Tubuh Lion terkulai lemas dan ambruk ke lantai, Nata menghela nafas panjang lalu menatap tangan kirinya sendiri yang gemetar setelah menghabisi seluruh keluarga biadab Leonard. Meskipun mereka adalah orang-orang biadab dan keji, tapi mereka tetaplah manusia. Sebagai sesama manusia tentunya Nata juga merasa iba, kadang dia berpikir mungkin orang-orang seperti itu bisa berubah sikapnya menjadi lebih baik. Tapi itu hanyalah kemungkinan tanpa adanya jaminan, dia tidak akan mengulangi kesalahannya lagi di masa lalu.
“Aku pikir setelah kami mengalahkan Sang Raja Ketamakan di masa lalu, aku tidak perlu melakukan hal ini lagi,” ucap Nata sambil menatap telapak tangan kirinya lagi.
“Sampai kapan aku harus melakukannya? Apakah memang di dunia ini tidak ada yang namanya kedamaian?” pikir Nata sembari menghela nafas dalam, perlahan kakinya kembali melangkah meninggalkan ruangan tempat seluruh keluarga Leonard tewas.
Nata berjalan perlahan di perbatasan Kota Lheas yang sudah hancur lebur, di sekelilingnya tampak warga Kota Lheas sedang mengantri untuk mendapatkan harta benda keluarga Leonard sebagai ganti rugi harta benda mereka yang lenyap imbas dari kehancuran Kota Lheas akibat sihir tingkat tinggi yang digunakan Julian.Tentunya orang yang membagikan harta benda tersebut bukanlah para pengembara, mereka hanya diberi tugas untuk membawa harta benda dari kediaman keluarga Leonard saja sesuai dengan rencana yang dibuat oleh Nata. Tapi kelihatannya rencananya berjalan sesuai yang dia harapkan, Nata hanya tersenyum melihatnya dia benar-benar kagum karena para pengembara itu melakukan semuanya sesuai dengan yang dia rencanakan.“Maafkan aku karena menyerahkan Elis kepadamu,” ucap Nata kepada Lia yang masih menggendong Elis di punggungnya.“Tidak apa-apa, ini tidaklah seberapa dibandingkan pekerjaanku di keluarga Leonar
Nata dan Lia yang membawa Elis akhirnya sudah sampai di kota yang berada di dalam wilayah kekuasaan keluarga bangsawan Whale di sebelah barat Kerajaan Irish. Nata memutuskan untuk beristirahat di kota itu sembari menunggu Elis sadarkan diri. Lia menawarkan untuk menyewa penginapan saja, sebab dia tidak tega jika membiarkan Elis tidur di luar dengan keadaan seperti itu.Nata menyetujui usul dari Lia tersebut, tapi dia memilih untuk tidur diluar saja. Lia akhirnya membawa Elis ke sebuah penginapan murah dan membaringkannya di tempat tidur, sebagai penyihir keluarga bangsawan tentunya Lia memiliki uang yang cukup untuk menyewa penginapan mewah, tapi Nata menyarankan dia untuk menyewa penginapan murah saja sampai Elis sembuh untuk menghemat uang yang Lia miliki.Esok harinya Nata berkeliling kota untuk mencari informasi yang mungkin berguna, namun saat sedang berkeliling dia mendengar desas desus tentang hancurnya Kota Lheas yang ternyata sudah
Seminggu lebih mereka sudah berjalan dari wilayah kekuasaan keluarga Whale di barat, mereka juga sudah melewati wilayah kekuasaan keluarga Trisha yang ada di barat daya Kerajaan Irish. Kini mereka sudah berada di perbatasan wilayah kekuasaan keluarga Suherman. Perjalanan mereka cepat berlalu karena Lia menggunakan uangnya untuk membeli sebuah kereta kuda, hal itu dilakukan agar perjalanan mereka tidak terlalu menarik kecurigaan dari orang-orang di kota yang mereka lewati.Mereka bertiga akhirnya sampai di sebuah kota bernama Cisapi, karena waktu sudah hampir malam mereka memutuskan untuk beristirahat di sana menunggu pagi tiba. Mereka bertiga juga sudah merubah kembali penampilan mereka, Kini Nata tidak lagi menutupi mata sebelah kirinya melainkan menggunakan ikat kepala di keningnya.Hal itu dikarenakan poster buronan Nata dan Elis yang dulu digunakan keluarga Leonard kini sudah tersebar di seluruh Kerajaan Irish. Pihak kerajaan menyatakan
