Share

3. Melarikan Diri

Author: Adnosekai
last update Last Updated: 2023-02-14 11:26:24

Bai Lihai adalah tipe orang yang selalu bertanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan. Namun, entah kenapa kali ini hatinya terdorong kuat untuk melarikan diri.

Tidak lama lagi, akan ada orang yang datang ke tempat itu. Suara teriakan Gao Lin begitu keras, bisa menarik perhatian orang lain.

Gelang pemberian Han Xuelian kembali ia ambil dan segera setelah itu Bai Lihai melarikan diri. Kali ini, bukan tubuhnya yang tidak bisa dikendalikan, melainkan hatinya.

Hati dan pikiran Bai Lihai terlibat pertentangan. Di saat pikirannya mengatakan bahwa ia harus bertanggung jawab, hatinya malah berkata lari. Pikiran si pemuda tidak bisa berbuat banyak, tubuhnya lebih mengikuti kata hatinya.

Bai Lihai berlari di tengah pikiran yang kacau. Hari ini terasa tidak biasa. Banyak keanehan yang terjadi pada dirinya. Mulai dari bertemu makhluk aneh, tubuhnya yang bergerak tanpa bisa ia kendalikan hingga hatinya yang bergerak berbeda dari biasanya.

Lebih dari tiga jam Bai Lihai berlari. Kini, ia sampai di sebuah hutan yang belum pernah ia kunjungi. Si pemuda menghela napas, kegigihan hatinya membuat ia bisa berlari tanpa henti dan tidak mempedulikan apapun.

Ia merasa tidak mengenal hatinya. Namun, jika ia tidak mengenal hatinya, lalu dari mana asal rasa tidak mengenal itu. Entahlah, Bai Lihai seperti memiliki dua hati di dalam dirinya atau setidaknya hatinya tengah bercabang.

Ada lagi satu hal aneh yang dirasakan Bai Lihai, bagaimana ia bisa melewati perbatasan Sekte Gerbang Naga begitu saja. Terlebih lagi, ia tidak ingat bahwa ia telah melewatinya.

Perbatasan Sekte Gerbang Naga tidak bisa dilewati begitu saja. Ada sebuah Array yang sangat kuat melindungi tempat tersebut. Tiap Kultivator atau manusia biasa yang ingin keluar-masuk Sekte Gerbang Naga selalu melewati pintu gerbang yang dijaga sangat ketat.

"Ini hari paling aneh yang pernah aku jalani." Bai Lihai bergumam sendiri.

Tiba-tiba saja, Bai Lihai mendengar suara langkah kaki yang begitu cepat sedang menuju ke arahnya. Selang sesaat, si pemuda sudah dihampiri oleh empat orang sekaligus.

Bai Lihai mengenali wajah keempat orang itu. Mereka tidak lain adalah orang-orang dari Sekte Gerbang Naga. Bisa ditebak, apa tujuan mereka.

"Kau mencoba lari setelah menyerang cucu Tetua Agung! Sebaiknya kau segera menyerahkan diri agar kami tidak perlu bertindak kasar padamu!" ucap seorang wanita yang menggunakan ikat kepala berwarna merah.

Dengan kemampuannya, mustahil Bai Lihai bisa mengadapi keempat orang ini. Mereka semua adalah Kultivator yang berada di ranah Initial Foundation. Menyerahkan diri adalah pilihan yang bijak, tapi lagi-lagi hati Bai Lihai berseberangan dengan pikirannya.

Hati si pemuda mendoronganya untuk melawan keempat Kultivator tersebut. Ingin sekali Bai Lihai menertawakan pilihan hatinya. Bagaimana mungkin seorang manusia biasa bisa bertahan menghadapi empat Kultivator Initial Foundation sekaligus.

"Jika aku menyerahkan diri begitu saja, apa gunanya kalian susah payah mengejarku!" Bai Lihai mengucapkannya dengan dingin, seolah-olah menantang keempat Kultivator tersebut.

"Sampah tidak tau diri! Kau pikir kau punya kekuatan melawan kami!"

Kultivator pria yang memiliki rambut berwarna hijau melemparkan sebuah kertas jimat yang telah dialiri Qi kepada Bai Lihai. Seketika, kertas jimat itu berubah menjadi sebuah tali yang mengikat Bai Lihai.

Lilitan tali tersebut begitu kuat, sehingga si pemuda tidak bisa bergerak banyak.

