Keesokan harinya, sebelum Guru Mada bangun dari tidurnya, Bagaskoro sudah mempersiapkan diri, sedangkan Bajulgeni masih tertidur lelap di atas ranjang. Bagaskoro tidak sabar ingin segera menanyakan tentang peperangan beruntun yang terjadi saat ini kepada Guru Mada. Seketika Guru Mada keluar dari pondok, Bagaskoro yang sedang pemanasan langsung berhenti dan berjalan menuju Guru Mada."Selamat pagi guru!" sapa Bagaskoro dengan lantang. "Oh.. Pagi juga nak, tak kusangka kau sudah bangun, apakah tidurmu nyenyak semalam?" sapa Guru Mada kembali dilanjut dengan pertanyaan. "Ya, tentu saja, tidurku kemarin cukup nyenyak guru," jawab Bagaskoro."Hal apakah gerangan yang membuatmu menemuiku, apakah kau sudah siap untuk meneruskan pelatihan mu? Atau malahan kau ingin memberitahu ku kalau kau sudah mahir?" tebak Guru Mada. "Kurasa tebakan Guru meleset semua, aku kesini karena aku ingin tahu lebih lanjut tentang apa yang terjadi sebenarnya. Seperti yang pernah guru katakan, aku benar-benar ingin
Fajar mulai menyingsir, udara menghembus pelan menyebarkan kesejukan di sekeliling. Guru Mada bangun dan segera membersihkan tempat tidurnya. Setelah membersihkan tempat tidurnya, ia segera keluar dari tenda dan membersihkan diri. Guru Mada melihat ke sekitar. Ia mendapati kedua muridnya masih tertidur pulas di dalam tenda."Kelihatannya aku harus segera mengumpulkan kayu bakar dan beberapa bahan makanan sembari menunggunya datang. Jika perkiraan benar, dia mungkin akan datang ke sini nanti siang," gumam Guru Mada sembari pergi meninggalkan tenda.Tatkala Guru Mada pergi, tidak lama kemudian Bagaskoro dan Bajulgeni bangun. Keduanya nampak kaget didapatinya hari sudah sangat terang. Keduanya segera keluar tenda dan pergi ke tenda sang guru. Namun, mereka berdua tidak dapat menemukan dimana sang guru berada."Guru... Guru... dimana engkau!" teriak keduanya sambil menelusuri sekita tenda. "Kira-kira kemana guru pergi ya?" gumam Bagaskoro. "Entahlah, namun aku tidak merasakan firasat yang
Tanpa basa-basi Guru Mada langsung mengarahkan tinjunya ke arah perut master. Dengan cekatan pula, master memiringkan tubuhnya untuk menghindari serangan dari Guru Mada. Namun kecepatan serangan Guru Mada mengungguli kecepatan master, alhasil Master terkena sedikit efek dari serangan Guru Mada."Kurasa rambutku memang sudah beruban semua, dan kulitkupun juga mulai keriput. Namun, tekad dan semangat ku masih seperti anak muda, hahaha," ejek Guru Mada. "Hahaha, sebuah persepektif yang hebat, kau boleh bangga dengan satu pukulan mu itu, namun tidak dengan yang berikut berikutnya," timpal Master. Hal tersebut terjadi berulang-ulang. Kadangkala yang menyerang adalah Master dan yang bertahan adalah Guru Mada, kadang pula sebaliknya.Di lain sisi, Bagaskoro, Bajulgeni, Xi Zhang yang awalnya menyaksikan dengan penasaran, mulai bosan dikarenakan tau itu semua hanya Pertarungan persahabatan. Jadi sekuat apapun serangan yang dilancarkan itu hanyalah sebuah candaan. Mereka pun akhirnya lebih memi
Setelah Guru Mada meninggalkan tenda, Master Li Mo segera membaringkan tubuh dan tidur. Tak terasa malam berlalu begitu cepat. Sebelum fajar menyingsir, Master Li Mo terbangun untuk melakukan rutinitasnya, yakni bermeditasi. Ia masih berpikir-pikir kemana sahabat baiknya itu pergi."Mada, apa yang sebenarnya ada di pikiranmu? Apakah yang hendak kau lakukan? Aku tetap tidak paham dengan setiap langkah tindakanmu. Namun, aku percaya kau orang baik. Kau tidak akan pernah meninggalkan etika kebajikan yang ditinggalkan oleh Mahaguru," gumam Master Li Mo sembari membereskan tempat tidurnya.Di lain sisi, Bagaskoro dan Xi Zhang masih tertidur dengan pulas, sedangkan Bajulgeni sudah bangun. Setelah bangun tidur, Bajulgeni bergegas pergi ke tenda sang guru. Alangkah terkejutnya Bajulgeni ketika keluar dari tendanya. Ia hanya melihat hanya ada dua tenda yang berdiri, sedangkan ia tidak mendapati tenda gurunya."Guru! Guru! Guru! Dimana engkau?" teriak Bajulgeni sembari berlarian. Teriakan Bajul
