Share

Bab 9

Author: Abimana
"Tuan, apakah Anda menjatuhkan sesuatu?" tanya Daisha dengan lembut sembari mengekori Arjuna.

"Aku sedang mencari .... Ketemu, ketemu!"

Arjuna berbalik dengan gembira, ada dua benda hitam di tangannya.

Benda itu adalah ....

Kotoran?

Kotoran!

Dua bongkahan kotoran besar, kotoran sapi yang berwarna hitam dan kering.

"Arjuna." Disa memanggil Arjuna dengan nama lagi. Dia melindungi Daisha. "Apa yang ingin kamu lakukan lagi?"

Tangan Daisha menggenggam ujung pakaian Disa, matanya yang seperti bintang penuh ketakutan, napasnya bahkan memburu.

Bulan lalu, Arjuna kalah berjudi. Dia terbangun karena kedinginan di tengah malam, lalu dia melampiaskan kemarahannya pada Daisha. Dia memarahi Daisha yang tidak bisa membuat perapian, kemudian menyeret wanita itu ke dapur, memaksanya memakan jerami.

Jangan-jangan sekarang Arjuna akan dan memasukkan kotoran sapi ke dalam mulutnya?

"Arjuna, kalau kamu menindas adikku lagi, aku akan membunuhmu!"

Disa berteriak dengan marah, dia tampak tidak takut mati.

Dia tidak akan membiarkan kejadian bulan lalu terulang lagi.

Arjuna menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya. "Disa, kamu itu perempuan. Jangan sedikit-sedikit ingin membunuh orang ...."

Saat Arjuna berbicara, Disa menyapukan tangannya ke depan Arjuna.

"Tak!"

Kotoran sapi yang kering pun retak karena jatuh.

"Aku ...." Arjuna merasa menyesal melihat kotoran sapi yang berserakan di lantai. "Sayang sekali barang berharga ini hancur."

Kotoran sapi kering merupakan bahan bakar yang bagus. Di dunianya, para penggembala di padang rumput menggunakan kotoran sapi sebagai bahan bakar. Kotoran yang kering tidak bau.

Mungkin orang-orang di kerajaan ini belum tahu kalau kotoran sapi bisa dijadikan sebagai bahan bakar. Arjuna berjalan menyusuri dan menemukan banyak sekali. Karena sekarang musim dingin, sebagian besar kotoran sapi di tanah sudah kering.

"Tentu saja kamu merasa sayang." Disa menggertakkan gigi sembari berkata dengan marah. "Kamu tidak bisa lagi menggunakannya untuk mengerjai adikku, tentu saja kamu merasa sayang."

"Hah?" Arjuna berdiri, lalu menatap Disa dengan heran. Sesaat kemudian, dia baru mengerti.

"Hei, Disa, kamu salah paham. Daisha begitu lembut dan cantik, aku tidak tega mengerjainya."

Daisha, yang berdiri di samping Disa, mengangkat kepalanya untuk menatap Arjuna, dengan tatapan takut dan curiga. Ketika dia melihat Arjuna juga sedang melihatnya, dia segera menundukkan kepala lagi.

Arjuna menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya. Dia telah membuat Daisha takut lagi.

"Daisha, jangan takut!"

Mendengarkan kata-kata Arjuna, hati Daisha pun bergetar.

Sejak menikah dengan Arjuna, Arjuna tidak pernah memanggil Daisha dengan nama. Dia selalu memanggil Daisha dengan "wanita jalang".

Daisha, Daisha.

Hari ini Arjuna telah memanggilnya beberapa kali. Selain itu, suaranya terdengar lembut dan rendah.

Sebelumnya Daisha tidak menyadari bahwa suara Arjuna begitu indah.

Wajah Daisha menjadi sedikit merah, dia berkata dengan malu-malu. "Terima kasih karena tidak menghukum saya, Tuan."

"Uh ...." Arjuna merasa sedikit tidak nyaman. Dia menggaruk kepalanya sambil berkata, "Tidak perlu berterima kasih padaku. Dulu aku yang salah."

"Kenapa kamu mengatakan kalau kotoran sapi itu berharga?" Disa masih tidak mau memanggil Arjuna dengan tuan, tetapi nadanya sudah jauh lebih lembut, tidak lagi terdengar galak.

Hampir setiap keluarga di Kerajaan Bratajaya memelihara sapi, tetapi tidak ada yang tahu bahwa kotoran sapi adalah bahan bakar yang baik.

Arjuna tersenyum tipis.

Disa bersikap ketus kepadanya, tetapi Arjuna tidak keberatan.

Bagaimanapun, Arjuna yang dulu sangat keterlaluan. Agak sulit bila dia meminta Disa mengubah pandangannya terhadap Arjuna.

"Tentu saja kotoran sapi kering sangat berharga. Mari kita cari lagi, seingatku masih ada," kata Arjuna, kemudian dia mulai mencari lagi.

"Tidak perlu mencari seperti ini, aku tahu ada di mana," ucap Disa.

Arjuna mengikuti Disa pergi ke lereng bukit kecil di belakang desa. Sebuah pagar kayu persegi dibangun di lereng bukit. Di balik pagar tersebut penuh dengan kotoran sapi yang dibuang oleh desa. Tahun ini jarang turun hujan, setelah memasuki musim dingin, cuaca makin kering sehingga kotoran-kotoran ini sudah kering dan merupakan bahan bakar yang sangat baik.

