Beranda / Romansa / Sang Luna Terakhir / Bab 2: Kehidupan Baru

Share

Bab 2: Kehidupan Baru

Penulis: ID Johnson
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-31 15:08:22
River

"Dorong! Hanya beberapa kali dorong lagi, maka dia akan lahir!"

Suara ibunya terdengar dari dalam ruang bersalin di Pusat Penyembuhan Kawanan Serigala Melolong yang membantu menenangkan Alpha River Granite saat River menunggu bersama Beta-nya, Allen Stead, yang mondar-mandir di sepanjang lorong kecil di luar pintu.

"Kau bisa masuk, kok," ucap River pada temannya. "Samantha itu istrimu. Tidak ada apapun di dalam sana yang belum pernah kau lihat."

"Ha!" kata Allen sembari berhenti di kejauhan dengan berkacak pinggang. "Ada banyak hal di dalam sana yang belum pernah kulihat. Selain itu, ibumu berhasil menenangkan Sam. Kalau aku masuk ke sana, aku hanya akan menghalangi. "

"Allen, dia itu istrimu. Dia sedang melahirkan putramu." River berdiri dan melangkah menghampiri temannya. "Masuklah!" Dia membuka pintu sambil mendorong Allen masuk, tepat saat Sam menjerit kesakitan.

River melangkah menjauhi pintu tanpa melirik ke dalam, tak keberatan membiarkan ibunya, Patricia, yang mengemban peran sebagai Luna, menangani urusan ini bersama sang bidan, Nancy. Kedua wanita itu sangat kompeten dalam membantu proses persalinan. River tidak akan berada di sana jika si calon ayah bukan sahabat dan Beta-nya. Dia tidak keberatan menyerahkan tanggung jawab semacam ini kepada ibunya. Soal melindungi kawanan, pelatihan, penyelesaian sengketa tanah, hal-hal semacam itu siap dia tangani. Tapi tidak urusan ini. Inilah yang disebut pekerjaan untuk Luna.

Sayang sekali dia tidak punya Luna sendiri. Kecuali ibunya. Ibunya hebat--tapi dia sudah siap melimpahkan tugasnya, namun tidak ada orang yang bisa menerima limpahan tugas itu.

Pikiran River spontan teralihkan ke dugaan kutukan yang dilayangkan ke semua kawanan di wilayah mereka sekitar dua puluh tahun yang lalu, kutukan bahwa tak akan ada lagi wanita kuat yang lahir dari Alpha atau Beta sampai pria mulai menyadari arti penting wanita. Dia tidak tahu apakah memang ada kutukan penyihir itu atau hanya nasib buruk, tetapi sejauh ini, tidak ada satu pun wanita yang lahir selama dua dekade. Satu-satunya wanita yang cocok memimpin berdasarkan keturunan adalah Ellie Knight, tapi dia tidak tertarik untuk menikah. Dia menegaskan itu kepada semua orang.

Beberapa menit setelah River memaksa Allen masuk ke kamar, teriakan lain membahana, tangisan bayi yang baru lahir. Senyum mengembang di wajah River sembari membayangkan bayi mungil yang terbungkus selimut dan berbaring di dada ibunya. Dia bisa membayangkan Sam, bersimbah keringat dan tersengal-sengal namun memancarkan rona kasih sayang, dengan Allen di sampingnya. Dia senang temannya tidak melewatkan momen itu. Suatu hari nanti, River berharap akan memiliki anak sendiri. Tetapi dia harus menemukan wanita yang layak terlebih dahulu, dan karena hal itu tidak mudah, dia menyingkirkan seluruh kemungkinan itu dari pikirannya, setidaknya untuk saat ini.

Tidak lama setelah bayi itu mulai menangis, ibunya keluar, tampak lelah tetapi memancarkan kegembiraan.

"Bayinya laki-laki!" kata Patricia sambil mengatupkan kedua tangannya. "Si ibu dan bayi Simpson baik-baik saja."

River tersenyum ketika menyadari Allen menamai putranya atas nama mendiang ayahnya. Allen sangat dekat dengan ayahnya. Sebuah tragedi yang sangat mengerikan ketika Simpson Stead dan ayah River sendiri, Lake, terbunuh dalam serangan ketika kedua anak itu masih remaja. Mereka berdua langsung menggantikan posisi ayahnya, tetapi tidak sehari pun mereka lewatkan tanpa membicarakan orang-orang hebat yang diambil terlalu cepat itu.