Setelah cukup beristirahat, Guru Mada pun segera bangkit. Ia segera meneruskan perjalanannya, sampai tibalah ia di sebuah pasar pelabuhan yang berada di pinggiran kerajaan Nusa."Akhirnya aku sampai," gumam Guru Mada sembari masuk ke sebuah warung makan. "Maaf tuan, tuan ingin pesan apa? Disini kami menyediakan semua jenis makanan dan minuman khas Kerajaan Nusa," tanya salah seorang pelayan. "Aku pesan pepes ikan mas dengan nasi dua porsi dan untuk minumnya aku pesan wedang ronde," ujar Guru Mada. "Baiklah tuan, apa ada tambahan lain?" tanya si pelayan kembali. "Oh ya, apa kalian juga menjual rokok jenis kretek? Kurasa aku ingin rokok kretek 3 batang jika ada," pinta Guru Mada. "Kami menjualnya tuan. Oke kalau begitu pesanan tuan adalah pepes ikan mas dengan nasi 2 porsi, wedang ronde, dan 3 batang rokok kretek. Tolong ditunggu ya," ujar si pelayan.Setelah selesai menulis semua pesanan, si pelayan meninggalkan Guru Mada. Guru Mada terus mengamati yang ada di dalam warung makan terseb
***Hari hari terus berlalu. Bagaskoro dan Bajulgeni terus berusaha sekuat tenaga mereka untuk mengikhlaskan kepergian sang guru. Mereka masih terus saja merenung, mengapa Guru Mada meninggalkan mereka? Apakah ini tujuan dari guru Mada mengajak mereka berdua meninggalkan padepokan?Xi Zhang yang melihat mereka merasa sangat kasihan. Bagaimanapun mereka berdua sudah dianggap Xi Zhang sebagai saudaranya sendiri. Tak ada yang dibeda-bedakan diantara Bagaskoro ataupun Bajulgeni."Hai Bagaskoro! Apakah kau sudah makan? Master Li Mo beserta para pendekar mengadakan perjamuan besar untuk memperingati berdirinya padepokan yang ke-20," ajak Xi Zhang. Bagaskoro hanya acuh mendengarkan sembari berbaring di atas tanah. Bagaskoro masih terus memikirkan tentang Guru Mada. Melihat hal tersebut, Xi Zhang tidak bisa lagi memaksa, ia tau bahwa Bagaskoro masih membutuhkan waktu untuk menenangkan dirinya. Akhirnya ia pun pergi meninggalkan Bagaskoro dan menemui Bajulgeni."Hai Bajulgeni! Bagaimana kabarm
"Alangkah baiknya jika kalian bertiga sekarang ini segera membersihkan diri dan beristirahat. Besok ada serangkaian acara perayaan, barangkali kalian mau ikut," ajak Master Li Mo. "Lho, bukannya perayaan itu cuma sampai hari ini ya master," tanya Bajulgeni memastikan. "Memang hari ini adalah hari terakhir untuk perayaan berdirinya padepokan Naga Langit. Tetapi besok adalah peringatan lahirnya kungfu sedunia." jelas Master Li Mo."Kungfu? Apa itu?" tanya Bagaskoro penasaran. "Jadi begini, di padepokan ini kami mengadopsi serta mengkombinasikan beberapa aliran seni beladiri. Diantaranya yang kami kombinasikan adalah silat, karate dan kungfu. Akan tetapi yang paling mencolok diantara ketiganya adalah kungfu. Karena itulah kungfu dianggap spesial disini. Apakah Xi Zhang tidak menjelaskannya kepada kalian berdua?" ujar Master Li Mo. Bagaskoro dan Bajulgeni menggeleng-gelengkan kepala pertanda Xi Zhang tidak menceritakan apapun tentang kungfu kepada mereka berdua. "Maaf, aku kelupaan soal i
Setelah keluar dari ruangan Master Li Mo, Bajulgeni segera menemui Bagaskoro dan Xi Zhang. Nampaknya kedua orang tersebut telah lama menunggu Bajulgeni. "Bajulgeni, dari mana saja kau ini. Kami sudah menunggumu sedari tadi, apa yang sebenarnya kau lakukan?" seru Xi Zhang. "Ehhh, maaf maaf. Aku tadi menemui Master Li Mo sebentar. Ada beberapa perihal yang ingin ku bicarakan dengan beliau tadi," sahut Bajulgeni. "Oh ya, ngomong-ngomong kapan Master Li Mo pergi ke festival?" tanya Bagaskoro. "Biasanya master pergi ke festival di kala waktu pembukaan dan penutupan saja. Selebihnya beliau hanya bermeditasi di Padepokan," jelas Xi Zhang."Baiklah, kelihatannya sudah tidak ada lagi yang perlu ditunggu bukan? Bagaimana kalau kita segera pergi menuju tempat perayaan saja?" Bajulgeni menyela. "hmmm, boleh boleh saja. Kalau begitu ayo kita pergi!" teriak Xi Zhang.Akhirnya mereka pun pergi ke tempat perayaan Kungfu atau biasa juga disebut festival kungfu. "Kukira awalnya tempat perayaannya di pa