Vanessa Anderson seorang gadis remaja yang baru saja kehilangan ayahnya karena serangan hewan buas, harus pindah sekolah dari Jakarta ke Wisconsin-USA dan tinggal bersama pamannya yaitu adik dari ayahnya. di sekolah barunya dia bertemu pemuda bernama Alex Kelvin Steward yang mengklaim Vanessa sebagai matenya. Vanessa yang tidak mempercayai mahluk mitologi tentu saja tidak menerima apa yang dikatakan Alex yang merupakan alpha dari Klan Golden Moon Pack di Wisconsin. Dia juga tidak percaya bahwa werewolf itu ada, apalagi harus menjadi mate dari salah satu mahluk mitologi tersebut, terlebih lagi ternyata Alex telah memiliki kekasih sebelum bertemu dengan Vanessa, yaitu Andrea, teman pertama Vanessa saat menginjakan kaki di sekolah barunya tersebut. Sampai suatu hari dia melihat sendiri fakta dan bukti bahwa werewolf itu ada, terlebih dengan terungkapnya penyebab kematian ayahnya yang sebenarnya adalah karena dibunuh oleh kaum werewolf. Hal ini diketahui Vanessa karena kemunculan kakak kelas Vanessa yaitu Bryan Sebastian, sang kapten basket dan the most wanted boy yang dulu sempat disukai oleh Vanessa di rumah pamanya. Hal ini membuatnya terus menggali dan mencari fakta tentang apa yang terjadi didalam keluarganya. Masih dengan permasalahan kematian ayahnya yang belum terpecahkan, Vanessa dihadapkan kembali dengan persoalan menghilangnya kakak laki-laki dan ibunya, hingga satu persatu tabir rahasia besar keluarga Vanessa terbuka. Pencarian terhadap ibu dan kakaknya membuat Vanessa harus melibatkan Klan Silver Moon Pack yang berada di Arizona, yang merupakan klan terbesar dan terkaya di dunia kaum werewolf. Kini datang masalah baru dengan hadirnya Xavier, putra dari pemimpin Klan Silver Moon Pack yang menyatakan cinta pada Vanessa.
Lihat lebih banyakNamaku Vanessa Anderson, berusia 17 tahun, anak kedua dari dua bersaudara. Papaku orang USA bernama Wilson Anderson dan mamaku orang Indonesia asli berdarah Jawa yang bernama Latika Sri Wedari. Dan saat ini aku sudah duduk di bangku kelas XII.
Aku memiliki seorang kakak laki-laki yang usianya berbeda 10 tahun lebih tua dariku. Dialah Dimitri Anderson yang saat ini menggantikan mendiang papa mengurus pabrik tekstil, satu satunya sumber mata pencaharian keluarga kami. Iya, mendiang papa, karena papa kami tercinta telah dipanggil Yang Maha Kuasa, tepatnya seminggu yang lalu.
Papa dinyatakan meninggal dunia oleh dokter karena kehabisan darah akibat luka luka yang di dideritanya karena serangan hewan buas. Memang papaku yang hobi berburu selalu keluar masuk hutan di hari liburnya. Luka luka yang di temukan di sekujur tubuh papa sangatlah menyayat hati, sepertinya hewan itu menyerang papa dengan brutal, namun apa mau dikata itu sudah menjadi suratan takdir.
Kini Dimitrilah satu-satunya tulang punggung keluarga kami, sebenarnya kakakku itu telah berkeluarga namun keluarga kecilnya tertimpa musibah, sebuah kecelakaan mobil yang menewaskan kakak ipar dan calon keponakanku yang berusia 6 bulan di dalam rahim istri dari kakakku tersebut.
“Vanessa, nanti disana kau harus menuruti semua yang dikatakan oleh pamanmu, jadilah anak yang baik, belajar yang rajin”
Begitulah kira-kira wejangan dari mama dan kakakku yang akan melepaskanku ke negara asal papa kandungku.
Saat ini kami sekeluarga berada di Bandara Soekarno-Hatta, setelah Paman Taylor, adik mendiang papaku yang datang jauh-jauh dari Wisconsin, mengutarakan niatnya untuk memboyong seluruh keluarga papa kesana. Saat itu paman bilang karena dia ingin menjaga dan bertanggung jawab pada anak dan istri yang ditinggalkan oleh kakaknya. Tapi mama menolak, karena ingin selalu dekat dengan makam papa, sedangkan kakaku juga berkewajiban meneruskan bisnis papa disini.
