Share

2. Gelang

Author: Adnosekai
last update Last Updated: 2023-02-14 11:26:13

Pemuda yang terlihat di mata Bai Lihai bernama Gao Lin. Dia adalah cucu dari Tetua Agung Sekte Gerbang Naga. Dengan status seperti itu, jelas pemuda ini adalah orang yang perlu dihindari untuk bermasalah.

Bai Lihai sudah sebisa mungkin untuk tidak terlibat masalah dengan orang ini. Namun, entah apa yang terjadi membuat Gao Lin seperti memiliki masalah dengan dirinya.

"Apa maumu?" Bai Lihai berucap sambil berusaha bangun. Rasa sakitnya sudah mulai sedikit berkurang, sehingga ia bisa berdiri walau masih terlihat kepayahan.

"Apa Xuelian memberimu sesuatu?" tanya Gao Lin.

Bai Lihai melirikkan mata pada sebuah gelang yang melingkar di tangan kirinya. Benda itu tidak lain adalah sesuatu yang dimaksud oleh Gao Lin.

Gelang itu adalah pemberian dari seorang gadis bernama Han Xuelian. Ini adalah hadiah perpisahan karena Bai Lihai akan segera meninggalkan Sekte Gerbang Naga. Namun, sepertinya gelang ini membuat Bai Lihai berada dalam masalah.

Sejak kecil, Gao Lin dan Han Xuelian sudah dijodohkan oleh keluarga mereka masing-masing. Itu membuat pemuda itu merasa si gadis adalah miliknya. Siapa pun yang berani mendekati Han Xuelian, Gao Lin tidak akan tinggal diam.

Kenyataannya, bukan Bai Lihai yang mendekati Han Xuelian. Justru gadis itulah yang berinisiatif memberi gelang tersebut. Namun, bagi pria dengan watak seperti Gao Lin, hal itu sama saja baginya.

Gao Lin menyadari lirikan mata Bai Lihai pada gelang di tangan kirinya. "Jadi, gelang itu yang diberikan Xuelian! Serahkan padaku!"

"Aku menolak permintaanmu!" Bai Lihai dengan tegas melakukan penolakan pada permintaan Gao Lin. Tidak ada rasa takut bagi pemuda itu, meski yang berada di hadapannya adalah cucu Tetua Agung.

Hal itu jelas membuat Gao Lin marah. Bukan hanya tentang penolakan Bai Lihai, tapi juga sikap yang ditunjukkan oleh pemuda itu yang berani menatap matanya secara langsung.

Dengan status yang ia miliki, Kultivator dengan status rendah akan memberi hormat kepadanya. Namun, seorang pemuda yang dianggap sampah justru bersikap berani. Terlebih lagi, raut wajah Bai Lihai yang terlihat tidak menunjukkan emosi apapun, membuat cucu Tetua Agung itu merasa seolah-olah ia sedang ditantang.

"Ini bukan permintaan, ini perintah! Kau tidak dalam posisi bisa menolak!"

"Kau tidak punya hak memberi perintah padaku!" Kata-kata itu diucapkan oleh Bai Lihai dengan dingin, seolah-olah mencoba menantang Gao Lin.

Gao Lin jelas merasa geram dengan ucapan Bai Lihai. Sebuah pukulan mendarat tepat di wajah Bai Lihai, membuat pemuda itu terlempar.

Pukulan ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan lemparan yang dilakukan oleh makhluk aneh di Puncak Makam Naga. Namun, tetap memberi rasa sakit di tubuh Bai Lihai yang juga sudah terasa sakit sebelumnya.

Pemuda itu kembali bangkit. Tidak banyak ekspresi yang terlihat dari wajahnya. Sebuah lirikan mata yang dingin ia berikan kepada Gao Lin.

Ekspresi Bai Lihai membuat Gao Lin merasa diremehkan. Rasa geramnya semakin meningkat dan tidak menunggu lama, ia kembali melakukan pukulan. Lagi-lagi pemuda itu terlempar dan menyusur tanah.

Bai Lihai sama sekali tidak melawan. Percuma saja meladeni pemuda itu. Gao Lin telah berada di ranah Qi Refining 8, jelas bukan tandingan bagi Bai Lihai.

Seberapa kuat pun Bai Lihai melawan, ia tidak akan menang. Dari pada membuang tenaga untuk bertarung, lebih baik ia menggunakan tenaganya untuk menahan rasa sakit.

"Ini hari terakhirku di Sekte Gerbang Naga. Aku akan memberimu kesempatan untuk melakukan apa yang kamu suka. Ayo, lakukan lagi!" Lagi-lagi Bai Lihai mengatakannya dengan nada yang dingin.