"Bisa antar Ibu?" kata Patricia sambil menunjuk ke arah pintu yang menuju keluar dari Pusat Penyembuhan. River tak keberatan menemani ibunya kembali ke rumah, terutama karena letaknya searah dengan kantornya, tempat yang dia tuju berikutnya.

"Ibu hebat tadi, Bu. Ibu memang ahli menenangkan para wanita." River tersenyum padanya, dan mata hijau ibunya, hampir serona dengan matanya, berbinar. Dia mewarisi rambut pirang ayahnya, tetapi rambut cokelat muda ibunya tidak terlalu jauh dari warna rambutnya. Dia mewarisi tulang pipi tinggi ibunya tetapi keseluruhan wajahnya mewarisi wajah ayahnya. Rahang bagaikan dipahat, hidung mancung, tatapan tajam. Hampir semua orang yang mengenal Lake memberi tahu River bahwa dia sangat mirip dengan ayahnya, yang selalu membuat dia bangga.

"Terima kasih, Nak," kata Patricia sambil merangkul lengan anak semata wayangnya. "Ibu suka membantu para wanita ketika mereka dalam situasi yang sulit dan penuh tekanan. Tapi... seperti yang kau tahu... Ibu tidak akan bertambah muda."

"Ah, mulai lagi," kata River sambil tertawa kecil, meskipun dia tidak benar-benar menganggap itu lucu. Dia tidak ingin ibunya membahas topik itu lagi, terutama karena kelahiran seorang bayi sudah cukup mengingatkannya.

"Sekadar mengingatkan... sudah waktunya, kan? Kita harus mengadakan Pesta Dansa Dewi Bulan dan menemukan Luna yang kau butuhkan untuk membantu meneruskan tradisi kawanan begitu Ibu sudah tiada."

"Ibu, kita sama-sama tahu, bahwa memang tidak ada Luna yang bisa ditemukan," ucap River padanya saat mereka melewati sekumpulan anak yang sedang bermain bola. Mereka terlalu sibuk sampai tak melihat pemimpin mereka lewat selagi berteriak dan saling balas menendang bola berwarna merah. River tersenyum, mengingat masa-masa ketika tak ada beban dalam pikirannya sama sekali.

"Kau tidak akan tahu jika tidak mencoba," ucap Patricia kepada River ketika mereka sampai di rumah kecilnya yang tidak jauh dari rumah River atau dari Pusat Kesehatan. Dia ingin siap jika seseorang membutuhkannya, dan dia selalu siap.

"Aku akan memikirkannya, Bu," janjinya, bukan untuk pertama kalinya. River membungkuk untuk mencium pipi ibunya, dan Patricia menghela napas pelan karena kalah.

"Baiklah," katanya. "Tapi jika ada kesempatan, maukah kau berjanji akan mencobanya, Nak? Ibu yakin istrimu, Luna-mu, ada di luar sana sedang menunggumu. Dan... kau juga tidak akan bertambah muda."

"Usiaku masih dua puluh enam tahun!" ucapnya.

Patricia mengangkat bahu. "Anak Ibu sudah berusia tiga tahun saat seusiamu. Sekadar memberi tahu saja."

River menggelengkan kepala dan mengelus rambutnya. "Jika ada kesempatan, akan kuambil," janjinya pada ibunya, tanpa terlalu memedulikan ucapan itu karena tidak mungkin ada peluang bertemu seorang wanita yang tidak ada.

"Hanya itu yang bisa Ibu minta," kata Patricia sambil menghela napas sebelum berbalik dan menaiki tangga menuju rumah kecilnya.

River tertawa dan menggelengkan kepalanya karena mengetahui ibunya akan memperlakukan anak Allen seperti cucunya sendiri karena dia sangat menginginkan bayi dalam keluarga sendiri.

River menuju ke kantornya untuk mengurus urusan yang tersisa hari ini, mengesampingkan pikiran mengenai peluang bertemu Luna saat dia fokus memikirkan ancaman kawanan lain di daerah itu dan langkah yang bisa dia lakukan untuk memastikan persekutuannya dengan mereka semua sama-sama kuat. Dia beruntung ada ibunya yang menangani urusan Luna karena seluruh waktu dan usahanya sudah tersita untuk menangani tugas Alpha, dan di bidang itulah dia paling ahli.