Setelah menjadi perdebatan panjang, diambilah keputusan bahwa aku yang akan ikut Paman Taylor dan meneruskan sekolahku ke USA. Dan kini.. disinilah kami semua sekarang berada, di bandara Soekarno-Hatta, mendengarkan wejangan wejangan dari mama dan kakaku Dimitri.
“Kau tenang saja Kak Latika, aku akan menjaga Vanessa seperti putriku sendiri, bukankah sewaktu kecilpun aku selalu menjaganya, setiap kali aku berkunjung ke Jakarta?,” ucap Paman Taylor, mungkin dia sedang berusaha menghibur hati mamaku.
Nomor penerbangan kami sudah diumumkan, dan itu artinya kami harus bergegas untuk naik ke pesawat.
“Ayo Vanessa, kita harus segera boarding”
Ucapan Paman Taylor menyadarkan aku bahwa aku akan meninggalkan keluargaku tercinta disini, dan entah kapan aku akn kembali, setidaknya itulah yang kurasakan. Setelah kembali memeluk mama, kuayunkan langkah kakiku mengikuti Paman Taylor yang sudah terlebih dahulu masuk untuk boarding, aku hanya mengekor di belakangnya.
Akhirnya kini aku hanya bisa memandangi negara kelahiranku yang semakin terlihat kecil dari atas sini. Selama di pesawat aku hanya tidur dan tidur, terbangun hanya karena mba pramugari menawarkan minuman atau makanan, karena memang seminggu ini aku merasa sangat lelah. Kehilangan orang terpenting dalam hidupku sesaat setelah ujian kenaikan kelas berakhir sunguh sangat menguras energiku, jadi wajarlah disaat berdiam duduk di pesawat aku lebih memilih tidur, mengistirahatkan tubuh dan pikiranku, walau pun itu tak banyak membantu karena saat aku terbangun, ingatan akan papaku kembali mengusik pikiranku.
"Vanessa, makanlah sesuatu, tubuhmu butuh asupan makanan"
Ucapan Paman Taylor menyadarkanku dari lamunan akan kenanganku bersama papa. “Iya paman, sepertinya aku juga memang sudah lapar”
Karena tak ingin merepotkan paman, akhirnya aku pun memakan makanan yang disajikan oleh mba pramugari.
“Kita akan transit di Qatar lalu kembali transit di ORD Chicago” Paman Taylor menjelaskan rute penerbangan kami yang akan memakan waktu 39 jam 49 menit. Karena kami membutuhkan transit di dua negara, baru kemudian kami menyambung penerbangan ke tujuan akhir kami, yaitu Wisconsin.
Aku hanya menganggukan kepala, padahal sumpah demi apapun aku tak peduli berapa lama waktu yang kami butuhkan untuk sampai di rumah paman. Bukankah aku hanya perlu mengikuti gerakan Paman Taylor?. Kapan dia turun dari pesawat, kapan dia naik ke pesawat kembali. Aku hanya tinggal megikuti dan mengekornya dari belakang, kemudian saat di dalam pesawat aku akan menghabiskan waktuku untuk tidur.
Seandainya aku bersama papa, mama dan saudaraku, mungkin perjalanan yang memakan waktu panjang ini akan seru. Tetapi kini hanya ada aku dan Paman Taylor. Bukan berarti hubunganku tidak dekat dengan paman, tetapi ada perbedaan besar antara bersama kedua orangtua kandung dengan keluarga yang lainya.
Tanpa kusadari airmataku kembali luruh membasahi pipiku, teringat akan kenangan manis dalam hidupku dan menyadari bahwa aku tak memiliki kesempatan untuk mengulangnya kembali sungguh sangat memilukan bagiku.
Hingga aku merasakan sebuah lengan melingkari bahuku, dan mengusapnya perlahan, aku menegakkan tubuh dan mendongakan kepalaku keatas ke arah paman, karena tubuh paman lebih tinggi dariku, kupaksakan memberinya sebuah senyuman untuk menunjukan bahwa aku baik baik saja.
Saat itulah aku menyadari bahwa kami telah sampai di Wisconsin, tepatnya di depan rumah Paman Taylor, aku lebih suka memanggilnya paman daripada uncle, setidaknya itu akan menjadi pengingat diri tentang tanah kelahiranku yaitu Indonesia, dan Paman Taylor tidak keberatan sama sekali dengan panggilan tersebut.