Gao Lin mencoba bersikap tenang, meski hati terasa panas melihat sikap Bai Lihai yang seperti menghina dirinya. Ia mencoba berpikir jernih. Untuk apa juga cemburu pada Bai Lihai, tidak mungkin Han Xuelian tertarik pada sampah seperti dirinya. Meladeni pemuda itu hanya buang-buang tenaga bagi Gao Lin.

Namun, Gao Lin tidak bisa berhenti begitu saja, ia sudah terlanjur bertindak. Jika ia berhenti, pemuda itu bisa menganggap dirinya takut. Setidaknya, Gao Lin harus mendapatkan gelang yang diberikan Han Xuelian itu.

"Jika itu maumu, aku akan mengabulkannya!"

Gao Lin melakukan pukulan bertubi-tubi pada Bai Lihai. Tidak sekalipun pemuda yang tidak bisa berkultivasi itu membalas. Dalam waktu singkat, Bai Lihai sudah babak belur. Ia pun tergeletak di tanah dan kesulitan untuk bangkit.

"Kau tidak pantas menerima barang berharga seperti ini!" Gao Lin mengambil gelang yang berada di tangan kiri Bai Lihai dan pergi meninggalkannya tergeletak sendirian.

Dengan sisa-sisa tenaganya, Bai Lihai mencoba mendudukkan diri. Wajahnya masih tetap tidak menunjukkan ekspresi berlebihan meski sekujur tubuhnya sudah penuh luka. Ia hanya sedikit meringis seolah-olah sakitnya tidak terlalu terasa.

Matanya menatap pada Gao Lin yang telah melangkah meninggalkannya. Bukan pemuda itu yang ia perhatikan, melainkan gelang yang baru saja diambil. Sebuah senyum kecil terukir di wajah datarnya.

Gelang itu memiliki makna tersendiri bagi Bai Lihai. Gelang itu adalah sebuah tanda bahwa masih ada yang menghargai keberadaannya di Sekte Gerbang Naga.

Selama ini, Bai Lihai begitu dikucilkan oleh orang-orang di Sekte Gerbang Naga. Tidak ada yang peduli dengan keberadaannya. Tidak ada yang peduli apakan dia ada atau tidak. Tidak ada yang peduli ketika ia sedang sakit. Tidak ada yang peduli bahwa hari ini adalah hari terakhirnya di Sekte Gerbang Naga.

Tidak seorang pun di Sekte Gerbang Naga yang mengucapkan salam perpisahan padanya. Namun, gadis bernama Han Xuelian ini justru memberinya sebuah kenang-kenangan.

Sungguh ironi, dulunya gadis itu bisa dikatakan adalah salah satu orang yang tidak peduli dengannya. Ia bahkan tidak tau nama Bai Lihai dan hanya mengenalinya dengan sebutan pria sampah. Tidak disangka, justru gadis ini yang paling mengingatnya di hari terakhir Bai Lihai di Sekte Gerbang Naga.

Sikap tidak peduli orang lain kepada dirinya membuat Bai Lihai menanamkan sifat tidak peduli juga pada orang lain. Hanya saja, apa yang dilakukan gadis ini merubah hati Bai Lihai.

'Apa-apaan! Hanya karena gelang kecil itu aku jadi memikirkan gadis itu! Ini sungguh konyol!' Bai Lihai membatin di dalam hati.

Tiba-tiba saja, Bai Lihai merasakan sesuatu mengalir di dalam tubuhnya. Beberapa bagian tubuh si pemuda bergerak sendiri tanpa bisa ia kendalikan. Rasa sakit di sekujur tubuhnya menghilang begitu saja.

"Apa yang terjadi padaku!" gumam Bai Lihai.

Seketika itu, Bai Lihai langsung membangkitkan diri. Ia berlari mengejar Gao Lin. Pemuda ini langsung meraih tangan Gao Lin dan memutarnya hingga terdengar suara tulang patah.

"Argh...!"

Teriakan keras terdengar jelas dari mulut cucu Tetua Agung. Rasa sakit terasa hingga ke ubun-ubun. Kejadian ini benar-benar mengejutkan karena ia sama sekali tidak mendengar suara langkah kaki Bai Lihai.

"Apa yang ka... argh...!"

Tidak sampai di situ, Bai Lihai melakukan hal yang sama pada tangan Gao Lin yang satunya lagi.

Ini bukanlah keinginan Bai Lihai. Tubuhnya bergerak sendiri melakukan hal tersebut. Sebisa mungkin Bai Lihai menghentikannya, tapi tubuh ini tidak menuruti perintah si pemilik.