"Anak ini bicara seolah-olah dia ini kuat. Sebaiknya kita mengingatkannya lagi bahwa dia hanyalah seorang sampah!" Pria berkepala botak menertawakan Bai Lihai.

Di tengah lilitan sebuah jimat, raut wajah Bai Lihai tetap menunjukkan ketenangan. Lagi-lagi, hati dan pikirannya berseberangan. Pikirannya mengatakan bahwa tidak mungkin ia bisa kabur, tapi hati si pemuda berkata sebaliknya.

"Jangan buang waktu! Cepat bawa dia!" Wanita dengan tanda lahir di wajah memberi perintah pada rekan-rekannya.

Perintah itu dijalankan oleh pria botak. Ia menarik Bai Lihai untuk kembali ke Sekte Gerbang Naga. "Persiapkanlah dirimu! Aku yakin, Tetua Agung akan memberi hukuman yang berat padamu!" Pria botak menyeringai meledek Bai Lihai.

"Aku yakin, kalian tidak akan bisa membawaku kembali!" Bai Lihai membalas dengan tatapan dingin.

Sesaat setelah Bai Lihai mengatakan itu, angin kencang tiba-tiba datang begitu saja. Hembusannya begitu kuat hingga menumbangkan salah satu pohon dan menimpa pria berambut hijau.

"Bagaimana bisa terjadi badai secara tiba-tiba, padahal sebelumnya cuaca sangat baik!" gerutu wanita dengan ikat kepala merah.

Bukan hanya itu, kabut tebal juga tiba-tiba muncul membuat pandangan mereka menjadi terbatas. Bai Lihai dan keempat Kultivator terpisah dan tidak dapat saling melihat satu sama lain.

Seketika itu juga, terdengar sebuah suara yang sangat mengerikan. Bai Lihai memasang telinga, suara ini sangat mirip dengan suara makhluk aneh yang ia temui di Puncak Makam Naga.

Sebuah siluet terlihat oleh Bai Lihai di tengah-tengah kabut tebal. Tidak terlihat jelas makhluk apa itu, tapi dari bentuk tubuhnya, makhluk ini sangat mirip dengan makhluk di Puncak Makam Naga. Hanya saja, makhluk yang ini jauh lebih kecil dari makhluk sebelumnya, meski tetap lebih besar dari ukuran tubuh manusia dewasa.

Suara raungan makhluk itu bersautan dengan suara jeritan kesakitan. Bisa ditebak, jeritan itu berasal dari Kultivator yang mengejar dirinya. Salah satu Kultivator terlempar ke arah Bai Lihai. Bisa dilihat oleh si pemuda bahwa si Kultivator telah tewas dengan tubuh yang menggenaskan.

Melihat situasi yang terjadi, Bai Lihai ingin segera lari meninggalkan tempat itu. Namun, tali jimat yang melilit dirinya membuat si pemuda tidak dapat melarikan diri. Jika situasinya terus seperti ini, besar kemungkinan Bai Lihai menjadi korban selanjutnya.

Beberapa waktu berlalu, siluet makhkuk itu tidak lagi tampak oleh Bai Lihai. Suaranya juga sudah tidak terdengar lagi. Seketika itu juga, kabut dan badai secara perlahan mulai menghilang.

Bisa dilihat oleh Bai Lihai keempat Kultivator yang mengejarnya telah berubah menjadi mayat. Masing-masing mereka berada dalam kondisi yang menggenaskan. Seketika itu juga, tali jimat yang mengikat dirinya terlepas.

"Kenapa makhluk itu tidak menyerangku!" Bai Lihai bergumam sendiri.

Semakin lama ia menjalani hari ini, semakin banyak keanehan yang datang kepadanya. Pertemuan Bai Lihai dengan makhluk aneh itu bukanlah sebuah kebetulan. Seperti ada hubungan antara dirinya dengan makhluk itu.

Pandangan Bai Lihai teralih pada sesuatu yang tertancap di tanah. Si pemuda menghampiri benda itu. Itu adalah sebuah pedang berwarna ungu gelap yang memancarkan aura yang sangat kuat. Satu hal yang menarik dari pedang itu adalah pada ujung gagangnya memiliki ukiran yang menyerupai kepala makhluk aneh yang ia temui.