Paman merogoh saku celananya dan mengeluarkan kunci rumah, tak berapa lama kami pun sudah memasuki rumah yang lumayan besar menurutku. Kata paman rumah tersebut adalah peninggalan turun temurun dari leluhur keluarga papa, dan karena papa memilih tinggal di Jakarta setelah menikahi mamaku, maka rumah tersebut menjadi milik Paman Taylor sebagai adik kandung papa satu-satunya.
"Beristihatlah nak, besok pagi aku akan mendaftarkanmu sekolah," kata Paman Taylor sambil membantuku membawa koper besarku masuk ke rumah. "Ayo aku tunjukan kamarmu" lanjutnya.
Aku mengikuti jejak langkahnya memasuki rumah hingga sampai di pintu sebuah kamar.
"Nah Vanessa, ini kamarmu, semoga kau betah disini, dan jika kau ingin mendekor ulang kamar ini, kau tinggal memberitahukanya padaku"
"Terimakasih paman, ini sudah cukup nyaman untukku, aku suka"
"Syukurlah kalau kau menyukainya, jika kau membutuhkan sesuatu, aku ada di kamar sebelah, dan kau tidak perlu berterima kasih padaku, aku adalah pengganti ayahmu, ini sudah kewajibanku"
Selesai berkata demikian paman langsung melangkahkan kakinya menuju kamarnya sendiri, meninggalkanku yang masih melihat sekeliling kamar yang akan menjadi tempat tinggalku di masa yang akan datang. Kamar tersebut memiliki kamar mandi didalamnya, dan terdapat bathub juga, aku jadi berpikir untuk berendam air hangat disana, mungkin inilah yang aku butuhkan saat ini.
“Semangat Vanessa! Semoga di sini kau bisa meraih cita-citamu,” ucapku menyemangati diriku sendiri.
Saat teringat bahwa aku telah berada jauh dari Indonesia, dan menyadari dimana kini aku berada, entah mengapa tiba-tiba dadaku berdebar kencang, firasatku mengatakan sesuatu yang besar sedang menantiku.
Saat hari pernikahanku tiba semua orang sudah datang di Night Shade pack, termasuk juga Vanessa dan Alex. Aku telah meminta mama untuk menangani Vanessa saat kami pergi nanti, semoga saja dia bisa mengerti.“Selamat Kak Dimi, akhirnya kalian menikah juga”“Terimakasih adikku, kehadiranmu disini adalah yang paling aku tunggu”“Tapi mengapa kau memilih tempat ini untuk pernikahanmu kak? Mengapa tidak di istana Blood Moon Pack?”“Karena ini adalah tempat yang indah, dan juga romantis lagipula Alpha Koa adalah sahabat dari kakek buyut kita Vaness”“Benarkah? Tetapi dia terlihat seumuran denganku”“Jangan percaya akan pandangan mata, karena itu bisa menipu, usia Alpha Koa sudah lebih dari 100 tahun”Vanessa tercengang mendengar perkataanku. “Wow itu sungguh menakjubkan”“Ada banyak hal yang menakjubkan di istana ini Vaness, termasuk para peri yang tinggal disini”“Peri? Mereka tinggal disini?”“Benar, apa kau tak ingin melahirkan bayimu disini? dan meminta para peri untuk memberikan doa pa
Saat tiba di Tazmania mama memintaku agar dia sendiri yang akan mengabarkan pada Vanessa tentang rencana pernikahanku dan Andrea, dan juga akan mengatur segala sesuatunya. Aku menyetujui usulan mama. Kami akan menikah di Night Shade Pack dengan begitu Alex bisa secepatnya membawa Vanessa kesana dengan alasan untuk menghadiri pernikahanku, dan setelah itu kami akan membuat Vanessa dan mama tinggal sementara waktu dalam perlindungan Alpha Koa, hingga kami menjemput mereka kembali.“Andrea, bagaimana jika kau juga menungguku di sini bersama mama dan Vanessa?” pintaku saat kami sudah tiba di Night Shade Pack.“Bukankah kita sudah sepakat bahwa aku akan mendampingimu jika peperangan itu terjadi? Jangan membuat kita berdebat lagi Dimi”.Andrea merapikan pakaian dan barang-barang kami ke dalam lemari, Alpha Koa menempatkan kami dalam sebuah kamar yang lumayan besar bersebelahan dengan kamar mama, untuk sementara waktu aku akan tinggal disini hingga hari pernikahanku, serta menunggu kedatanga
