Share

2. Gelang

Pemuda yang terlihat di mata Bai Lihai bernama Gao Lin. Dia adalah cucu dari Tetua Agung Sekte Gerbang Naga. Dengan status seperti itu, jelas pemuda ini adalah orang yang perlu dihindari untuk bermasalah.

Bai Lihai sudah sebisa mungkin untuk tidak terlibat masalah dengan orang ini. Namun, entah apa yang terjadi membuat Gao Lin seperti memiliki masalah dengan dirinya.

"Apa maumu?" Bai Lihai berucap sambil berusaha bangun. Rasa sakitnya sudah mulai sedikit berkurang, sehingga ia bisa berdiri walau masih terlihat kepayahan.

"Apa Xuelian memberimu sesuatu?" tanya Gao Lin.

Bai Lihai melirikkan mata pada sebuah gelang yang melingkar di tangan kirinya. Benda itu tidak lain adalah sesuatu yang dimaksud oleh Gao Lin.

Gelang itu adalah pemberian dari seorang gadis bernama Han Xuelian. Ini adalah hadiah perpisahan karena Bai Lihai akan segera meninggalkan Sekte Gerbang Naga. Namun, sepertinya gelang ini membuat Bai Lihai berada dalam masalah.

Sejak kecil, Gao Lin dan Han Xuelian sudah dijodohkan oleh keluarga mereka masing-masing. Itu membuat pemuda itu merasa si gadis adalah miliknya. Siapa pun yang berani mendekati Han Xuelian, Gao Lin tidak akan tinggal diam.

Kenyataannya, bukan Bai Lihai yang mendekati Han Xuelian. Justru gadis itulah yang berinisiatif memberi gelang tersebut. Namun, bagi pria dengan watak seperti Gao Lin, hal itu sama saja baginya.

Gao Lin menyadari lirikan mata Bai Lihai pada gelang di tangan kirinya. "Jadi, gelang itu yang diberikan Xuelian! Serahkan padaku!"

"Aku menolak permintaanmu!" Bai Lihai dengan tegas melakukan penolakan pada permintaan Gao Lin. Tidak ada rasa takut bagi pemuda itu, meski yang berada di hadapannya adalah cucu Tetua Agung.

Hal itu jelas membuat Gao Lin marah. Bukan hanya tentang penolakan Bai Lihai, tapi juga sikap yang ditunjukkan oleh pemuda itu yang berani menatap matanya secara langsung.

Dengan status yang ia miliki, Kultivator dengan status rendah akan memberi hormat kepadanya. Namun, seorang pemuda yang dianggap sampah justru bersikap berani. Terlebih lagi, raut wajah Bai Lihai yang terlihat tidak menunjukkan emosi apapun, membuat cucu Tetua Agung itu merasa seolah-olah ia sedang ditantang.

"Ini bukan permintaan, ini perintah! Kau tidak dalam posisi bisa menolak!"

"Kau tidak punya hak memberi perintah padaku!" Kata-kata itu diucapkan oleh Bai Lihai dengan dingin, seolah-olah mencoba menantang Gao Lin.

Gao Lin jelas merasa geram dengan ucapan Bai Lihai. Sebuah pukulan mendarat tepat di wajah Bai Lihai, membuat pemuda itu terlempar.

Pukulan ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan lemparan yang dilakukan oleh makhluk aneh di Puncak Makam Naga. Namun, tetap memberi rasa sakit di tubuh Bai Lihai yang juga sudah terasa sakit sebelumnya.

Pemuda itu kembali bangkit. Tidak banyak ekspresi yang terlihat dari wajahnya. Sebuah lirikan mata yang dingin ia berikan kepada Gao Lin.

Ekspresi Bai Lihai membuat Gao Lin merasa diremehkan. Rasa geramnya semakin meningkat dan tidak menunggu lama, ia kembali melakukan pukulan. Lagi-lagi pemuda itu terlempar dan menyusur tanah.

Bai Lihai sama sekali tidak melawan. Percuma saja meladeni pemuda itu. Gao Lin telah berada di ranah Qi Refining 8, jelas bukan tandingan bagi Bai Lihai.

Seberapa kuat pun Bai Lihai melawan, ia tidak akan menang. Dari pada membuang tenaga untuk bertarung, lebih baik ia menggunakan tenaganya untuk menahan rasa sakit.

"Ini hari terakhirku di Sekte Gerbang Naga. Aku akan memberimu kesempatan untuk melakukan apa yang kamu suka. Ayo, lakukan lagi!" Lagi-lagi Bai Lihai mengatakannya dengan nada yang dingin.

Gao Lin mencoba bersikap tenang, meski hati terasa panas melihat sikap Bai Lihai yang seperti menghina dirinya. Ia mencoba berpikir jernih. Untuk apa juga cemburu pada Bai Lihai, tidak mungkin Han Xuelian tertarik pada sampah seperti dirinya. Meladeni pemuda itu hanya buang-buang tenaga bagi Gao Lin.

Namun, Gao Lin tidak bisa berhenti begitu saja, ia sudah terlanjur bertindak. Jika ia berhenti, pemuda itu bisa menganggap dirinya takut. Setidaknya, Gao Lin harus mendapatkan gelang yang diberikan Han Xuelian itu.

"Jika itu maumu, aku akan mengabulkannya!"

