Pemuda yang terlihat di mata Bai Lihai bernama Gao Lin. Dia adalah cucu dari Tetua Agung Sekte Gerbang Naga. Dengan status seperti itu, jelas pemuda ini adalah orang yang perlu dihindari untuk bermasalah.
Bai Lihai sudah sebisa mungkin untuk tidak terlibat masalah dengan orang ini. Namun, entah apa yang terjadi membuat Gao Lin seperti memiliki masalah dengan dirinya."Apa maumu?" Bai Lihai berucap sambil berusaha bangun. Rasa sakitnya sudah mulai sedikit berkurang, sehingga ia bisa berdiri walau masih terlihat kepayahan."Apa Xuelian memberimu sesuatu?" tanya Gao Lin.Bai Lihai melirikkan mata pada sebuah gelang yang melingkar di tangan kirinya. Benda itu tidak lain adalah sesuatu yang dimaksud oleh Gao Lin.Gelang itu adalah pemberian dari seorang gadis bernama Han Xuelian. Ini adalah hadiah perpisahan karena Bai Lihai akan segera meninggalkan Sekte Gerbang Naga. Namun, sepertinya gelang ini membuat Bai Lihai berada dalam masalah.Sejak kecil, Gao Lin dan Han Xuelian sudah dijodohkan oleh keluarga mereka masing-masing. Itu membuat pemuda itu merasa si gadis adalah miliknya. Siapa pun yang berani mendekati Han Xuelian, Gao Lin tidak akan tinggal diam.Kenyataannya, bukan Bai Lihai yang mendekati Han Xuelian. Justru gadis itulah yang berinisiatif memberi gelang tersebut. Namun, bagi pria dengan watak seperti Gao Lin, hal itu sama saja baginya.Gao Lin menyadari lirikan mata Bai Lihai pada gelang di tangan kirinya. "Jadi, gelang itu yang diberikan Xuelian! Serahkan padaku!""Aku menolak permintaanmu!" Bai Lihai dengan tegas melakukan penolakan pada permintaan Gao Lin. Tidak ada rasa takut bagi pemuda itu, meski yang berada di hadapannya adalah cucu Tetua Agung.Hal itu jelas membuat Gao Lin marah. Bukan hanya tentang penolakan Bai Lihai, tapi juga sikap yang ditunjukkan oleh pemuda itu yang berani menatap matanya secara langsung.Dengan status yang ia miliki, Kultivator dengan status rendah akan memberi hormat kepadanya. Namun, seorang pemuda yang dianggap sampah justru bersikap berani. Terlebih lagi, raut wajah Bai Lihai yang terlihat tidak menunjukkan emosi apapun, membuat cucu Tetua Agung itu merasa seolah-olah ia sedang ditantang."Ini bukan permintaan, ini perintah! Kau tidak dalam posisi bisa menolak!""Kau tidak punya hak memberi perintah padaku!" Kata-kata itu diucapkan oleh Bai Lihai dengan dingin, seolah-olah mencoba menantang Gao Lin.Gao Lin jelas merasa geram dengan ucapan Bai Lihai. Sebuah pukulan mendarat tepat di wajah Bai Lihai, membuat pemuda itu terlempar.Pukulan ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan lemparan yang dilakukan oleh makhluk aneh di Puncak Makam Naga. Namun, tetap memberi rasa sakit di tubuh Bai Lihai yang juga sudah terasa sakit sebelumnya.Pemuda itu kembali bangkit. Tidak banyak ekspresi yang terlihat dari wajahnya. Sebuah lirikan mata yang dingin ia berikan kepada Gao Lin.Ekspresi Bai Lihai membuat Gao Lin merasa diremehkan. Rasa geramnya semakin meningkat dan tidak menunggu lama, ia kembali melakukan pukulan. Lagi-lagi pemuda itu terlempar dan menyusur tanah.Bai Lihai sama sekali tidak melawan. Percuma saja meladeni pemuda itu. Gao Lin telah berada di ranah Qi Refining 8, jelas bukan tandingan bagi Bai Lihai.Seberapa kuat pun