Semua Bab Sang Legenda dari Masa Lalu: Bab 1 - Bab 10
164 Bab
Bab 01 : Gadis yang Akan Dieksekusi
  “Pentagram! Akan aku ingat wajah kalian berlima! Di alam baka nanti, kalian akan kucincang satu persatu! Terutama kau Nata Digjaya!” teriak seorang pria tua dengan tubuh berlumuran darah, tepat sesaat sebelum tubuhnya melebur menjadi abu. Jari telunjuknya menunjuk seorang pemuda yang juga bersimbah darah yang terkapar di depannya. “Lotus!” teriak seorang pemuda yang tengah terbaring di tengah kegelapan. “Kenapa.. padahal sudah satu tahun sejak Lotus tewas,” gumam pemuda tersebut yang tak lain adalah Nata Digjaya. Perlahan dia mengusap wajahnya dengan nafas yang memburu seolah begitu ketakutan. Perlahan Nata mengatur nafasnya kembali agar tenang. Entah kenapa malam ini udara terasa begitu dingin dari biasanya, perlahan Nata menggerakan kedua kakinya. Nafasnya yang sudah teratur kembali memburu saat merasakan kalau kakinya seolah berada di permukaan tanah, padahal dia ingat jelas kalau malam ini dia terbaring di kediaman barunya yang
Baca selengkapnya
Bab 02: Sihir Melawan Sihir
Nata menggerakan tangan kanannya perlahan, dua ksatria yang ada di atas panggung langsung menebaskan pedangnya ke arah leher Elis serta ayahnya yang hanya bisa terdiam dan memejamkan kedua matanya. Tiba-tiba saja pedang yang dipegang oleh kedua ksatria berbaju besi itu langsung terpental dari tangannya seolah dihantam dengan sangat kuat.Tiba-tiba saja wanita di samping Leon yang sejak tadi berdiri langsung maju ke depan Leon seolah hendak melindunginya, tak hanya itu namun wanita itu juga langsung menatap ke arah Nata berada. Tatapan matanya yang tajam langsung bergerilya mengawasi setiap orang di sekitar Nata. Leon sendiri terlihat begitu kaget, sama halnya dengan Nata.“Aku tidak menyangka jika wanita itu sampai bisa merasakannya, padahal aku sudah mencoba sebaik mungkin menggunakannya,” batin Nata.“Ada apa ini Lia?”  tanya Leon yang juga terlihat waspada.“Tuan tolong berhati-hati, tampaknya ada penyihir hebat di sekitar sini. Meski
Baca selengkapnya
Bab 03: Pengorbanan
Leon Leonard yang melihat Nata berhasil kabur membawa dua orang tawanannya yang hendak di eksekusi langsung bangkit dan menghampiri dua ksatria yang tadi dihajar oleh Nata. Leon langsung mencabut pedang yang ada di pinggangnya seraya memenggal leher kedua ksatria itu dengan penuh amarah.Sontak saja perbuatan Leon membuat warga yang berkumpul di sekeliling lapangan langsung menjerit ketakutan. Sementara itu seorang wanita berjalan mendekat ke arah Lia, seorang pria yang tadi sempat menyerang Nata dengan belati juga masih berdiri menatap udara ke arah Nata melarikan diri.“Dasar tidak berguna! Keparat!” umpat Leon dengan penuh amarah sambil menendang tubuh kedua ksatria yang sudah bersimbah darah di tanah.“Mereka benar-benar tidak bisa diandalkan!” gerutu Leon seraya bertolak pinggang.“Bubar kalian! Bubar!” teriak Leon lagi mengusir kerumunan warga yang berkumpul mengelilingi lapangan.‘Plakk’Sebuah tamparan keras mendara
Baca selengkapnya
Bab 04: Perbedaan Era
