Home / Urban / Sang Dewa Perang Terkuat / 158. Tidak, Kita Tunggu Dulu!

Share

158. Tidak, Kita Tunggu Dulu!

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2025-08-07 19:46:33
Reiner sontak mendesah frustasi dan menatap jengkel Riley, “Kau sama saja dengan James. Senang sekali membuat teka-teki yang tidak diperlukan, astaga!”

Riley menyeringai senang, “Mungkin itu juga yang menjadi salah satu alasan mengapa kami bisa bersahabat baik.”

Reiner memutar bola mata malas.

Tapi, Riley ternyata tidak membiarkan Reiner penasaran dalam waktu yang cukup lama. Pria itu malah berbaik hati untuk menjelaskan, “Itu mengarah pada … kediamanmu.”

Reiner seketika melotot kaget, “Apa? Kediamanku? Ba-bagaimana caranya? Kau ….”

Kata-katanya dibiarkan menggantung begitu saja karena Riley memintanya untuk menutup mulut.

Beberapa orang yang terlihat seperti rakyat biasa berjalan lalu lalang di sekitar toko itu. Riley buru-buru membenarkan masker hitam yang menutupi sebagian besar wajahnya dan juga kacamata bening untuk melindungi matanya.

Reiner melakukan hal yang sama, seakan memastikan dirinya tidak dikenali oleh siapapun di tempat itu.

Setelah keadaan aman, Riley mengangguk pada
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sang Dewa Perang Terkuat    161. Jenderal Gardner Memang Luar Biasa!

    Reiner terdiam dan kemudian tertawa canggung, “Eh, aku tidak tahu juga. Tapi … kemungkinan itu tetap ada kan?”Riley memasang ekspresi serius dan terlihat tenggelam dalam pikirannya. Reiner menelan ludah dan memilih untuk tidak mengganggunya.Beberapa detik kemudian Riley manggut-manggut dan berkata, “Kau benar.”Reiner hampir bertepuk tangan tapi kemudian dia mendengar Riley berujar lagi, “Tapi tidak sepenuhnya benar.”Reiner memutar bola matanya, “Apa maksudmu? Kenapa plin-plan sekali?”Riley menjawab dengan nada tenang, “Kau benar bagian Raja De Kruk mungkin mengawasi kita dan berpura-pura bersikap tunduk. Tapi, pada kenyataannya dia mungkin sedang memikirkan sesuatu di dalam otak kecilnya.”Reiner bersiul tapi tetap mendengarkan Riley yang berkata lagi, “Keluarga Pangeran Gary dulunya tinggal di luar istana dan selama bertahun-tahun tidak ada masalah dengan itu. Tapi … tiba-tiba saja dia masuk ke dalam istana dan akhirnya melakukan rencana besarnya ini.”Reiner cepat-cepat menangg

  • Sang Dewa Perang Terkuat    160. Berjalan ke Mana?

    Reiner mendecakkan lidah dan menjawab tanpa menoleh, “Astaga! Kau sendiri tadi yang mengatakan jika alasan itu tidak penting sekarang. Yang terpenting bagaimana kita bisa keluar dari situasi ini.”Riley mendesah pelan, “Sebetulnya bukannya tidak penting.”Reiner memutar badan dan menatap Riley seraya menaikkan alis, “Lantas?”“Reiner, mengetahui motif seorang penjahat bisa membantu kita untuk-”“Ini bukan sebuah serial detektif, Riley. Kurasa … alasan apapun yang pasti intinya adalah tujuan utama jelas akan merugikan kita, begitu saja. Iya kan?” Reiner memotong dengan keyakinan yang penuh.Riley membuang napas dengan kasar, “Analoginya tidak tepat. Tapi, sudahlah. Kita akan pikirkan sambil berjalan.”“Berjalan? Berjalan ke mana?” Reiner bertanya dengan dahi mengerut.Sebelum Riley menjawab, Reiner cepat-cepat berkata lagi, “Kau tidak berpikir kita akan langsung ke luar dari tempat ini dan menyerang mereka kan?”Riley menjawab tenang, “Bukankah itu yang memang seharusnya kita lakukan?”

  • Sang Dewa Perang Terkuat    159. Iya, Aku Ingat!