Bai Lihai melawan, ia tidak akan menang. Dari pada membuang tenaga untuk bertarung, lebih baik ia menggunakan tenaganya untuk menahan rasa sakit."Ini hari terakhirku di Sekte Gerbang Naga. Aku akan memberimu kesempatan untuk melakukan apa yang kamu suka. Ayo, lakukan lagi!" Lagi-lagi Bai Lihai mengatakannya dengan nada yang dingin.Gao Lin mencoba bersikap tenang, meski hati terasa panas melihat sikap Bai Lihai yang seperti menghina dirinya. Ia mencoba berpikir jernih. Untuk apa juga cemburu pada Bai Lihai, tidak mungkin Han Xuelian tertarik pada sampah seperti dirinya. Meladeni pemuda itu hanya buang-buang tenaga bagi Gao Lin.Namun, Gao Lin tidak bisa berhenti begitu saja, ia sudah terlanjur bertindak. Jika ia berhenti, pemuda itu bisa menganggap dirinya takut. Setidaknya, Gao Lin harus mendapatkan gelang yang diberikan Han Xuelian itu."Jika itu maumu, aku akan mengabulkannya!"Gao Lin melakukan pukulan bertubi-tubi pada Bai Lihai. Tidak sekalipun pemuda yang tidak bisa berkultivasi itu membalas. Dalam waktu singkat, Bai Lihai sudah babak belur. Ia pun tergeletak di tanah dan kesulitan untuk bangkit."Kau tidak pantas menerima barang berharga seperti ini!" Gao Lin mengambil gelang yang berada di tangan kiri Bai Lihai dan pergi meninggalkannya tergeletak sendirian.Dengan sisa-sisa tenaganya, Bai Lihai mencoba mendudukkan diri. Wajahnya masih tetap tidak menunjukkan ekspresi berlebihan meski sekujur tubuhnya sudah penuh luka. Ia hanya sedikit meringis seolah-olah sakitnya tidak terlalu terasa.Matanya menatap pada Gao Lin yang telah melangkah meninggalkannya. Bukan pemuda itu yang ia perhatikan, melainkan gelang yang baru saja diambil. Sebuah senyum kecil terukir di wajah datarnya.Gelang itu memiliki makna tersendiri bagi Bai Lihai. Gelang itu adalah sebuah tanda bahwa masih ada yang menghargai keberadaannya di Sekte Gerbang Naga.Selama ini, Bai Lihai begitu dikucilkan oleh orang-orang di Sekte Gerbang Naga. Tidak ada yang peduli dengan keberadaannya. Tidak ada yang peduli apakan dia ada atau tidak. Tidak ada yang peduli ketika ia sedang sakit. Tidak ada yang peduli bahwa hari ini adalah hari terakhirnya di Sekte Gerbang Naga.Tidak seorang pun di Sekte Gerbang Naga yang mengucapkan salam perpisahan padanya. Namun, gadis bernama Han Xuelian ini justru memberinya sebuah kenang-kenangan.Sungguh ironi, dulunya gadis itu bisa dikatakan adalah salah satu orang yang tidak peduli dengannya. Ia bahkan tidak tau nama Bai Lihai dan hanya mengenalinya dengan sebutan pria sampah. Tidak disangka, justru gadis ini yang paling mengingatnya di hari terakhir Bai Lihai di Sekte Gerbang Naga.Sikap tidak peduli orang lain kepada dirinya membuat Bai Lihai menanamkan sifat tidak peduli juga pada orang lain. Hanya saja, apa yang dilakukan gadis ini merubah hati Bai Lihai.'Apa-apaan! Hanya karena gelang kecil itu aku jadi memikirkan gadis itu! Ini sungguh konyol!' Bai Lihai membatin di dalam hati.Tiba-tiba saja, Bai Lihai merasakan sesuatu mengalir di dalam tubuhnya. Beberapa bagian tubuh si pemuda bergerak sendiri tanpa bisa ia kendalikan. Rasa sakit di sekujur tubuhnya menghilang begitu saja."Apa yang terjadi padaku!" gumam Bai Lihai.Seketika itu, Bai Lihai langsung membangkitkan diri. Ia berlari