Share

Bab 10

Author: Abimana
Apa-apaan ini?

Arjuna mengerutkan kening, lalu bertanya, "Disa, apa yang kamu bicarakan? Memangnya kalau aku yang mengangkat, pemerintah akan mengutus orang untuk menangkap Daisha?"

"Huh!" Disa mendengus. "Berpura-pura bodoh? Apakah otakmu benar-benar bermasalah?"

Astaga!

Arjuna kaget. Jadi, itu benar?

Ingatan Arjuna yang sebelumnya sangat terbatas, dia benar-benar tidak mengingat hal ini.

Aneh sekali negara ini, laki-laki tidak boleh bekerja?

Tidak heran jumlah laki-lakinya sangat sedikit.

Sebenarnya, pria di Kerajaan Bratajaya boleh bekerja keras. Selain itu, pria yang kuat juga dianggap keren.

Namun, tidak normal jika Arjuna menenteng kotoran sapi, sedangkan Daisha kembali dengan tangan kosong.

Laki-laki di Kerajaan Bratajaya bagaikan bangsawan, mereka merasa bahwa perempuan dilahirkan untuk melayani laki-laki. Jika Arjuna membawa sesuatu, sedangkan tangan Daisha kosong, perempuan itu pasti akan dihujat oleh penduduk desa, bahkan diadukan ke pemerintah oleh lelaki di desa. Pada saat itu, Daisha akan dicambuk sebanyak setidaknya dua puluh kali.

Dengan tubuh Daisha saat ini, dia tidak mungkin bisa menahan cambukkan dari pejabat pemerintah.

Arjuna tidak tahu apa-apa. Selain khawatir seseorang akan mengadukannya ke pemerintah, Daisha juga ingin membuktikan kepada Arjuna bahwa dia masih bisa mengangkat kotoran sapi walau kakinya tidak leluasa.

Setelah Arjuna tersadar dari lamunannya, dua bersaudari itu sudah berjalan pulang.

"Hei, tunggu aku." Arjuna buru-buru mengambil sekop, lalu menyusul.

Peralatan besi sangat langka di era ini, bisa dengan mudah dicuri jika tidak dibawa pulang.

"Tuan, apa yang kamu lakukan dengan semua kotoran sapi ini?" tanya Daisha setelah mereka kembali ke rumah dan meletakkan kotoran sapi.

"Membakarnya."

"Bakar?" Kotoran bisa dibakar? Daisha berkutat dengan kompor setiap hari, tetapi dia tidak mengetahuinya.

"Membual lagi," komentar Disa, lalu dia mendengus.

"Hm." Arjuna tersenyum sambil mengangguk. "Nanti juga harus ditiup." Meniup akan membuat kotorannya terbakar lebih cepat.

Ketika Arjuna membakar kotoran sapi, membuat dapur menjadi hangat, Disa dan Daisha pun melongo.

"Tuan, bagaimana kamu tahu kalau kotoran sapi bisa dibakar? Tidak bau juga saat dibakar." Daisha memandang kotoran sapi yang ada di bawah kompor dengan takjub.

"Uh ...." Arjuna benar-benar tidak tahu bagaimana menjelaskannya.

Jika Arjuna mengatakan bahwa dia mengalami transmigrasi zaman, mereka pasti tidak mengerti, juga tidak akan memercayainya.

"Aku tahu, Tuan! Apakah kamu bertemu dengan Dewa Gunung ketika jatuh ke jurang? Dewa Gunung yang memberitahumu, bukan?" tanya Daisha dengan gembira, bahkan sedikit melompat.

Daisha, yang memiliki temperamen pendiam dan lembut, jarang sekali terlihat begitu ceria. Di bawah cahaya api, wajahnya yang cantik dan lembut berubah menjadi merah, seperti buah persik yang baru matang.

"Uh ...." Arjuna menyentuh kepalanya lalu tersenyum. "Betul, betul, aku bertemu dengan Dewa Gunung."

Daisha mendongak untuk melihat Arjuna, kemudian dia segera menunduk lagi.

Arjuna tidak pernah tersenyum seperti itu padanya.

Dia terlihat tampan saat tersenyum.

Malam harinya, setelah mengusir Raditya, Arjuna mandi lalu berganti pakaian. Dia terlihat lebih segar.

Disa, yang berdiri di samping, mendengarkan percakapan antara Arjuna dan Daisha. Meskipun ekspresinya melembut, raut wajahnya masih tampak dingin.

Dia tidak emosional seperti Daisha. Sejak dia menikah dengan Arjuna, pria ini selalu malas dan jahat. Sekarang pria itu tiba-tiba menjadi baik setelah jatuh?