'Apa yang terjadi padaku! Kenapa bisa begini!' Bai Lihai membatin di dalam hati.

Dua kaki Gao Lin menyusul dua tangannya yang dipatahkan oleh Bai Lihai. Selanjutnya, giliran tulang punggung Gao Lin yang mendapatkan hal serupa.

Cucu Tetua Agung itu kini terbaring di tanah sambil berteriak kesakitan. Pandangannya tertuju pada Bai Lihai yang tidak ia mengerti bisa melakukan hal tersebut.

Ada sebuah keanehan yang dilihat oleh Gao Lin. Mata pemuda itu telah berubah warna menjadi merah serta ada aura aneh yang ia keluarkan dari tubuhnya.

Sementara itu, Bai Lihai sudah bisa mengambil lagi kendali atas tubuhnya. Apa yang terjadi menimbulkan sebuah pertanyaan besar baginya. Bukan hanya tentang tubuh yang tidak bisa ia kendalikan, tapi juga kekuatan yang muncul pada dirinya.

Dengan kekuatan yang dimiliki Bai Lihai, rasanya mustahil ia bisa melakukan itu pada Gao Lin. Entah dari mana kekuatan itu muncul, Bai Lihai tidak bisa mengerti dengan semua ini.

Pandangan si pemuda tertuju pada pemuda lain yang sedang terbaring kesakitan. Satu hal yang ia sadari, ia dalam masalah besar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
nehru siregar
mantab bro
goodnovel comment avatar
Mr Hanhan
mantap mantap
goodnovel comment avatar
Dhian Eka Chandra Rini
cerita yg menarik,..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang Kultivator Terbuang   127. Meyakinkan Jiang Durong

    "Itu karena keluarga Wen tidak sanggup lagi memberi energi pada Kubus Pengetahuan, sedangkan keluarga Jiang bisa melakukannya, bahkan memberikan energi yang lebih baik!"Kata-kata itu tidak diucapkan oleh penjaga gerbang, melainkan orang yang datang dari dalam. Orang ini tidak lain adalah Jiang Durong. Jiang Fangzhou dan Jiang Fangling terkejut dengan kedatangan Jiang Durong. Mereka merasa gugup bertemu kembali dengan wanita itu. "Berani sekali kalian datang ke sini setelah apa yang kalian lakukan padaku. Apa kalian sudah siap menerima pembalasan dariku!" lanjut Jiang Durong sambil membuat Senjata Elemental. Jiang Fangzhou dan Jiang Fangling langsung bersujud pada Jiang Durong. Mereka berusaha meredakan amarah wanita itu sembari meyakinkannya untuk membawa mereka masuk."Ampuni kami, Senior Durong, kami Khilaf. Kami rela melakulan apa pun yang Senior lakukan agar Senior memaafkan kami!" ucap keduanya serentak. Jiang Durong me

  • Sang Kultivator Terbuang   126. Munuju Sekte Lembah Bambu

    Bai Lihai dan empat Kultivator dengan penuh tekad meninggalkan Kota Dongyun dan memulai perjalanan menuju Sekte Lembah Bambu. Mereka menyadari bahwa penting untuk segera mencari bukti yang mengaitkan fraksi keluarga Jiang dengan rencana membangkitkan Huyao. Misi ini terbilang berbahaya, tapi mereka bersedia melakukannya. Keselamatan Benua Tengah dipertaruhkan dalam hal ini. "Ada dua masalah yang kita hadapi sekarang. Pertama, bagaimana cara kalian bertemu dengan Jiang Durong. Kedua, bagaimana kalian menyakinkan Jiang Durong untuk menerima kalian!" ucap Bai Lihai. Ini tidak terpikirkan oleh mereka sebelumnya. Masalah seperti ini tidak sempat mereka diskusikan. Empat Kultivator telah meninggalkan Sekte Lembah Bambu secara sepihak, sehingga sulit bagi mereka masuk kembali ke sana. Artinya mereka juga akan kesulitan untuk menemukan Jiang Durong. Jikapun berhasil bertemu Jiang Durong, belum tentu dia menerima keempat Kultivator dalam renc

  • Sang Kultivator Terbuang   125. Mencari Ide

    Han Xuelian menatap Bai Lihai dengan tatapan heran dan sedikit cemburu. Meskipun dia tahu bahwa mereka tidak punya hubungan yang istimewa, tapi ada perasaan aneh yang muncul di dalam dirinya. Dia merasa seperti kehilangan sesuatu yang seharusnya ada di sisinya."Jangan dengarkan dia! Otaknya sedikit tidak beres!" bisik Bai Lihai pada Han Xuelian. Entah kenapa Bai Lihai merasa perlu mengatakan itu pada Han Xuelian. Ia seperti merasa punya kewajiban untuk menjelaskan bahwa ia tidak punya hubungan apa-apa dengan wanita itu. Setidaknya, kata-kata Bai Lihai itu membuat Han Xuelian menjadi sedikit lega. Lagi pula, si gadis tidak sepenuhnya percaya perkataan wanita itu. Ia terlihat seperti wanita penggoda yang menjijikan bagi si gadis. Ia yakin, Bai Lihai tidak akan tertarik wanita itu. Tiba-tiba saja, Han Xun menepuk pundak Bai Lihai. "Kenapa kamu justru memberi penjelasan pada cucuku, padahal wanita ini mengatakannya padaku!"Meski Bai Liha

  • Sang Kultivator Terbuang   124. Kesepakatan

    "Lihai...! Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya Han Xuelian keheranan. "Xuelian...! Apa kamu Grandmaster Alkemis itu?" Bai Lihai justru balik bertanya. Jelas saja Bai Lihai merasa terkejut. Bukan hanya karena tidak menyangka orang yang ia temui adalah Han Xuelian, tapi juga karena berita sebelumnya mengatakan bahwa yang akan mengobati Lu Jiwen adalah seorang Grandmaster Alkemis. Meski Bai Lihai tau bahwa Han Xuelian tau mempelajari ilmu Alkemis, tapi ia tidak menyangka bahwa gadis itu sudah mendapatkan gelar Grandmaster Alkemis. Han Xuelian tersenyum simpul mendengar pertanyaan Bai Lihai. Pemuda itu sepertinya salah paham dengan apa yang terjadi. "Bukan, Lihai. Aku masih jauh dari gelar Grandmaster Alkemis. Aku masih dalam tahap belajar dan mencari pengalaman," jelas Han Xuelian dengan rendah hati. "Grandmaster Alkemis yang dimaksud adalah kakekku. Aku datang bersamanya!" lanjut Han Xuelian. "Tetua Han juga datang!"

  • Sang Kultivator Terbuang   123. Mengidentifikasi Racun

    Han Xun memeriksa kondisi Lu Jiwen dengan cermat. Dia mengalirkan Qi ke tubuh pemuda itu untuk mengetahui seberapa kuat racun yang telah menyerangnya."Racun ini terbilang cukup kuat. Kultivator Nascent Soul pun akan kesulitan menahan racun ini!" ucap Han Xun memberitahu sedikit tentang racun yang diterima Lu Jiwen. "Lian'er, ambil beberapa tetes darah pemuda ini dan cari tau, terbuat dari apa racun ini!" lanjut Hun Xun sambil memberri perintah pada Han Xuelian. Han Xuelian melakukan apa yang diperintahkan oleh kakeknya. Dia mengambil beberapa tetes darah dan menempatkannya dalam sebuah wadah.Kemudian, Han Xuelian mulai bekerja untuk mengidentifikasi bahan apa yang digunakan dalam racun tersebut dan bagaimana cara kerjanya. Jika mereka berhasil menemukan jawabannya, mereka akan dapat membuat obat penawar yang sesuai.Han Xuelian mengalirkan Qi ke jari telunjuknya dan mendekatkannya ke tetesan darah di dalam wadah. Ini adalah teknik khusus yang d

  • Sang Kultivator Terbuang   122. Mununggu Lu Jiwen

    Beberapa waktu berlalu, Bai Lihai dan empat Kultivator menyelesaikan makan mereka. Namun, mereka belum meninggalkan restoran tersebut. Ada hal yang tengah mereka bicarakan. "Aku tau kita tidak punya hubungan yang dekat, tapi kita perlu membicarakan ini. Bagaimana cara kita membuat laporan tentang upaya Jiang Durong yang ingin membangkitkan Huyao ini?" ucap Yao Yikai. "Laporkan saja, apa susahnya! Kalian bisa melapor ke Dewan Kehidupan atau ke sekte kalian. Bukankah, rencana itu disusun oleh salah satu fraksi di sekte kalian!" jawab Bai Lihai. Keempat Kuktivator saling berpandangan. Mereka merasa Bai Lihai tidak mengerti dengan permasalahan yang sedang dihadapi. "Permasalahannya, kita tidak punya bukti. Kita tidak bisa menggunakan ladang Ginseng Api yang kita temui sebelumnya karena itu sudah kamu hancurkan. Tidak mungkin laporan kita diterima jika tidak ada bukti. Yang ada justru kita yang dianggap melakukan fitnah!" Yao Yikai kembali menjelas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status