mengejar Gao Lin. Pemuda ini langsung meraih tangan Gao Lin dan memutarnya hingga terdengar suara tulang patah."Argh...!"Teriakan keras terdengar jelas dari mulut cucu Tetua Agung. Rasa sakit terasa hingga ke ubun-ubun. Kejadian ini benar-benar mengejutkan karena ia sama sekali tidak mendengar suara langkah kaki Bai Lihai."Apa yang ka... argh...!"Tidak sampai di situ, Bai Lihai melakukan hal yang sama pada tangan Gao Lin yang satunya lagi.Ini bukanlah keinginan Bai Lihai. Tubuhnya bergerak sendiri melakukan hal tersebut. Sebisa mungkin Bai Lihai menghentikannya, tapi tubuh ini tidak menuruti perintah si pemilik.'Apa yang terjadi padaku! Kenapa bisa begini!' Bai Lihai membatin di dalam hati.Dua kaki Gao Lin menyusul dua tangannya yang dipatahkan oleh Bai Lihai. Selanjutnya, giliran tulang punggung Gao Lin yang mendapatkan hal serupa.Cucu Tetua Agung itu kini terbaring di tanah sambil berteriak kesakitan. Pandangannya tertuju pada Bai Lihai yang tidak ia mengerti bisa melakukan hal tersebut.Ada sebuah keanehan yang dilihat oleh Gao Lin. Mata pemuda itu telah berubah warna menjadi merah serta ada aura aneh yang ia keluarkan dari tubuhnya.Sementara itu, Bai Lihai sudah bisa mengambil lagi kendali atas tubuhnya. Apa yang terjadi menimbulkan sebuah pertanyaan besar baginya. Bukan hanya tentang tubuh yang tidak bisa ia kendalikan, tapi juga kekuatan yang muncul pada dirinya.Dengan kekuatan yang dimiliki Bai Lihai, rasanya mustahil ia bisa melakukan itu pada Gao Lin. Entah dari mana kekuatan itu muncul, Bai Lihai tidak bisa mengerti dengan semua ini.Pandangan si pemuda tertuju pada pemuda lain yang sedang terbaring kesakitan. Satu hal yang ia sadari, ia dalam masalah besar.Bai Lihai adalah tipe orang yang selalu bertanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan. Namun, entah kenapa kali ini hatinya terdorong kuat untuk melarikan diri.Tidak lama lagi, akan ada orang yang datang ke tempat itu. Suara teriakan Gao Lin begitu keras, bisa menarik perhatian orang lain. Gelang pemberian Han Xuelian kembali ia ambil dan segera setelah itu Bai Lihai melarikan diri. Kali ini, bukan tubuhnya yang tidak bisa dikendalikan, melainkan hatinya. Hati dan pikiran Bai Lihai terlibat pertentangan. Di saat pikirannya mengatakan bahwa ia harus bertanggung jawab, hatinya malah berkata lari. Pikiran si pemuda tidak bisa berbuat banyak, tubuhnya lebih mengikuti kata hatinya. Bai Lihai berlari di tengah pikiran yang kacau. Hari ini terasa tidak biasa. Banyak keanehan yang terjadi pada dirinya. Mulai dari bertemu makhluk aneh, tubuhnya yang bergerak tanpa bisa ia kendalikan hingga hatinya yang bergerak berbeda dari biasanya.Lebih dari tiga jam Bai Lihai berlari. Kini, ia sampai
Malam ini, di aula Sekte Gerbang Naga terjadi sebuah ketegangan. Ruang yang luas itu hanya diisi oleh tiga orang, tapi suasananya begitu panas seolah-olah tempat itu dipenuhi oleh banyak orang. Kejadian siang ini memang membuat gempar seluruh penghuni Sekte Gerbang Naga. Cucu Tetua Agung, Gao Lin mengalami kelumpuhan karena serangan seorang pemuda yang tidak bisa berkultivasi. Hal itu membuat tiga orang penting Sekte Gerbang Naga mengadakan pertemuan. Ketiga orang itu adalah Tetua Agung Gao Huo, Tetua Bai Jian dan Tetua Han Xun. "Tetua Bai... bagaimana anda bertanggung jawab atas semua ini? Anakmu telah membuat cucuku lumpuh!" Orang yang berbicara adalah Tetua Agung Gao Huo. Dari penampilannya, ia terlihat seperti berusia sekitar 60-an, tapi usia yang sebenarnya sudah lebih dari 200 tahun. "Mohon maaf, Tetua Agung! Tapi, tidak ada orang lain yang melihat kejadian itu. Rasanya terburu-buru menuduh putra saja yang melakukannya."Bai Jiang seolah-olah membela si anak. Namun, sesungguh