Disa agak tidak percaya.

Jika Arjuna berani menjual Daisha, Disa pasti akan memanahnya.

Arjuna merasakan tatapan Disa yang tajam.

Dia baru saja mengalami transmigrasi zaman langsung memiliki seorang istri yang menginginkan nyawanya.

Transmigrasi zaman yang dia alami sungguh tidak biasa.

Suhu pada malam hari jauh lebih rendah dibandingkan siang hari. Arjuna berjongkok, lalu segera menambahkan kotoran sapi ke bawah kompor. Dia ingin membuat perapian makin besar, kemudian lanjut mengambil kotoran sapi.

"Oke, apinya sudah cukup besar." Arjuna menyeka tangannya, lalu berdiri.

”Hihi!"

Begitu Arjuna berdiri, Daisha pun terkikik melihat wajah pria tersebut.

"Dik Daisha!" Disa buru-buru menarik Daisha.

"Tuan, maaf, saya sudah berperilaku tidak pantas." Daisha buru-buru menundukkan kepalanya.

"Tuan, Dik Daisha tidak sengaja. Tolong jangan menghukumnya."

Disa juga menundukkan kepalanya, tubuh kedua perempuan itu sedikit gemetar.

"Hei, jangan takut padaku, aku benar-benar tidak akan memu ...." Arjuna tiba-tiba terdiam. Gemetarnya kedua perempuan ini agak berbeda dari sebelumnya. Sepertinya bukan karena takut pada Arjuna, melainkan ....

Arjuna tiba-tiba menurunkan tubuhnya, lalu mengangkat kepalanya untuk melihat wajah mereka.

Ternyata mereka sedang menahan tawa.

Mereka sedang tertawa.

Arjuna tanpa sadar menyeka wajahnya. Seperti yang dia duga, tangannya hitam.

Tadi dia terburu-buru menambahkan bahan bakar ke dalam api sehingga dia tidak menyadari bahwa wajahnya ternodai. Sekarang wajahnya pasti cemong.

"Ternyata kalian ...." Arjuna mengubah nadanya. "Tampaknya sehari tidak memukul kalian akan membuat kalian melupakan posisi kalian."

Nada dingin Arjuna mengejutkan mereka. Perlakuan lembut Arjuna sepanjang hari ini benar-benar membuat mereka rileks. Melihat wajah Arjuna cemong, dua bersaudari itu pun tak bisa menahan tawa.

Saat dia berbicara, Arjuna mengulurkan tangan ke arah mereka.

"Hanya aku yang tertawa, tidak ada urusannya dengan Dik Daisha." Disa melangkah ke depan Daisha.

"Aku tidak peduli, pokoknya menertawakanku maka harus dihukum." Arjuna melayangkan tangannya ke wajah Disa.

Disa secara naluriah memejamkan matanya, wajahnya yang cantik menegang, menantikan mendaratnya telapak tangan Arjuna.

"Plak!"

Disa dengan jelas merasakan tangan Arjuna mendarat di wajahnya.

Namun ....

Tidak sakit?

Tidak sakit!

Disa sontak membuka matanya, pandangannya bertemu dengan mata Arjuna.

Tatapan yang biasanya terlihat bengis itu kini tampak lembut.

"Apakah kamu masih mau tertawa? Masih mau tertawa? Tangan Arjuna mengusap wajah Disa sehingga wajah Disa pun segera menjadi cemong, bahkan lebih kotor daripada wajah Arjuna.

"Tuan ...." Daisha bergegas mendekat. Awalnya dia mengira Arjuna memukul Disa, tetapi ketika dia mendekat, dia menemukan bahwa gerakan Arjuna lembut, wajahnya juga tersenyum.

"Kamu juga!" Tangan Arjuna berpindah ke wajah Daisha.

Saraf Daisha lebih sensitif. Begitu tangan Arjuna menyentuh wajahnya, Daisha merasa geli hingga terkikik.

Melihat keisengan Arjuna dan mendengar tawa Daisha, Disa pun tercenung.

Dia sudah lama tidak mendengar suara tawa Daisha.

Suara Daisha terdengar manis, seperti suara burung di pegunungan, renyah dan merdu.

Disa tiba-tiba merasakan matanya berkaca-kaca. Ketika air matanya mengalir ke bibirnya, Disa merasa asin.

Dia juga tertawa, meski tidak keras.

Semoga ini bukan mimpi.

Semoga besok setelah mereka bangun, Arjuna masih seperti sekarang.

...

Perapian sudah panas, ruangan juga hangat, malam makin larut.