    “Kenapa tidak?” Riley bertanya dengan nada rendah.Reiner menjawab pelan, “Kita tidak tahu mereka itu siapa, dari pihak mana. Kita perhatikan saja dulu. Bagaimana?”Riley Mackenzie sebenarnya sudah tidak sanggup lagi menahan sabar, tapi dia akhirnya mengangguk dan kemudian menyandarkan badannya pada dinding.Sesaat setelahnya Riley dan Reiner mendengar suara pintu ditutup. Reiner langsung mengernyitkan dahi, mulai waspada.Suara-suara pun mulai terdengar lumayan jelas sehingga kedua orang itu tidak perlu sampai terlalu memfokuskan pendengaran mereka.“Aku benar-benar tidak mengerti. Mengapa semuanya menjadi kacau seperti ini?” ucap salah seorang dari orang-orang yang berada di kamar Reiner itu.Suara lain menjawab cepat, “Tapi, aku lebih suka seperti ini. Perang antar saudara itu hanya membuat kita rugi saja.”“Iya, aku mengerti. Hanya saja … aku sudah berpikir kita akan saling bertarung dan berakhir dengan salah satu pemenang. Maksudku … setidaknya setelah kita dibuat terpecah menjad

  • Sang Dewa Perang Terkuat    158. Tidak, Kita Tunggu Dulu!

    Reiner sontak mendesah frustasi dan menatap jengkel Riley, “Kau sama saja dengan James. Senang sekali membuat teka-teki yang tidak diperlukan, astaga!”Riley menyeringai senang, “Mungkin itu juga yang menjadi salah satu alasan mengapa kami bisa bersahabat baik.”Reiner memutar bola mata malas.Tapi, Riley ternyata tidak membiarkan Reiner penasaran dalam waktu yang cukup lama. Pria itu malah berbaik hati untuk menjelaskan, “Itu mengarah pada … kediamanmu.”Reiner seketika melotot kaget, “Apa? Kediamanku? Ba-bagaimana caranya? Kau ….”Kata-katanya dibiarkan menggantung begitu saja karena Riley memintanya untuk menutup mulut. Beberapa orang yang terlihat seperti rakyat biasa berjalan lalu lalang di sekitar toko itu. Riley buru-buru membenarkan masker hitam yang menutupi sebagian besar wajahnya dan juga kacamata bening untuk melindungi matanya. Reiner melakukan hal yang sama, seakan memastikan dirinya tidak dikenali oleh siapapun di tempat itu.Setelah keadaan aman, Riley mengangguk pada

  • Sang Dewa Perang Terkuat    157. Cara Lain

    Wajah Jason Hoult langsung pucat.Diego menelan dengan susah payah dan berkata dengan terbata-bata, “Ba-bagaimana bisa?”Ben yang terdiam itu beruntungnya dengan cepat bisa mengendalikan rasa terkejutnya, dia segera mencengkram bahu James dan bertanya, “James, di angkasa ada … Josh. Dia ….”James mendesah pelan sebelum menjelaskan, “Kurasa dia kemungkinan sudah kalah atau … terlibat pertempuran yang saat ini kita tidak ketahui.”Diego menggigit gigi. Semua sarana komunikasi telah rusak sehingga mereka semua tidak bisa mengetahui kabar tentang prajurit-prajurit lain yang berada di angkasa maupun di laut. Namun, mengingat pesawat-pesawat tempur milik kerajaan lain bisa menerobos ke bagian inti kerajaan, sudah tentu para prajurit udara kemungkinan besar kalah. Hal itu langsung membuat Diego merinding, begitu juga dengan Ben yang merasa ada sebuah palu yang kembali menghantam dirinya.“Aku …masih tidak mengerti, James. Bisa kau jelaskan? Tolong, kepalaku rasanya mau meledak karena bingu

  • Sang Dewa Perang Terkuat    156. Bukan Milik Kerajaan Ans De Lou

    Shin dan Alen tampak bingung. Mereka adalah petugas medis yang tentu tidak tahu mendetail mengenai taktik atau strategi dalam berperang. Dengan kata lain, pemahaman mereka mengenai apa yang terjadi di dalam medan perang sangatlah kurang sehingga kedua orang itu hanya bisa tersenyum penuh permohonan maaf.Ben tidak kecewa tapi tetap berpikir serius dengan mata yang tak terlepas dari James dan Gary. Pria itu terlihat menimbang-nimbang dan akhirnya memutuskan untuk berkata lagi, “Aku tidak tahu apa tebakanku ini benar atau salah, tapi … menurutku sepertinya perang belum benar-benar berakhir.”Diego mendesah pelan dan segera menanggapi, “Kau terlalu banyak berpikir, Senior Ben. Perang sudah berakhir. Musuh kita sudah kalah. Kau juga melihat Pangeran Gary yang sudah tertangkap oleh James, bukan?”Ben tidak buta, tentu saja dia juga melihatnya. Akan tetapi, keyakinannya tetap saja masih kuat. “Entahlah, aku hanya merasa ini belum berakhir, tapi … sudahlah, kita-”Lelaki itu tidak sempat m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status