Thomas Volker kecewa dengan jawaban Rena. Dari awal ia bertemu, ia bisa melihat Rena berbeda dengan para wanita yang sering mendekati anak cucunya. Sorot mata Rena menunjukkan ketulusan di dalamnya.
Rena seperti berlian murni yang menurutnya sangat pantas untuk disandingkan dengan cucu kesayangan. Bahkan ia merasa, Billy lah yang seharusnya lebih bersyukur bisa mendapatkan seorang Rena.Thomas tak menyangka jika penilaiannya yang selama ini cukup akurat ternyata bisa salah. Rena hanya wanita cantik biasa yang mengincar harta Volker saja! Dan bahkan membuat kesepakatan dengan Aurora sebelumnya.Ia marah karena merasa Rena telah menipunya habis-habisan. Dan ia tak bisa membiarkan Rena memiliki Billy.Thomas hendak masuk dan mengusir Rena. Namun tangannya di atas kenop terhenti ketika sang janda melanjutkan penuturan."Saya akan menerima tawaran Tante asalkan Tante bisa menjamin kebagaiaan Billy dan juga Gladis."Rena hanya manusia biasa seperti orang-orang laiApa ia harus mengatakan semua pada Rena? Billy bertanya-tanya dalam hati. Sangat memalukan jadinya jika hanya ia sendiri yang mengingat kenangan mereka berdua.Ingatan Billy mengalir kembali ke masa-masa remajanya dulu. Kepalanya beringsut di atas paha Rena. Pandangannya menerawang jauh sampai tak menghiraukan Rena yang terus bertanya.Waktu itu, keempat anak kandung Thomas dan anak dari Lusiana, kakak Thomas, tinggal satu atap di pusat kediaman Volker. Rumah kediaman Volker berukuran paling besar di Kota Sukamaya yang kala itu belum menjadi metropolitan. Orang-orang menyebutnya Istana Volker.Setelah para bibi dan paman Billy mendapatkan keturunan, satu persatu dari mereka akhirnya memutuskan untuk mulai membangun istananya sendiri-sendiri, kecuali Aurora. Ibu Billy tetap tinggal meskipun David, ayahnya sering kali memohon Aurora untuk mengikuti jejak saudara-saudaranya. Tapi Aurora terus menolak.Karena hanya Billy saja satu-satunya cucu yang ada di Istana Volker,
Rena membuka kardus yang bersarang di dalam almari. Kotak berisi barang kenangan berharga yang ia kumpulkan sejak kecil sampai menikah.Sudah bertahun-tahun setelah mengenal Dhani, ia tak lagi membuka kenangan itu. Ada getaran di dada ketika ia memilah barang di dalamnya."Aku kira kamu sudah membuangnya," ujar Billy sembari memeluk Rena dari belakang.Rena memamerkan boneka panda miliknya. "Lihatlah, masih bagus walaupun sedikit berdebu, bukan?""Buang saja. Kamu sudah nggak membutuhkan itu."Rena memeluk boneka itu penuh dengan kerinduan. Ia tak pernah menyangka jika pemuda hangat yang selalu mendukung dan memberinya semangat tak lain ialah kekasihnya yang dikenal banyak orang sebagai tuan muda kejam."Semua yang ada di dalam kardus ini harta karunku. Aku nggak akan membuangnya.""Oke, oke, tapi kamu nggak perlu memeluk si panda terus-terusan. Aku yang akan menggantikan panda itu mulai sekarang.""Aku akan memeluk keduanya." Rena mengecup pipi
"Mama jangan keterlaluan!" suara berat Kevin meninggi.Anggota keluarga Volker lain yang tadinya sibuk berbincang, bahkan keponakan-keponakan Billy pun ikut terdiam.Para ayah menyuruh anak-anak kecil keluar ruangan. Sementara yang lain berusaha menenangkan ibu dan anak yang sedang bertengkar itu."Hah? Kenapa kamu jadi ikut-ikutan? Mama nggak bicara denganmu. Lagi pula, apa yang Mama bilang benar!"Senyuman khas di bibir Kevin memudar. "Mama kebanyakan baca novel pasti. Cerita janda penggoda itu cuma fiksi!""Sok tahu kamu! Realitanya juga banyak!""Realitanya, mereka yang suka menggoda itu bukan karena status jandanya, Mama! Semua cewek-cewek bisa jadi penggoda! Banyak pelakor yang bukan janda! Bahkan bocah-bocah ingusan zaman sekarang pun pada suka godain Om Om kaya! Apa-apa jangan dikaitkan sama kelompok tertentu!""Kamu tuh masih bocah mana tahu bedanya," cibir Aida tak mau kalah dari anaknya."Sudah, Ma. Jangan ribut di sini." Yanus Volker,
Tangan Billy menyibak bagian bawah piyama merah itu. Rena menghentikan ciumannya, kemudian mencekal tangan Billy yang hampir saja sampai ke bagian intimnya."Ayo, kita tidur." Lirikan mata Rena menggoda.Billy mendengus kesal. "Kamu jahat sekali, Sayang.""Teganya...." Billy kehilangan kata-kata.Rena membelai kepala Billy dalam pelukannya. Setelah mengecup kening kekasihnya, ia kemudian mematikan lampu di samping ranjang.Sementara Rena sudah hampir tertidur lelap, Billy masih saja merengek. "Sebutan janda penggoda mungkin ada benarnya. Tapi menggoda-goda saja dan nggak berani bertanggung jawab."Rena menghela nafas. "Aku pikir kamu menyayangiku dengan tulus.""Memang, aku sayang padamu." Billy menciumi wajah Rena. "Aku juga menginginkanmu seutuhnya, Sayang.""Jangan sekarang, ya.""Apa bedanya sekarang atau nanti?" Billy masih melanjutkan aktivitas nakalnya."Jelas beda." Rena sibuk menepuk ke mana pun arah perginya tangan Billy.Billy t