“Ya, itu memang saya,” jawab Nata tanpa ragu sambil tersenyum.Sejak poster buronan miliknya tersebar di kerajaan, dia sudah memperkirakan banyak hal yang kemungkinan akan terjadi dan kejadian ini termasuk ke dalam salah satu kemungkinan yang sudah dia perkirakan. Sementara itu pria yang memiliki bekas luka di pipi kanannya hanya memandang wanita di sampingnya seakan tidak percaya ada buronan yang mengaku bahwa dirinya memang buronan.“Baru kali ini kami bertemu buronan kerajaan yang langsung mengaku,” kata pria itu, dia bernama Purna Sayogya, sementara wanita di sampingnya bernama Elena.“Aku rasa tidak masalah jika aku mengaku kepada kalian, bukankah begitu orang-orang dari kelompok Abelia?” tukas Nata sambil tersenyum.“Eh?” gumam Elena seraya menatap Purna seakan tidak percaya bahwa pria di depannya tahu identitas mereka yang sebenarnya.&nbs
“Kenapa anda tahu tentang hal itu?” tanya Purna, dia tidak bisa menahan rasa penasarannya.“Hehehe.. aku rasa setiap orang akan berpikir seperti itu. Akan sangat aneh jika kelompok paling dicari oleh Kerajaan Irish masih bisa bersembunyi dengan aman di wilayah kerajaannya sendiri jika tanpa bantuan orang penting di kerajaan. Tidak masuk akal kelompok yang dianggap sangat berbahaya tidak bisa ditemukan lokasinya, padahal Kerajaan Irish sudah bekerja sama dengan kerajaan lainnya untuk mencari kalian,” tutur Nata sambil tersenyum.“Lebih masuk akal kalau ada orang dari pihak kerajaan sendiri yang terlibat dalam perlindungan kalian, meskipun aku tidak tahu keluarga bangsawan mana yang melindungi kalian,” sambung Nata sambil tersenyum.“Cara berpikir anda memang mengesankan, apa yang anda katakan memang benar dan masuk akal. Hanya saja orang biasa pasti tidak akan berpikir sampai seja
Esok paginya Elis dan Lia berlatih kemampuan sihir mereka bersama beberapa penyihir kelompok Abelia lainnya, sementara Elena sedang pergi untuk menjemput beberapa anggota kelompok Abelia dengan sihirnya. Nata sendiri masih berada di dalam gua. Rena dan Purna mengajaknya untuk bertemu dengan orang penting di kelompok Abelia, Nata agak terkejut karena dia pikir semua orang penting kelompok Abelia sudah bertemu dengannya pada malam tadi.Purna bilang kalau orang yang akan ditemui oleh mereka adalah salah satu penyihir utama Kerajaan Irish yang dahulu melindungi permaisuri dan putrinya, kini dia hanya bisa terbaring di tempat tidurnya karena sudah terlalu tua dan sakit-sakitan. Mereka bertiga berjalan menuju sebuah ruangan, di dalamnya tampak seorang kakek tua sedang terbaring di tempat tidurnya. Dia hanya ditemani oleh dua orang anggota kelompok Abelia yang bertugas merawatnya.“Apa anda bisa menyembuhkannya?” tanya Rena kepada Nata
“Ada apa tuan?” tanya Elis dengan tatapan bingung.“Apakah kau putri Hadi dan Ria?” tanya Sebastian yang terus memegang bahu Elis.“Eh?” gumam Elis, dia sangat kaget karena nama yang disebutkan oleh Sebastian adalah nama kakek dan neneknya.“Mungkin tuan salah orang,” ucap Elis.“Tidak mungkin, kau sangat mirip dengannya,” sanggah Sebastian, Elena dan Purna serta Lia terlihat kebingungan dengan tingkah Sebastian. Elis sendiri termenung cukup lama, dia pikir mungkin ada baiknya jika dia mengatakan kalau nama-nama yang disebut Sebastian adalah kakek dan neneknya.“Tapi itu memang bukan nama ayah dan ibu saya, itu nama kakek dan nenek saya. Tapi tuan kelihatannya salah orang,” jelas Elis.Sebastian tampak tersenyum mendengarnya, dia kemudian menyebutkan ciri-ciri kakek dan nenek Elis untuk m
Nata hanya terdiam saat Whis melesat dan mengayunkan pedangnya hendak menebas leher Nata, suara dentingan besi menghantam besi terdengar saat Nata menggunakan pedang angin di tangannya untuk menghalau tebasan Whis. Melihat hal itu Wara, Sata dan Madra juga langsung menghunuskan pedangnya, tapi Nata tidak bergerak sedikitpun dari posisi berdirinya bahkan tidak memberikan serangan balasan ketika Whis melompat mundur.“Arya, kita harus segera menangkapnya. Dia sangat berbahaya, jika dibiarkan maka bukan hanya bangsawan tapi rakyat kecil juga akan dia bantai,” ucap Whis saat melihat Arya tidak menggenggam pedangnya sedikitpun.“Cih, kalau begitu kita saja yang menangkapnya!” kata Whis sambil melesat dan menebaskan kembali pedangnya, tapi Nata kembali menangkis pedang Whis.Kali ini Whis tidak mau mundur, dia langsung melayangkan tendangan kaki kanannya mengincar dada Nata. Tapi dengan mudah Nata