Daisha naik ke atas tempat tidur, merapikan selimut, kemudian meminta Disa untuk masuk ke dalam selimut. Disa berbaring sebentar, lalu Daisha memanggil Arjuna dengan lembut. "Tuan, ayo tidur."

"..."

Tempat yang disediakan oleh Daisha untuk Arjuna adalah di balik selimut yang sama dengan Disa.

Aish!

Arjuna menggaruk kepalanya.

Dia merasa sedikit gugup.

Sebagai pria normal, Arjuna tidak mungkin berbaring di ranjang yang sama dengan wanita tanpa melakukan apa pun sepanjang malam.

Terutama ....

Pikiran Arjuna dipenuhi dengan pemandangan Disa yang tadi pulang.

Saat itu, seluruh tubuh Disa dipenuhi keringat karena berlari, pakaiannya juga ....

"Tuan, Tuan!"

Melihat Arjuna tidak mendekat, Daisha pun memanggilnya lagi.

"Ya, ya."

Ketika naik ke tempat tidur, Arjuna mendapati dirinya sedikit gemetar, entah karena gugup atau bersemangat.

Sebenarnya dia belum pernah melakukan "itu" di zaman modern.

Setelah Arjuna naik ke tempat tidur, Daisha tidak turun, tetapi dia juga tidak melakukan apa pun.

Uh ....

Gerakan Daisha dan Disa sangat terampil. Dilihat dari ekspresi mereka bisa diketahui bahwa mereka sering mengerjakan hal ini.

Mereka sudah lama menikah, apakah Arjuna yang sebelumnya tidak pernah menyentuh mereka?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Suroso Kemis
mantap keren
goodnovel comment avatar
Demi Loinenak
Ceritanya bagus,sudah mulai ada interaksi antara mereka.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 810

    Hari kedua setelah mereka berhubungan, Arjuna selalu menyuruh Disa meminum sup obat.Dia bilang kegiatan itu paling menguras energi. Orang seperti Disa yang berlatih seni bela diri harus segera mengembalikan energinya. Kalau tidak, akan terluka parah.Ketika meninggalkan ibu kota, Arjuna secara khusus membawa setumpuk ramuan.Disa ... sempat terharu lama."Ah, Arjuna!"Di dalam kereta, ada seekor kucing betina kecil yang marah.Ayumi hanya menoleh ke belakang sekilas, tidak membuat pernyataan apa pun.Dia sudah terbiasa dengan hal itu. Kali ini bukan pertama atau kedua kalinya kedua majikannya bertarung di dalam kereta. Lagi pula tidak peduli seberapa sengit pertarungan di awal, pada akhirnya ...."Ah ....""Cepat ...."Ayumi mengeluarkan dua genggam kapas dari sakunya untuk menyumbat telinganya.Kereta berguncang hebat untuk waktu yang lama sebelum hening.Ayumi menyerahkan dua teko air seperti biasa.Mereka berkeringat begitu banyak, jadi butuh air.Setelah "bertarung", Disa menjadi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 809

    Selalu ada perpisahan.Ayumi mengangkat cambuk di tangannya, hendak mengemudikan kereta."Ayumi, tunggu sebentar."Nandar menyela, kemudian dia mengeluarkan sebuah pagoda. Pagoda ini berbeda dari yang pernah dilihat Arjuna.Pagoda ini bertatahkan emas dan batu giok.Nandar dengan hati-hati meletakkan pagoda itu di telapak tangan Arjuna, "Suamiku, kelak apa pun yang terjadi, selama kamu mengirim pagoda ini ke Negara Pulantara, seluruh Negara Pulantara akan mendukungmu.""Hal sepenting itu seharusnya bersamamu."Arjuna ingin menolak, tetapi Nandar marah. "Suamiku, kalau kamu tidak menerimanya, artinya kamu tidak menginginkan aku dan anak dalam perutku."Arjuna merasa bahwa semua istrinya memiliki kekurangan yang sama, yaitu keras kepala.Kereta Arjuna telah menempuh perjalanan jauh, tetapi Nandar masih enggan untuk pergi. Dia berdiri di tempat sambil melambaikan tangannya."Suamiku, jangan lupa bahwa kamu memiliki keluarga lain di Negara Pulantara. Di sini ada anakmu dan rakyatmu."Kata-