"Hei! Meskipun kamu sepupuku, jangan kurang ajar, Kevin!" hardik Billy."Ah... Tentu saja bersama Billy juga. Bukan hanya kita berdua saja." Kevin menunggu jawaban Rena dengan mata berbinar-binar.Rena sedikit tak nyaman karena Kevin terang terangan mengabaikan Billy. Seolah Billy hanya bayang-bayang di antara mereka. Ataukah itu hanya perasaannya saja?Dari awal bertemu Kevin, Rena merasa ada sesuatu yang janggal dari sepupu Billy itu. Namun ia tak tahu apa. Ia merasakan getaran aneh setiap kali mereka saling menatap.Rena melingkarkan tangan di lengan Billy. Ia mencoba meniru tingkah manja Gladis walaupun dalam hati ia merasa malu luar biasa. Masih ada Joshua pula di sampingnya."Aku akan pergi kalau Sayangku juga ikut," ucap Rena dengan suara manja yang dibuat-buat."Pfft." Joshua menutup mulut. Wajahnya semerah tomat matang karena berusaha menahan tawa.Billy merangkul Rena. "Memangnya mau ngajakin kita ke mana?""Tiap sebulan sekali aku mengadakan acara amal di panti asuhan.""Be
Rena mempercepat langkah kaki. Jantungnya berpacu seiring berjalannya waktu. Sudah sekitar seperempat jam ia kehilangan arah. Sinyal di ponselnya pun hilang.Hanya dengan mengandalkan indra pendengaran, ia mencari-cari arah suara tangisan tadi. Namun hanya gemerisik dedaunan yang ia dengar.Rena bersimpuh di dekat pohon besar. Persendian kakinya terasa ngilu. Ia terpaksa melepas sepatu hak tingginya.Penyesalan selalu datang terlambat dan Rena baru saja menyadari. Ia bahkan tak tahu bagaimana rupa bocah kecil itu. Pun tak mengindahkan ucapan Rangga untuk tidak masuk ke dalam hutan."Jadi ini bahaya yang Rangga maksud. Nggak ada jalan setapak di hutan dan orang pasti kebingungan mencari arah mata angin."Ketika matanya sedikit menutup oleh semilir angin, suara tangisan itu kembali terdengar. Kali ini lebih jelas dari sebelumnya.Rena meninggalkan sepatunya dan berjalan ke arah suara itu. Untung saja, daun-daunan kering dan tebal menyelimuti tanah. Kakinya lebi
Billy mendorong pengawal Gavin lalu berlari masuk ke pondok. Ia tak menghiraukan kakinya tergelincir masuk ke dalam lantai kayu berlubang."Nggak ada! Nggak ada siapa-siapa!""Bill, tenanglah! Kita pasti akan menemukan Rena," ucap Joshua yang menyusul di belakangnya.Pengawal yang membawa anjing tadi berkata, "Maaf Tuan Joshua, kami akan mencari lagi di tempat lain."Cahaya-cahaya senter memenuhi hutan. Puluhan pengawal Volker tiba bersama Rudi, sang kepala pengawal."Ke mana saja kalian?!"Billy menampar Rudi yang seharusnya mengawal Rena diam-diam setiap saat. Pengawal lainnya menunduk ketakutan."Jangan emosi. Kita kembali dulu. Lalu membagi tim untuk mencari di setiap sudut pegunungan ini." Joshua mencoba meredakan amarah Billy.Harga diri para pengawal Volker terasa seperti diinjak-injak ketika Joshua memerintah mereka. Namun mereka pun tak bisa mengelak. Terlebih lagi sang tuan muda saat ini tampak tak bisa berpikir lurus."Bob, kali ini saja, bergabunglah dengan orang-orang Vol
"Siapa orang yang berani menculik Rena?" gumam Billy.Billy menatap satu persatu orang dalam ruangan. Rangga dan Pak Kepala bercakap-cakap lirih. Sementara Kevin baru saja kembali dari dapur. Dan Joshua masih duduk di sebelahnya.Joshua ada bersamanya dari awal. Ia pun menyuruh anak buahnya untuk membantu pencarian. Billy segera mencoret Joshua dari daftar tersangka.Lalu Rangga? Ia yang paling dicurigai Billy. Rena juga terakhir terlihat bersamanya. Namun Ria, si anak kecil yang hilang mengaku ditemukan oleh Rangga. Dan mereka berdua masih bersama saat Billy mendatanginya.Billy tahu, banyak orang yang mengincar Volker. Entah untuk memeras atau balas dendam. Namun acara hari ini sangat rahasia. Hanya mereka yang ada di sini saja yang tahu. Bahkan Thomas pun tak tahu."Kevin.""Apa? Kamu sudah tenang sekarang? Jangan khawatir, Rena pasti akan segera kembali," kata sepupunya menenangkan."Aku nggak melihatmu sejak acara dimulai," selidik Billy."A