Perlahan Elis membuka kedua matanya. Tubuhnya terbaring di bawah pohon yang rindang, angin semilir menerpa tubuhnya yang terasa pegal-pegal di tambah perutnya sudah keroncongan. Elis menggerakan kepalanya mencari ayahnya dan orang yang sudah menyelamatkan mereka berdua.“Ayah..” gumam Elis pelan saat melihat ayahnya terbaring kaku di tanah. Jantungnya berdetak begitu kencang seakan merasakan firasat yang begitu buruk.“Ayah!” teriak Elis yang langsung berlari menghampiri jasad ayahnya. Sembari duduk kedua tangannya mencoba menggerakan tubuh ayahnya namun tak kunjung membuka mata. Saat itu juga airmata Elis langsung mengalir tak tertahan lagi.Elis mendekap tubuh ayahnya yang sudah dingin, ingin sekali dia berteriak kencang namun suaranya tidak kunjung keluar. Hanya raungan kecil penuh pilu yang terdengar menggema diantara pepohonan. Elis mengangkat tubuhnya serta menatap wajah sang ayah yang sudah terpejam. Dia sadar kalau ayahnya sudah tiada, tubuhnya
Baca selengkapnya
Bab 05: Penyergapan di Desa Nalangsa
“Ada apa?” tanya Nata.“Aku hanya terkejut sebab nama anda sama persis dengan salah satu legenda penyihir di masa lalu. Baru kali ini aku bertemu dengan orang yang memiliki nama sama seperti mereka,” jawab Elis sembari tersenyum dan melangkahkan kakinya kembali.“Legenda?” tanya Nata lagi.“Ya, ayah pernah bercerita jika delapan ratus tahun yang lalu ada sekelompok penyihir dengan julukan Pentagram. Mereka adalah lima orang penyihir hebat yang tidak ada tandingannya, awalnya aku mengira itu hanya dongeng saja. Tapi ayahku mengatakan bahwa itu adalah kebenaran,” jawab Elis seraya mengenang kembali sosok ayahnya.“Kelihatannya memang benar dugaanku. Tapi kenapa, kapan, siapa dan dimana orang yang telah melakukan sihir terlarang itu?” batin Nata.“Lalu apa yang terjadi kepada mereka?” tanya Nata lagi dengan nada serius hingga membuat Elis keheranan.“Kalau tidak salah, ayah bilang kalau seluruh Pentagram lenyap hanya dalam
Baca selengkapnya
Bab 06: Sihir Andalan
Prajurit yang dibawa Daiats mulai kebingungan karena tidak mengetahui arah dari serangan Nata yang dengan lincah terus bergerak ke sana kemari menyerang para prajurit itu secara acak. Meski begitu para ksatria itu memang sejak awal sudah ditempa baik fisik dan mentalnya, jadi kadang ada yang bisa menangkis serangan Nata, kadang serangan Nata juga tidak berdampak sama sekali.“Kemampuan mereka memang luar biasa, sejak awal mereka memang sudah biasa dengan pertarungan jarak dekat,” batin Nata setelah serangan pisau anginnya ditangkis oleh salah satu prajurit yang hendak diserangnya.“Meski aku sudah berlatih keras selama setahun ini untuk menutupi setiap kekuranganku, tapi kelihatannya memang masih belum cukup jika harus berhadapan yang sejak awal selalu melatih fisiknya. Ditambah lagi zirah yang mereka kenakan benar-benar mengurangi dampak serangan sihirku. Satu-satunya cara melukai mereka adalah dengan sihir penetrasi tinggi seperti tombak angin atau pisau an
Baca selengkapnya
Bab 07: Kematian Si Pembantai
"Like the fury of the dragon, a fire that will burn for thousands of years. Dragon Fire!” teriak Daiats. Tepat dari depan tubuh Daiats muncul sebuah lingkaran api, udara di sekitar tempat itu semakin panas. Bahkan tangan Daiats juga mulai melepuh karena belum sempurna menguasai sihir yang akan digunakannya itu.Suara api yang menjilat-jilat membuat pasukan yang dibawa Daiats ketakutan, Nata menggerakan kakinya hingga pasukan musuh yang masih hidup tertutup oleh tanah dan bebatuan sama seperti yang terjadi kepada Elis. Dari lingkaran api di depan Daiats itulah menyembur api yang melesat cepat dan melebar layaknya ombak.“Sihir yang sesungguhnya? Kau bahkan tidak tahu makna sejati dari kekuatan yang namai sihir,” gumam Nata dengan tenang menatap lautan api yang bergerak ke arahnya.Nata menghirup udara dalam-dalam lalu merentangkan tangan kirinya ke depan dengan telapak tangan terbuka. Udara di sekitar Nata