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 808

    Ada kunang-kunang di Negara Pulantara pada musim ini.Lampu kunang-kunang menerangi seluruh kamar pengantin.Wangi bunga memenuhi ruangan, tirai pun berkibar.Para pelayan pun pergi dari ambang pintu. Nandar berjalan menuju Arjuna tanpa alas kaki selangkah demi selangkah.Saat Arjuna masih linglung, Nandar telah menghampirinya, dengan lembut memegang tangannya, lalu membuka bibir merahnya. "Suamiku, malam pertama sangat penting, jangan sia-siakan waktu yang menyenangkan ini.""Baiklah."Saat ini, tidak peduli siapa orangnya pasti akan menanggapi seperti ini.Arjuna membiarkan Nandar menggandengnya.Setelah mandi, sanggul tinggi di kepala Nandar telah dilepas.Rambut hitamnya berkibar tertiup angin, terus mengenai wajah Arjuna.Wangi yang tak terlukiskan melayang ke hidungnya dari rambut yang lembut itu.Arjuna tak dapat menahan diri untuk tidak menarik napas dalam-dalam.Wangi ini menyerbu setiap bagian tubuhnya. Perlahan, Arjuna merasakan panas yang tak dapat dijelaskan di tubuhnya, m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 807

    Dan semua terjadi begitu saja.Arjuna diseret ke harem oleh sekelompok pelayan, kemudian menggantinya dengan jas pengantin pria khas Negara Pulantara."Hei, gadis-gadis, pelan-pelan." Arjuna berkata dengan tergesa-gesa. "Pernikahan bukanlah lelucon. Aku akan membicarakannya dengan ratu kalian sebelum membuat keputusan menikah."Para pelayan telah berhenti, tetapi Disa mengambil jas pengantin pria dari para pelayan, kemudian langsung memakaikannya pada Arjuna."Bicara apa lagi? Jangan terlalu banyak berpikir. Ratu Nandar sangat lembut dan cantik. Kamu pasti tidak akan rugi kalau menikahinya. Cepat pakai, cepat pakai."Disa tidak bisa mengatasinya sendiri, jadi dia menarik Ayumi.Kedua wanita garang ini bekerja sama, Arjuna tidak punya pilihan selain memakainya.Disa sangat berharap Arjuna segera menikahi Nandar.Nandar cantik dan baik hati, Disa sangat menyukainya. Sebagai ratu Negara Pulantara, Nandar memiliki kekayaan dan pasukan.Meskipun tidak tahu apa gunanya sekarang, Disa merasa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 806

    Melihat Perdana Menteri berlutut, para menteri lainnya pun berlutut."Ratu Nandar!""Hidup Ratu!"Hehe.Arjuna yang melihat dari samping sangat senang.Dia menemani Permaisuri kembali hanya untuk membantunya menyelamatkan orang tuanya. Tak disangka Permaisuri langsung menjadi ratu dari Negara Pulantara.Ketika dia menghadapi para menteri Negara Pulantara, auranya benar-benar berbeda dari sebelumnya, seperti seorang ratu.Permaisuri ... sekarang tidak boleh memanggilnya permaisuri lagi, tetapi harus memanggilnya Ratu Nandar.Tiga hari setelah upacara penobatan Ratu Nandar.Sebagai kontributor utama penobatan ratu, kursi Arjuna tentu saja diatur paling dekat dengan ratu.Upacara penobatan berlangsung megah dan khidmat.Petugas upacara agung berdiri di panggung tinggi, mengumumkan dengan lantang. "Upacara penobatan resmi dimulai!""Woo ....""Woo, woo ...."Pria besar yang berdiri di bawah tembok istana meniup terompet."Moo.""Moo.""Moo."Gajah-gajah yang berbaris dalam satu baris menga

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 805

    "Siapa lagi yang ingin menyelamatkan Thura?!""Siapa lagi yang ingin menyelamatkan Thura?!""Siapa lagi yang ingin menyelamatkan Thura?!"Sang permaisuri bertanya tiga kali berturut-turut.Di aula perjamuan besar, tidak ada yang berani bergerak."Siapa pun ... yang berhasil menyelamatkanku, aku akan menjadikannya sebagai perdana menteri di Negara Pulantara yang dihormati banyak orang."Syarat Thura benar-benar cukup menggoda.Namun aula masih sepi, dan tidak ada yang berani bergegas.Begitu mereka maju, mereka akan langsung menjadi mayat hidup di bawah senjata Permaisuri. Jika kehilangan nyawa, apa gunanya menduduki jabatan perdana menteri?"Siapa ....""Dor, dor, dor!"Begitu Thura berbicara, Permaisuri kembali menembak tangan kirinya."Ah ...."Tangan lainnya hancur. Tidak peduli seberapa kuat mental Thura, dia tidak dapat bertahan lagi. Dia berguling-guling di lantai dan melolong kesakitan.Permaisuri mendekati Thura, membungkuk, lalu melihat kedua telapak tangan Thura yang telah me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status