiri memahami sikap Reiner yang terlihat tidak seperti biasanya kepadanya.Akan tetapi, dia juga tidak mau membiarkan sahabat baiknya itu memendam rasa amarah terus-menerus sehingga Riley pun mencoba untuk meredakan amarah Reiner dengan berkata, “Aku pergi karena harus, Rei.”Reiner tersenyum sinis, “Dan … kau kembali karena kau ingin, begitu maksudmu?”Riley hendak menjawab, tapi Reiner ternyata masih belum selesai dengan perkataannya. Dia menambahkan, “Kau … pergi dan kembali sesuai dengan keinginanmu. Itu kan intinya, Riley?”“Kau … tidak peduli pada orang-orang yang kau tinggalkan. Kau bahkan tidak peduli pada sahabat baikmu yang kau bilang sudah kau anggap seperti saudara kandungmu sendiri, Riley.”Dia tertawa sinis dan melanjutkan lagi, kini dengan sedikit agak emosi, “Tahukah kau? Oh, seharusnya kau tahu. Kau bahkan tahu di mana aku tinggal, apa yang terjadi di istana. Kau pun pasti tahu ap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status