Baca selengkapnya
Bab 08: Keputusasaan
“Elis,” ucap Nata sembari memegang kedua bahu Elis dan menggerakannya. Elis tidak berkata sepatah katapun, tatapannya masih kosong, meskipun tubuhnya digerakan oleh Nata tapi dia tidak menggerakan anggota tubuhnya sedikitpun. Nata hanya menghela nafas dalam, kelihatannya situasi yang dilihatnya ini membuat mentalnya langsung lemah dan syok.“Sungguh menyedihkan sekali nasibmu, Elis,” kata Nata seraya memangku tubuh Elis dan membawanya ke sebuah rumah yang terlihat masih utuh.Nata membaringkan tubuh Elis di atas tikar setelah membersihkan debunya. Nata menempelkan tangan kanannya di kening Elis yang terlihat setengah sadar, tatapan matanya masih kosong melihat langit-langit. Nata mulai menggunakan sihir healing tingkatan Tri untuk menenangkan Elis.Gradasi cahaya berwarna kuning menerangi seisi rumah. Perlahan mata Elis bergerak, tubuhnya terlihat lebih tenang sampai airmatanya juga berhenti mengalir
Baca selengkapnya
Bab 09: Keputusan
Nata hanya duduk di samping Elis seraya menyandarkan kepala Elis ke bahunya. Langit yang kelabu seolah menjadi saksi betapa merananya hati Elis saat ini. Cukup lama Elis menangis sampai akhirnya dia mulai tenang, Nata menyarankan agar Elis segera makan sebab sejak tadi siang dia belum makan sedikitpun. Elis hanya mengangguk pelan sembari menyeka airmatanya. Nata sendiri langsung ke dalam rumah untuk membawa makanan dan air, saat kembali ke luar rumah tampak Elis sedang menimang-nimang liontin milik ibunya. Nata hanya tersenyum sembari meletakan air dan makanan di tanah.“Mau aku bantu memakainya?” tawar Nata sambil tersenyum. Elis hanya mengangguk pelan dan memberikan liontin tersebut kepada Nata, dengan hati-hati dia mulai memakaikan liontin itu di leher Elis.“Nata,,” ucap Elis dengan lirih selagi Nata memasangkan liontin di lehernya.“Ya?” jawab Nata.“Maukah kau men
Baca selengkapnya
Bab 10: Elemen Sihir
Nata dan Elis berjalan beriringan, mereka tampaknya sudah agak jauh dari desa Nalangsa. Nata terlihat terus memperhatikan sekelilingnya dengan waspada, dia tidak menurunkan kewaspadaannya meskipun tidak ada hal mencurigakan yang terlihat. Yang ada di depan mereka hanyalah pepohonan besar nan rindang. “Kelihatannya Kerajaan Irish ini daerahnya memang didominasi oleh hutan,” ujar Nata.“Aku sering dengar dari pengembara yang datang ke desaku kalau di daerah selatan Kerajaan memang masih banyak hutan. Tapi katanya kalau di daerah sebelah utara kerajaan hutan memang sudah sangat jarang,” timpal Elis.“Begitu ya,” ucap Nata yang tak ingin lagi memperpanjang percakapannya, dia khawatir nanti Elis malah akan curiga sebab pengetahuannya tentang daerah di Kerajaan Irish sangat kurang. Padahal dia sendiri mengaku sebagai seorang pengembara.“Baiklah mungkin di sini,” kata Nata sembari m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status