Bai Lihai terbangun dari tidurnya. Saat ini, ia tengah berada di dalam sebuah goa yang ditutupi oleh air terjun. Tidak ada yang mengetahui tempat ini selain Bai Lihai, sehingga ini tempat yang cukup aman bagi si pemuda untuk bersembunyi. Bai Lihai menghela napas sejanak. Dia masih tidak habis pikir dengan apa yang terjadi hari kemarin. Tidak ada penjelasan logis yang bisa menjelaskan hal tersebut. Namun, si pemuda merasa ini adalah seseuatu yang diatur oleh pihak tertentu. "Apa gadis itu yang mengatur semua ini? Siapa gadis itu sebenarnya?"Seketika, ia melihat pada Cincin Ruang yang melingkar dijarinya. Ini adalah salah satu penyebab Bai Lihai merasa kejadian itu bukan sebuah kebetulan. Bagaimana mungkin cincin itu bisa langsung ada di tanggannya menggantikan Cincin Ruang-nya yang lama. Jika dilihat, Cincin Ruang ini adalah tipe yang digunakan oleh Kultivator. Memang ada perbedaan antara Cincin Ruang untuk Kultivator dengan untuk manusia biasa. Cincin Ruang Kultivator membutuhkan
Manual Kultivasi Tujuh Langit adalah salah satu Manual Kultivasi terbaik yang pernah diciptakan. Ratusan tahun lalu, Manual ini hilang entah ke mana. Dan entah kenapa Manual tersebut berada di dalam Cincin Ruang Bai Lihai. Teknik dari Manual ini bisa membuat Qi menjadi lebih murni dari pada teknik lain. Ini akan membuat Kultivasi menjadi lebih baik. Namun, Manual ini juga punya kekurangan. Ini hanya bisa dipelajari oleh Kultivator yang memiliki Elemen berunsur Petir. Sangat beruntung, Bai Lihai cocok dengan Manual ini. Tanpa menunggu lama, Bai Lihai langsung mempraktikkan teknik yang ada dalam Manual tersebut. Energi alam bernama Qi terserap ke dalam tubuh si pemuda melalui Meridian dan terkumpul di dalam Dantian. Di dalam Dantian ini lah, Qi yang masih kasar akan dimurnikan. Proses ini tidak bisa selesai dalam waktu satu hari. Butuh waktu lama agar Bai Lihai hingga bisa menembus tahap pertama. Namun, dengan Akar Roh berwarna ungu yang ia miliki, si pemuda akan bisa menyelesaikann
Pandangan Bai Lihai berkeliling melihat ruangan yang belum pernah ia lihat. Ruang itu begitu gelap dengan sedikit cahaya redup. "Tempat apa ini? Bagaimana aku bisa berada di tempat ini?" Bai Lihai bergumam sendiri. Pandangan si pemuda akhirnya terhenti pada salah satu sudut ruangan. Dapat ia lihat, sebuah patung yang menyerupai makhluk aneh yang ia temui di Puncak Makam Naga.Di depan patung itu, tertancap pedang berwarna ungu gelap dengan gagang memiliki motif seperti kepala makhluk aneh itu. Pedang itu adalah pedang yang sama dengan yang ia temukan saat melarikan diri dari kejaran anggota Sekte Gerbang Naga. "Apa arti ini semua? Apa yang mereka inginkan dariku?"Seketika, pedang itu mengeluarkan cahaya dan sebuah ledakan terjadi di ruang itu. "Hah... hanya mimpi!" Bai Lihai langsung terbangun. Apa yang ia lihat sebelumnya hanyalah mimpi. "Ini bukan mimpi biasa. Makhluk itu seperti ingin menyampaikan sesuatu padaku!" Bai Lihai bergumam sendiri. Saat ini, Bai Lihai berada di teng