Dia memberi Allen libur beberapa hari untuk menemani istri dan bayinya, meminta salah satu Omega, seorang pemuda bernama Brett, untuk menggantikannya. Ketika dia membuka pintu kantornya, Brett sudah ada di sana, berdiri di dekat meja River, tangannya terlipat, wajahnya menunjukkan raut serius.

"Ada apa?" tanya River.

Bret menggelengkan kepala. "Aku baru saja dapat kabar dari serigala yang berpatroli di perbatasan utara kita. Kita punya masalah."

River berusaha memasang wajah tanpa ekspresi, tapi itu kabar buruk. Perbatasan utara yang dipakai bersama dengan kawanan yang dikenal sebagai Serigala Menangis, yang namanya tidak didapatkan karena mereka pengecut. Mereka sekelompok pelolong ganas ketika mereka bertekad. Sambil menarik napas dalam-dalam, dia berjalan ke belakang mejanya, duduk, dan berkata, "Ceritakan semuanya."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sang Luna Terakhir   Bab 20: Obrolan di Hutan

    River'Bajingan itu mengalahkanku.' River duduk di luar di teras belakang kabin tempat dia tinggal, memandang ke arah hutan, menyesap bir, mencoba mencari tahu bagaimana Blade berhasil mengalahkannya. Pasti ada sesuatu yang dia simpan atau ada di sakunya, tetapi River tidak dapat membuktikan apa pun, dan Beta Andrew mengklaim bahwa dia telah memeriksa semuanya dengan cermat sebelum, selama, dan setelah acara, dan tidak menemukan apa pun. Jadi... yang bisa dia lakukan hanyalah berusaha lebih baik lagi di acara berikutnya, yang akan diadakan lusa. Itu adalah perlombaan, dan River tahu dia tangkas. Selama Blade tidak menemukan cara untuk curang, River bisa menang. Jika itu masalahnya, dia setidaknya akan imbang dengan Blade untuk tempat pertama dalam pertarungan.Butuh banyak waktu bagi seseorang untuk mengalahkan River dalam pertarungan satu lawan satu. Blade benar-benar harus melakukan kecurangan untuk melakukannya.Setelah menghabiskan birnya, dia memutuskan untuk berjalan-jalan

  • Sang Luna Terakhir   Bab 19: Melambungkan Kayu

    Ellie"Ada yang tidak beres," kata Ellie, mencondongkan tubuh ke ayahnya."Apa yang kamu bicarakan?" Michael bertanya, masih bersorak bersama dengan banyak orang pada lemparan luar biasa yang baru saja dilakukan Blade. "Itu adalah lemparan terjauh yang pernah aku lihat.""Ya, itu benar," Ellie setuju. "Sebuah lemparan yang lazim seperti lemparannya yang lain. Dan... dia bertingkah aneh."Michael menatap Ellie penuh tanya dan kemudian menggelengkan kepalanya. "Sayang, aku tahu dia bukan favoritmu, tetapi jika dia menang, dialah pemenangnya. Kamu setuju untuk mengadakan turnamen ini, ingat? Kamulah yang tidak ingin Moon Goddess memilihkan atau memilih sendiri. Jangan protes sekarang jika segala sesuatunya tidak berjalan seperti yang kamu inginkan.""Protes?" Ellie mengulangi, matanya melebar. Dia tahu arah pembicaraan ayahnya. Ayahnya sama saja berkata, "Aku ingin kamu tahu bahwa aku mungkin tidak terlalu bersungguh-sungguh, tapi aku benar-benar marah kepadamu," nada yang serin

  • Sang Luna Terakhir   Bab 18: Lomba Melempar

    RiverKesombongan Blade memuakkan. Saat River menyaksikan Alpha lainnya menguji berat balok kayu yang akan dia lempar ke tangannya, dia harus berusaha untuk tidak mengejek pria itu. Dia bertindak seolah-olah ada semacam ilmu untuk melakukan hal ini, beberapa teknik yang dia pelajari bertahun-tahun sebagai pelempar kayu ketika semua orang tahu tidak ada satu pun dari peserta turnamen yang memiliki banyak pengalaman dalam urusan melempar kayu melintasi padang rumput terbuka.Blade maju ke garis, dan Beta Andrew berteriak, "Lempar sesuka hati!" sambil berjalan mundur. River menahan tawa. Mereka berusaha sangat keras untuk membuat turnamen ini tampak resmi, seperti Olimpiade untuk siluman serigala, tapi itu semua agak konyol. Ulysses, yang berdiri di sebelah kanan River, kesulitan menahan tawa dan berpura-pura batuk, yang membuatnya tersedak.River memukul punggung Ulysses saat Blade berbalik dan memelototi mereka berdua. "Jangan coba-coba menggangguku!""Maaf," kata River untuk k