Napas Bai Lihai sedikit memburu. Satu hal yang ia sadari adalah makhluk itu sengaja menyelamatkan dirinya agar tidak dibawa kembali ke Sekte Gerbang Naga. Sudah pasti Bai Lihai memiliki suatu hubungan dengan makhluk itu.

Bai Lihai menggenggam gagang pedang tersebut. Seketika, kepala si pemuda langsung terasa sakit. Suara raungan makhluk aneh itu terdengar hingga ke dalam otak Bai Lihai.

Pedang itu perlahan menghilang masuk ke dalam Cincin Ruang milik Bai Lihai, meski si pemuda tidak memasukkan benda tersebut. Seketika itu juga, sakit kepala Bai Lihai menghilang.

"Pusaka macam apa ini! Kenapa dia bisa masuk sendiri ke dalam..., hei...!"

Bai Lihai menemukan sesuatu yang aneh. Cincin Ruang di jarinya telah berganti dengan Cincin Ruang yang baru. Cincin Ruang yang baru ini memiliki kualitas terbaik, berbanding terbalik dengan Cincin Ruang lamanya yang memiliki kualitas paling rendah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
nehru siregar
ceritanya tambah seru
goodnovel comment avatar
Mr Hanhan
ini awal ceritanya begini?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang Kultivator Terbuang   127. Meyakinkan Jiang Durong

    "Itu karena keluarga Wen tidak sanggup lagi memberi energi pada Kubus Pengetahuan, sedangkan keluarga Jiang bisa melakukannya, bahkan memberikan energi yang lebih baik!"Kata-kata itu tidak diucapkan oleh penjaga gerbang, melainkan orang yang datang dari dalam. Orang ini tidak lain adalah Jiang Durong. Jiang Fangzhou dan Jiang Fangling terkejut dengan kedatangan Jiang Durong. Mereka merasa gugup bertemu kembali dengan wanita itu. "Berani sekali kalian datang ke sini setelah apa yang kalian lakukan padaku. Apa kalian sudah siap menerima pembalasan dariku!" lanjut Jiang Durong sambil membuat Senjata Elemental. Jiang Fangzhou dan Jiang Fangling langsung bersujud pada Jiang Durong. Mereka berusaha meredakan amarah wanita itu sembari meyakinkannya untuk membawa mereka masuk."Ampuni kami, Senior Durong, kami Khilaf. Kami rela melakulan apa pun yang Senior lakukan agar Senior memaafkan kami!" ucap keduanya serentak. Jiang Durong me

  • Sang Kultivator Terbuang   126. Munuju Sekte Lembah Bambu

    Bai Lihai dan empat Kultivator dengan penuh tekad meninggalkan Kota Dongyun dan memulai perjalanan menuju Sekte Lembah Bambu. Mereka menyadari bahwa penting untuk segera mencari bukti yang mengaitkan fraksi keluarga Jiang dengan rencana membangkitkan Huyao. Misi ini terbilang berbahaya, tapi mereka bersedia melakukannya. Keselamatan Benua Tengah dipertaruhkan dalam hal ini. "Ada dua masalah yang kita hadapi sekarang. Pertama, bagaimana cara kalian bertemu dengan Jiang Durong. Kedua, bagaimana kalian menyakinkan Jiang Durong untuk menerima kalian!" ucap Bai Lihai. Ini tidak terpikirkan oleh mereka sebelumnya. Masalah seperti ini tidak sempat mereka diskusikan. Empat Kultivator telah meninggalkan Sekte Lembah Bambu secara sepihak, sehingga sulit bagi mereka masuk kembali ke sana. Artinya mereka juga akan kesulitan untuk menemukan Jiang Durong. Jikapun berhasil bertemu Jiang Durong, belum tentu dia menerima keempat Kultivator dalam renc

  • Sang Kultivator Terbuang   125. Mencari Ide

    Han Xuelian menatap Bai Lihai dengan tatapan heran dan sedikit cemburu. Meskipun dia tahu bahwa mereka tidak punya hubungan yang istimewa, tapi ada perasaan aneh yang muncul di dalam dirinya. Dia merasa seperti kehilangan sesuatu yang seharusnya ada di sisinya."Jangan dengarkan dia! Otaknya sedikit tidak beres!" bisik Bai Lihai pada Han Xuelian. Entah kenapa Bai Lihai merasa perlu mengatakan itu pada Han Xuelian. Ia seperti merasa punya kewajiban untuk menjelaskan bahwa ia tidak punya hubungan apa-apa dengan wanita itu. Setidaknya, kata-kata Bai Lihai itu membuat Han Xuelian menjadi sedikit lega. Lagi pula, si gadis tidak sepenuhnya percaya perkataan wanita itu. Ia terlihat seperti wanita penggoda yang menjijikan bagi si gadis. Ia yakin, Bai Lihai tidak akan tertarik wanita itu. Tiba-tiba saja, Han Xun menepuk pundak Bai Lihai. "Kenapa kamu justru memberi penjelasan pada cucuku, padahal wanita ini mengatakannya padaku!"Meski Bai Liha