"Jangan mengganggu jalanku! Singkirkan pedang kalian dariku!" Ucap Bai Lihai dengan nada yang dingin."Kau tidak dalam posisi bisa memerintah kami! Sebaiknya kau jangan buat ini menjadi sulit! Serahkan saja dirimu!" Salah seorang Kultivator berucap. Bai Lihai menghela napas sesaat. Seketika, si pemuda melayangkan pedang membuat pedang-pedang milik anggota Sekte Gerbang Naga menyingkir dari dirinya. Mereka berenam pun sedikit bergerak mundur karena terkejut dengan ayunan pedang Bai Lihai. "Kalian yang membuat situasi menjadi sulit!" Kembali Bai Lihai berucap dengan nada dingin. Sontak, mereka berenam terkejut karena ayunan pedang Bai Lihai yang cukup kuat. Bahkan, saat pedang bereka beradu, para Kultivator itu dibuat terlempar. Saat itu mereka tersadar bahwa pedang yang digunakan Bai Lihai adalah sebuah Item Sihir yang cukup berkualitas. Pedang itu didapat Bai Lihai dari dalam Cincin Ruang. Ada beberapa senjata yang terdapat di sana. Namun, Bai Lihai baru bisa menggunakan pedang ini
Kota Zhenzhu adalah salah satu kota khusus yang ada di Benua Tengah. Disebut kota khusus karena di kota ini terjadi interaksi antara Kultivator dengan manusia biasa. Pada dasarnya, Kultivator dan manusia memang memisahkan diri. Dan di kota khusus inilah sekat itu menghilang. Saat ini, Bai Lihai sedang berada di Kota Zhenzhu ini. Ia menggunakan topeng untuk menutupi wajahnya. Sengaja ia melakukan itu untuk berjaga-jaga jika ada Kuktivator dari Sekte Gerbang Naga yang berada di tempat ini. Bukan tidak mungkin ia bertemu dengan Kultivator yang lebih kuat dari pada yang ia temui diperjalanan. "Menyingkir...!" Teriak seorang gadis yang tengah menunggangi seekor keledai kecil. Keledai itu bergerak tidak teratur, membuat si gadis kesulitan menungganginya. Semua orang yang berada di sekitar itu menyingkir, agar tidak tertabrak oleh keledai. Bai Lihai terlambat menghindar. Ia pun tertabrak keledai itu. Seketika, Bai Lihai, keledai dan si gadis menjadi terjatuh. "Aduh... tubuhku sakit sekal
"Barang berikutnya yang akan dilelang adalah sebuah Senjata Item Sihir Level-D!" Pemandu Lelang menunjukkan sebuah pedang berwarna biru keperakan. "Apa kau membohongi kami! Sudah jelas itu Level-S, bagaimana mungkin kau mengatakannya Level-D!" Bai Lihai bergumam mengomentari barang yang akan dilelang. Tiap Item Sihir memiliki aura yang bisa dirasakan oleh setiap Kultivator. Tidak jelas apa yang membuat Pemandu Lelang tidak menyebutkan level yang sebenarnya. Rasanya mustahil ia bisa menipu seorang Kultivator dalam hal ini. Tiba-tiba saja, Xiao Qiumei menggoyang-goyang tubuh Bai Lihai. "Itu pedang milikku! Cepat dapatkan pedang itu untukku!""Jauhkan tanganmu dari tubuhku! Untuk apa juga aku mendapatkan pedang itu untukmu," balas Bai Lihai. "Kau masih punya hutang karena membuat kudaku kabur. Aku akan menganggapnya lunas jika kau mendapatkannya untukku!""Keledaimu lepas karena kesalahanmu sendiri, bukan karena aku. Aku tidak memiliki hutang apapun padamu!"Bai Lihai tidak mau menang