Xavier menatapku dengan pandangan yang sulit kuartikan, namun aku tau bahwa dia mendengar apa yang kukatakan dalam pikiranku tadi.“Jangan khawatir Dimi, jika memang benar keluarga Seaver adalah cucu dari Gabriel Kyler maka itu artinya di dunia ini bukan hanya kalian berdua yang keturunan dari Blood Moon Pack, tetapi keluarga mateku juga”Xavier benar, keluarga Seaver adalah saudara kami, itu artinya aku harus melindungi mereka, karena sudah pasti Alpha Dominic mengincar nyawa mereka.“Xavier... mamaku bilang pamanku ditemukan sudah meninggal di pinggir hutan, sepertinya dia diserang binatang buas” Gloria berlari masuk ke dalam kamar dan mengabarkan berita duka yang dia dapat dari ibunya.“Oh tidak, mereka sudah bergerak Xavier, kita harus secepatnya bertindak”“Kau benar Dimi, aku akan mengabarkan ayahku secepatnya”“Apa maksud kalian? Apakan kematian pamanku ada hubunganya dengan ini?&r
Saat ini kami sudah berada di istana Golden Moon Pack, aku tengah berbicara dengan Alex di ruang kerjanya.“Jadi bagaimana reaksi Vanessa saat tau kalau Bryan telah melarikan diri?” tanyaku.“Aku berhasil membuatnya untuk tidak khawatir kak, dan juga berhasil membuatnya percaya bahwa Bryan melarikan diri karena ingin hidup bersama dengan kekasihnya”“Baguslah, kalau begitu, kau bisa memberitahukan padanya perihal yang lainya secara perlahan, agar dia lebih waspada, namun jangan sampai membuatnya cemas dan takut, karena kini dia sedang dalam keadaan hamil”“Aku akan melakukan semua yang kau katakan kak”“Baiklah, apa Xavier sudah memberitahumu soal cerita dari Alpha Koa?”“Iya, dia memberitahuku lewat telpon, kita tinggal menunggu kedatanganya untuk membicarakan ini, karena penjaga gerbang istana melaporkan sudah beberapa hari ini Vanessa menerima kiriman bunga mawar hitam, dan itu rutin hampir setiap pagi”“Apa?! Mawar hitam?”“Benar, Vanessa memang tidak membiarkan aku mengetahui ten
[“Jadi benar Gabriel Kyler adalah anak dari Alpha Black dan Rebecca?”]“Seperti yang kau dengar, tetapi dia lebih memilih hidup dalam dunia manusia, lalu siapa penerus Alpha Black?”[“Sesuai buku yang kau baca, Alpha Black memindahkan istana mereka dengan bantuan kekasihnya yang penyihir kemudian membagi wilayah packnya menjadi dua bagian”]“Aku rasa ada cerita yang hilang disini Xavier”[“Hilang bagaimana maksudmu?”]“Jika anak dari Alpha Black dan Rebecca tidak mewarisi tahta, lalu siapa yang meneruskan tahta tersebut hingga saat ini?”Hening, aku tak lagi mendengar suara Xavier, mungki dia juga sedang memikirkan sesuatu seperti yang aku pikrikan.[“Tidak Dimitri, aku tidak memikirkan apa yang kau pikirkan, sama sekali hal yang berbeda”]Aku terkejut mendengar suara Xavier yang tiba-tiba tersebut, “Xavier! Kau mengagetkanku saja, dan jangan membaca pikiranku, kau ini selalu saja seperti itu”[“Aku tidak membaca pikiranmu, karena kau meyuaranya dengan begitu kencang dalam kepalamu,
Helena memandang sekeliling, untuk meminta persetujuan atas permintaan dari raja kaum werewolf tersebut, dan terakhir pandanganya jatuh pada Alpha Richard, suaminya, yang mengangguk padanya tanda setuju dan Helena pun memberikan bayi dalam gendonganya pada Alpha Black.Alpha Black tak mampu berkata-kata, dia hanya bisa menatap wajah tampaan putranya dengan airmata yang mengalir, dia hanya terdiam cukup lama.“Alpha Black, bayi kalian sangat tampan, kami sepakat memberinya nama Gabriel” kembali seorang peri mendekat dan berbicara dengan Alpha Black.“Baiklah, karena kalian yang memberikan nama, aku pasti menyetujuimya, namun ijinkan aku memberinya nama keluargaku, karena dia adalah keturunan Kyler, biarkan dia menyandang nama keluarganya”Akhirnya bayi itu diberi nama Gabriel Kyler, dan tetap berada dalam istana Night Shade Pack dalam asuhan para peri dan Alpha Koa hingga dia dewasa.Sampai disini, Alpha Koa pun mengakhiri ceritanya.“Koa apa yang terjadi setelah Gabriel dewasa? Dan a
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen