“Apa yang baru saja terjadi?” batin Bruk yang sama sekali tidak mengerti kenapa sihirnya meledak di tengah jalan sebelum mengenai sasarannya.
“Apa itu?” ujar Brok yang terlihat kaget sebab sihir temannya seakan gagal.
Elis tidak membuang kesempatan, dia langsung menggunakan sihirnya lagi untuk menciptakan puluhan jarum api. Saat tangannya di gerakan puluhan jarum api yang tercipta di depannya itu langsung melesat menuju ke arah Brok yang masih tertegun kaget. Tapi Brok juga bukanlah orang lemah, posisinya sebagai ketua rombongan bandit pastinya mencerminkan kemampuannya dalam bertarung.
Brok melompat ke belakang sembari memainkan pedangnya menangkis beberapa jarum api yang melesat ke arahnya. Meski begitu beberapa jarum api yang tidak bisa dia tangkis langsung menancap di tubuhnya yang kekar, bajunya bahkan langsung terbakar sebab kebanyakan jarum itu menancap di tubuh bagian atasnya.
 
Brok kemudian berjalan mendekati Nata yang masih berdiri di tempatnya, sedangkan Bruk sudah tidak berdaya dia hanya bisa bersimpuh dan pasrah. Bruk tahu bahwa pria yang menggunakan sihir naga angin itu bukanlah orang sembarangan, harapannya saat ini hanyalah ampunan dari Nata. “Siapa kau sebenarnya?” tanya Brok sambil tangan kanannya menghunuskan pedang ke arah Nata, sedangkan tangan kirinya diacungkan ke atas seakan memberikan isyarat tertentu kepada anak buahnya. “Sebaiknya kalian jangan melakukan hal yang akan kalian sesali,” ucap Nata sembari menatap Brok dengan tatapan tajam, naga angin yang dia ciptakan tadi masih bergerak mengitari tubuh Nata. “Jangan sombong kau penyihir, hanya karena kau bisa menggunakan sihir tingkat catur (keempat) bukan berarti kau bisa menang melawan kami!” tegas Brok, perhatiannya masih tertuju ke arah dibelakang Nata. Terlihat anak buah Brok yang tadi tidak tur
Nata mengalihkan pandangannya kepada Bruk yang terlihat menggigil ketakutan, namun Nata malah melangkahkan kakinya mendekati Brek yang sedang terkapar di tanah. Luka yang dia terima saat Nata menggunakan sihir naga angin ternyata cukup fatal, dia bahkan tidak sadarkan diri dan jika dibiarkanpun dia akan segera tewas. Nata kembali berbalik dan berjalan ke arah Bruk, sadar bahwa nyawanya terancam Bruk langsung bangkit dan berbalik hendak melarikan diri. Tapi baru saja beberapa langkah dia berlari Bruk langsung menjerit kesakitan, tubuhnya ambruk menghantam tanah. Kedua kakinya sudah tertusuk panah angin hingga mengeluarkan darah. “Am..pun,” ucap Bruk dengan terbata-bata. Degup jantung Bruk semakin berdetak kencang saat mendengar langkah kaki Nata yang berjalan semakin mendekat. Bruk perlahan mencoba merangkak untuk melarikan diri, dia tahu nasibnya pasti tidak akan jauh berbeda dengan Brok. Namun seberapa kuatpun Bru
“Mereka tidak akan berani melakukan hal seperti itu, lagipula melihat kematian pemimpin mereka secara mengenaskan pastinya membuat mental mereka langsung runtuh,” jawab Nata.“Kamu akan mengendalikan kuda itu sendiri? Kenapa tidak menyuruh mereka saja?” tanya Elis sebab kereta kuda yang lain dibawa oleh anak buah Brok.“Tidak, sebagai seorang pengembara aku lebih suka membawanya sendiri,” jawab Nata sembari mulai menjalankan kereta kuda sembari tersenyum.Sebenarnya ada alasan lain kenapa Nata ingin mengendalikan kereta kuda itu oleh dirinya sendiri. Hal itu mengingatkannya ke rutinitasnya beberapa tahun yang lalu tepat sebelum berhadapan dengan Lotus, waktu itu Pentagram masih sering melakukan perjalanan ke berbagai penjuru dunia untuk menyusun kekuatan melawan Lotus. Sebagai anggota paling muda di Pentagram, Nata mendapatkan tugas untuk mengendalikan kereta kuda di saat Pentagram bep
Nata dan Elis tidak berhenti lama di warung tempat penjaga desa berada, mereka berdua kembali berjalan menyusuri jalanan desa. Setelah berbincang dengan penjaga desa, Nata merasa ada yang mengganjal di pikirannya. Kedatangan dua rombongan pengembara dalam waktu yang bersamaan baginya sangatlah tidak wajar. Mungkin itu bisa saja sebuah kebetulan, tapi setelah mempertimbangkan kata-kata penjaga desa itu Nata merasa ada yang janggal.“Kelihatannya kau sedang memikirkan sesuatu,” tukas Elis saat melihat Nata terus melamun saat berjalan.“Ya, setelah berbicara dengan penjaga desa tentang rombongan pengembara yang datang ke desa ini rasanya ada yang aneh. Terlebih dia bilang kalau tadi pagi ada dua rombongan pengembara yang datang ke desa ini,” jawab Nata sembari memegang dagunya.“Bukankah itu biasa saja? Dulu ke Desa Randegan juga banyak rombongan pengembara yang datang bersamaan,” ucap El
Pria yang tadi menyerang Nata kembali melesat, tapi kali ini dari belakang Nata juga sekelebat bayangan ikut menyerang seraya mengayunkan kapak besar di tangannya. Nata langsung menciptakan pedang angin di kedua tangannya.‘Ttrrraankss..’‘Tttrrraannk..’Terdengar dentingan besi beradu dengan besi, pedang angin yang menghantam kapak masih utuh tapi tangan kiri Nata yang memegangnya seakan bergetar. Sedangkan pedang angin yang dia gunakan di tangan kanannya untuk menahan tebasan pedang langsung hancur seketika.“Kekuatan para pengembara memang luar biasa, tidak seperti bandit biasa atau pasukan lemah yang pernah aku lawan,” batin Nata.Belasan panah dari tempat tak terlihat juga melesat menuju Nata yang masih menghindari serangan pria besar yang membawa kapak dan pria yang membawa pedang. Tanpa menggerakan tangannya Nata hanya mengedipkan matanya saja, saat i
“Kelihatannya ada sedikit kesalahpahaman di sini. Dia bukanlah seorang pembunuh, keluarganya justru menjadi korban keluarga bangsawan Leonard yang bertindak semena-mena,” tukas Rafsa berharap bahwa para pengembara itu berubah pikiran.“Sebagai seorang pengembara, aku yakin kalian mengetahui situasi di kerajaan Irish saat ini. Aku yakin kalian juga tahu sikap para bangsawan yang suka berbuat seenak hatinya, keluarga wanita ini adalah salah satu korban dari kelakuan mereka,” sambung Nata.“Jika kau sanggup membayar ganti dari hadiah yang akan mereka berikan, maka aku bersedia membiarkan wanita itu hidup,” tukas West sembari memegang erat pedangnya. Sementara Raspati terlihat masih termenung seakan sedang berpikir apa yang harus dia lakukan.“Kami tidak memiliki uang apalagi dalam jumlah besar, tapi kami akan sangat berterima kasih jika kalian mau melepaskan kami,” ucap Nata s
“Tetaplah dibelakangku,” ucap Nata kepada Elis.West mulai membungkukan badannya hendak menyerang Nata, namun dia mengurungkan niatnya saat merasakan tanah yang mulai bergetar. Semua orang di tempat itu tampak terkejut, terlebih udara di sekitar hutan itu terasa mulai panas. Dedaunan kering dan ranting kayu yang sudah jatuh ke tanah mendadak mulai terbakar.Merasakan aliran mana yang luar biasa seperti itu membuat Raspati, West, Tiger dan Ajid melompat menjauhi Nata yang menjadi pusat dari aura panas yang mereka rasakan. Perlahan titik-titik api muncul di sekeliling tubuh Nata bagaikan kelopak bunga yang belum mekar, Elis benar-benar takjub melihatnya. Sihir yang digunakan Nata bukan hanya hebat, namun juga begitu indah.“Ini.. sihir naga api?” batin Vana yang juga merasakan aliran mana milik Nata yang begitu luar biasa.“Bukankah itu sihir tingkatan catur?” ujar R
Melihat kemampuan dahsyat lawannya membuat nyali Tiger mencut, dengan sisa tenaganya dia langsung menghampiri West yang tengah meringis kesakitan. Tiger langsung memapah temannya dan pergi dari tempat itu, Nata hanya menatapnya dari kejauhan seolah tidak ingin menghentikan mereka berdua.Sementara Raspati dan teman-temannya ditambah Jiz dan Nela masih duduk bersimpuh di tanah, melihat mereka sudah tidak memiliki niat bertarung lagi Nata langsung melenyapkan ketiga naga sihir yang masih bergerak mengitari tubuhnya. Elis juga terlihat menarik nafas lega sebab lawannya tampak sudah menyerah.“Kenapa kalian tidak melarikan diri seperti mereka berdua?” tanya Nata sambil berjalan mendekati Raspati dan Ajid yang duduk terdiam menunduk.“Tidak ada alasan bagi kami untuk lari, kami tahu jika anda sejak awal mengeluarkan kemampuan anda maka kami sudah tidak akan bisa berdiri lagi,” jawab Ajid.