Gao Lin melakukan pukulan bertubi-tubi pada Bai Lihai. Tidak sekalipun pemuda yang tidak bisa berkultivasi itu membalas. Dalam waktu singkat, Bai Lihai sudah babak belur. Ia pun tergeletak di tanah dan kesulitan untuk bangkit.

"Kau tidak pantas menerima barang berharga seperti ini!" Gao Lin mengambil gelang yang berada di tangan kiri Bai Lihai dan pergi meninggalkannya tergeletak sendirian.

Dengan sisa-sisa tenaganya, Bai Lihai mencoba mendudukkan diri. Wajahnya masih tetap tidak menunjukkan ekspresi berlebihan meski sekujur tubuhnya sudah penuh luka. Ia hanya sedikit meringis seolah-olah sakitnya tidak terlalu terasa.

Matanya menatap pada Gao Lin yang telah melangkah meninggalkannya. Bukan pemuda itu yang ia perhatikan, melainkan gelang yang baru saja diambil. Sebuah senyum kecil terukir di wajah datarnya.

Gelang itu memiliki makna tersendiri bagi Bai Lihai. Gelang itu adalah sebuah tanda bahwa masih ada yang menghargai keberadaannya di Sekte Gerbang Naga.

Selama ini, Bai Lihai begitu dikucilkan oleh orang-orang di Sekte Gerbang Naga. Tidak ada yang peduli dengan keberadaannya. Tidak ada yang peduli apakan dia ada atau tidak. Tidak ada yang peduli ketika ia sedang sakit. Tidak ada yang peduli bahwa hari ini adalah hari terakhirnya di Sekte Gerbang Naga.

Tidak seorang pun di Sekte Gerbang Naga yang mengucapkan salam perpisahan padanya. Namun, gadis bernama Han Xuelian ini justru memberinya sebuah kenang-kenangan.

Sungguh ironi, dulunya gadis itu bisa dikatakan adalah salah satu orang yang tidak peduli dengannya. Ia bahkan tidak tau nama Bai Lihai dan hanya mengenalinya dengan sebutan pria sampah. Tidak disangka, justru gadis ini yang paling mengingatnya di hari terakhir Bai Lihai di Sekte Gerbang Naga.

Sikap tidak peduli orang lain kepada dirinya membuat Bai Lihai menanamkan sifat tidak peduli juga pada orang lain. Hanya saja, apa yang dilakukan gadis ini merubah hati Bai Lihai.

'Apa-apaan! Hanya karena gelang kecil itu aku jadi memikirkan gadis itu! Ini sungguh konyol!' Bai Lihai membatin di dalam hati.

Tiba-tiba saja, Bai Lihai merasakan sesuatu mengalir di dalam tubuhnya. Beberapa bagian tubuh si pemuda bergerak sendiri tanpa bisa ia kendalikan. Rasa sakit di sekujur tubuhnya menghilang begitu saja.

"Apa yang terjadi padaku!" gumam Bai Lihai.

Seketika itu, Bai Lihai langsung membangkitkan diri. Ia berlari mengejar Gao Lin. Pemuda ini langsung meraih tangan Gao Lin dan memutarnya hingga terdengar suara tulang patah.

"Argh...!"

Teriakan keras terdengar jelas dari mulut cucu Tetua Agung. Rasa sakit terasa hingga ke ubun-ubun. Kejadian ini benar-benar mengejutkan karena ia sama sekali tidak mendengar suara langkah kaki Bai Lihai.

"Apa yang ka... argh...!"

Tidak sampai di situ, Bai Lihai melakukan hal yang sama pada tangan Gao Lin yang satunya lagi.

Ini bukanlah keinginan Bai Lihai. Tubuhnya bergerak sendiri melakukan hal tersebut. Sebisa mungkin Bai Lihai menghentikannya, tapi tubuh ini tidak menuruti perintah si pemilik.

'Apa yang terjadi padaku! Kenapa bisa begini!' Bai Lihai membatin di dalam hati.

Dua kaki Gao Lin menyusul dua tangannya yang dipatahkan oleh Bai Lihai. Selanjutnya, giliran tulang punggung Gao Lin yang mendapatkan hal serupa.

Cucu Tetua Agung itu kini terbaring di tanah sambil berteriak kesakitan. Pandangannya tertuju pada Bai Lihai yang tidak ia mengerti bisa melakukan hal tersebut.

Ada sebuah keanehan yang dilihat oleh Gao Lin. Mata pemuda itu telah berubah warna menjadi merah serta ada aura aneh yang ia keluarkan dari tubuhnya.

Sementara itu, Bai Lihai sudah bisa mengambil lagi kendali atas tubuhnya. Apa yang terjadi menimbulkan sebuah pertanyaan besar baginya. Bukan hanya tentang tubuh yang tidak bisa ia kendalikan, tapi juga kekuatan yang muncul pada dirinya.

Dengan kekuatan yang dimiliki Bai Lihai, rasanya mustahil ia bisa melakukan itu pada Gao Lin. Entah dari mana kekuatan itu muncul, Bai Lihai tidak bisa mengerti dengan semua ini.

Pandangan si pemuda tertuju pada pemuda lain yang sedang terbaring kesakitan. Satu hal yang ia sadari, ia dalam masalah besar.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Mr Hanhan
mantap mantap
goodnovel comment avatar
Dhian Eka Chandra Rini
cerita yg menarik,..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status