  • Sang Luna Terakhir   Bab 17: Turnamen Dimulai

    Ellie"Bagaimana kabarmu, sayang?" Ayahnya memanggil saat Ellie bertemu dengannya di lapangan tempat kontes pertama akan diadakan. Ellie dipenuhi dengan kegembiraan saat ayahnya merangkul lehernya. "Turnamen sebentar lagi dimulai dan akhirnya kamu ada di sini.""Baik, Ayah," katanya, sambil balas memeluk ayahnya. Jelas ayah Ellie bangga dengan turnamen yang dia adakan, dan dia telah melakukan segala sesuatunya dengan baik. Stan-stan dipadati oleh orang-orang yang siap untuk menyaksikan acara pertama, lempar kayu, seperti yang ayah Ellie sebutkan tadi. Sebagian besar dari penonton berasal dari kawanannya sendiri, tetapi Ellie juga melihat wajah-wajah yang tidak asing baginya di antara para tamu. Wajah ibu River menarik perhatiannya. Ellie melambai pada Patricia, yang selalu begitu baik, dan Patricia tersenyum dan balas melambai."Sekarang, aku mempersilakan Beta Andrew menjalankan kontes ini sehingga aku bisa menikmatinya bersama putriku yang cantik," jelas Michael.Di belakang

  • Sang Luna Terakhir   Bab 16: Kecemburuan

    RiverMengetahui bahwa Ellie ke luar untuk berlari bersama Ulysses pagi itu membuatnya merasa sedikit cemburu saat melihat Ellie pulang dari hutan bersama seorang Alpha yang tampan. River berada di lapangan turnamen, bersemangat dan datang awal, mempersiapkan acara pertama kompetisi. Dia mencoba mengalihkan pikirannya dari wanita yang menjadi tuan rumah kontes itu dan dia merasa persiapannya ternyata terasa lebih sulit daripada yang pernah dia pikirkan saat dia pertama kali menyetujui bujukan ibunya untuk mengikuti turnamen ini. Sekarang, melihat wanita jangkung berambut pirang itu dengan anggun berjalan bersama pria lain melintasi lapangan membuat otot-ototnya menegang dan matanya menyipit. Dia harus mengalihkan pandangannya.Padahal itu bisa jadi motivasi yang kuat. Kemenangan selalu menjadi kekuatan penyemangat bagi River, tidak peduli apa pun permainannya. Saat dia bermain kartu dengan teman satu kawanannya, bermain video game dalam tim, atau bermain basket dengan Beta-nya, dia

  • Sang Luna Terakhir   Bab 15: Berjalan-jalan dengan Teman

    Ellie"Apakah lari ini adalah ide darimu?" Ellie bercanda saat dia berjalan bersama Ulysses melewati hutan di pagi hari. Matahari baru saja terbit, dan indah sekali melihat warna-warna langit terpantul dari kilau embun di atas dedaunan musim gugur."Tidak, tidak," kata Ulysses. Mereka berjalan dengan kecepatan yang cukup cepat, tetapi mereka jelas tidak berlari. "Jika aku berlari, lututku akan bengkok, Ellie."Pernyataannya membuat Ellie tertawa. Senang rasanya mendengar Ulysses menyebut namanya seperti itu, seolah-olah mereka adalah teman lama. Sementara Ellie menghargai teman-teman yang dia miliki, "adik laki-lakinya" kadang-kadang agak tidak dewasa, selain itu, Shelby selalu ingin membicarakan Carl. Mengobrol dengan Ulysses terasa menyejukkan, bahkan jika napasnya tidak tersengal-sengal akibat latihan khusus ini, dia bahkan tidak merasa perlu melakukan peregangan setelah selesai."Jadi... apa yang membuatmu memutuskan untuk ikut turnamen gila ini?" Ellie bertanya saat mereka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status