  • Sang Kultivator Terbuang   124. Kesepakatan

    "Lihai...! Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya Han Xuelian keheranan. "Xuelian...! Apa kamu Grandmaster Alkemis itu?" Bai Lihai justru balik bertanya. Jelas saja Bai Lihai merasa terkejut. Bukan hanya karena tidak menyangka orang yang ia temui adalah Han Xuelian, tapi juga karena berita sebelumnya mengatakan bahwa yang akan mengobati Lu Jiwen adalah seorang Grandmaster Alkemis. Meski Bai Lihai tau bahwa Han Xuelian tau mempelajari ilmu Alkemis, tapi ia tidak menyangka bahwa gadis itu sudah mendapatkan gelar Grandmaster Alkemis. Han Xuelian tersenyum simpul mendengar pertanyaan Bai Lihai. Pemuda itu sepertinya salah paham dengan apa yang terjadi. "Bukan, Lihai. Aku masih jauh dari gelar Grandmaster Alkemis. Aku masih dalam tahap belajar dan mencari pengalaman," jelas Han Xuelian dengan rendah hati. "Grandmaster Alkemis yang dimaksud adalah kakekku. Aku datang bersamanya!" lanjut Han Xuelian. "Tetua Han juga datang!"

  • Sang Kultivator Terbuang   123. Mengidentifikasi Racun

    Han Xun memeriksa kondisi Lu Jiwen dengan cermat. Dia mengalirkan Qi ke tubuh pemuda itu untuk mengetahui seberapa kuat racun yang telah menyerangnya."Racun ini terbilang cukup kuat. Kultivator Nascent Soul pun akan kesulitan menahan racun ini!" ucap Han Xun memberitahu sedikit tentang racun yang diterima Lu Jiwen. "Lian'er, ambil beberapa tetes darah pemuda ini dan cari tau, terbuat dari apa racun ini!" lanjut Hun Xun sambil memberri perintah pada Han Xuelian. Han Xuelian melakukan apa yang diperintahkan oleh kakeknya. Dia mengambil beberapa tetes darah dan menempatkannya dalam sebuah wadah.Kemudian, Han Xuelian mulai bekerja untuk mengidentifikasi bahan apa yang digunakan dalam racun tersebut dan bagaimana cara kerjanya. Jika mereka berhasil menemukan jawabannya, mereka akan dapat membuat obat penawar yang sesuai.Han Xuelian mengalirkan Qi ke jari telunjuknya dan mendekatkannya ke tetesan darah di dalam wadah. Ini adalah teknik khusus yang d

  • Sang Kultivator Terbuang   122. Mununggu Lu Jiwen

    Beberapa waktu berlalu, Bai Lihai dan empat Kultivator menyelesaikan makan mereka. Namun, mereka belum meninggalkan restoran tersebut. Ada hal yang tengah mereka bicarakan. "Aku tau kita tidak punya hubungan yang dekat, tapi kita perlu membicarakan ini. Bagaimana cara kita membuat laporan tentang upaya Jiang Durong yang ingin membangkitkan Huyao ini?" ucap Yao Yikai. "Laporkan saja, apa susahnya! Kalian bisa melapor ke Dewan Kehidupan atau ke sekte kalian. Bukankah, rencana itu disusun oleh salah satu fraksi di sekte kalian!" jawab Bai Lihai. Keempat Kuktivator saling berpandangan. Mereka merasa Bai Lihai tidak mengerti dengan permasalahan yang sedang dihadapi. "Permasalahannya, kita tidak punya bukti. Kita tidak bisa menggunakan ladang Ginseng Api yang kita temui sebelumnya karena itu sudah kamu hancurkan. Tidak mungkin laporan kita diterima jika tidak ada bukti. Yang ada justru kita yang dianggap melakukan fitnah!" Yao Yikai kembali menjelas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status