Melihat kotoran sapi kering di balik pagar kayu, Arjuna merasa senang sekaligus terkejut.

Senang karena kotoran-kotoran ini bisa membantu mereka bertahan melewati musim dingin. Terkejut karena ....

"Kenapa pupuk alami sebagus ini tidak digunakan di lahan pertanian?"

Disa dan Daisha tidak mengerti apa yang tadi Arjuna katakan tentang bahan bakar. Mereka tidak mungkin tidak tahu bahwa kotoran sapi dapat digunakan sebagai pupuk, bukan?

"Pupuk? Apa itu?" tanya Disa dan Daisha secara serempak, dengan ekspresi yang sama. Mereka menatap Arjuna dengan bingung.

Arjuna terdiam.

Apa? Masyarakat di tempat ini masih belum tahu bahwa kotoran sapi bisa dijadikan pupuk?

"Menaruhnya di lahan pertanian?" Ekspresi Disa menjadi masam lagi. Dia memandang Arjuna dengan jijik. "Kalau kotoran sebau ini ditaruh di lahan pertanian, bukankah hasil panen akan menjadi bau juga? Pengetahuan sesederhana ini saja tidak tahu. Kamu memang pecundang yang hanya tahu makan dan minum."

"Kak Disa." Daisha dengan pelan menarik ujung pakaian Disa, memberi isyarat untuk tidak membuat Arjuna marah.

Daisha benar-benar takut. Dia takut Arjuna kembali menjadi iblis seperti sebelum jatuh ke jurang.

Arjuna tersenyum saja.

Arjuna yang dulu benar-benar pecundang, sedangkan Arjuna yang sekarang baru saja tiba di tempat ini. Kedua gadis ini tidak mengerti, tidak masalah.

Setelahnya, Arjuna menemukan bahwa tempat ini adalah dunia yang berbeda. Meskipun terlihat mirip dengan negaranya pada zaman kuno, ada beberapa spesies yang berbeda dengan negaranya. Kotoran sapi di tempat ini mengandung unsur yang tidak Arjuni ketahui namanya, tidak cocok dijadikan sebagai pupuk.

Namun, kotoran sapi ini memang bahan bakar yang bagus.

Arjuna meminta Disa pulang untuk mengambil alat yang bisa menampung kotoran. Disa mengambil empat keranjang yang terbuat dari bambu.

Empat keranjang besar diisi kotoran sapi. Disa mengambil dua keranjang terbesar, masih ada dua keranjang. Arjuna refleks mengambil tongkat.

Tindakan bawah sadarnya mengejutkan kedua saudari itu. Disa tanpa sadar berdiri di depan Daisha.

"Kalian ... aish!" Arjuna tersenyum tak berdaya. "Aku bukan mau memukul kalian, aku hanya mau mengambil kotoran sapi yang tersisa."

"..."

Disa dan Daisha menatap Arjuna dengan tercenung lagi. Ini adalah pertama kalinya mereka mendengar Arjuna akan bekerja sejak mereka menikah dengan Arjuna.

"Jangan diam saja." Arjuna gemetar. "Sekarang sudah malam dan dingin, cepat kita pulang."

Tubuh ini lemah sekali, sama sekali tidak tahan dingin.

"Tuan!" Daisha tersadar, kemudian dia segera mengambil tongkat dari tangan Arjuna. "Bagaimana boleh kami membiarkan Anda bekerja? Biar saya saja."

"Kakimu sakit, biar aku saja."

"Biar saya saja, Tuan."

Tangan Daisha masih memegang tongkat itu. Matanya berkaca-kaca.

"Kamu ...."

Arjuna tampak bingung. Kenapa Daisha menangis? Dia tidak melakukan apa pun. Pada saat yang sama, dia juga merasa sedikit aneh. Disa terus melindungi Daisha dan mengawasi Arjuna ketika Arjuna melakukan apa pun.

Namun saat Daisha hendak mengambil kotoran sapi, Disa hanya melihat tanpa mengatakan apa-apa.

"Tuan, saya bisa melakukannya. Saya benar-benar bisa bekerja." Tatapan Daisha penuh dengan permohonan.

"Sudah kuduga kamu berniat jahat!"

Disa menatap Arjuna dengan marah. "Apakah kamu ingin membunuh Dik Daisha melalui pemerintah?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Suroso Kemis
keren mantap
goodnovel comment avatar
Demi Loinenak
Bagus..Arjuna sdh muali sadar akan tanggung jawabnya.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 605

    "Hmph!"Pria itu memuntahkan darah."Sakit, sakit!" Setelah terbangun, lelaki itu terus mengerang kesakitan.Ratna menepis debu di lengan bajunya, lalu berkata dengan acuh tak acuh. "Dia belum mati.""Meskipun orang itu tidak mati, Inspektur Arjuna tidak boleh menyakiti orang di jalan."Keluarga korban menyampaikan ketidakpuasannya."Benar sekali, atas dasar apa seorang pejabat boleh menyakiti orang di jalan?""Apakah masih ada hukumnya?"Beberapa orang yang tidak puas melontarkan protes.Ada senyum tipis di wajah Ratna, tetapi senyumnya tidak membuatnya tampak cantik, tetapi malah tampak makin dingin dan kejam.Orang-orang yang dia tatap refleks melangkah mundur."Hukum? Jadi kalian masih mengerti hukum?" Ratna tiba-tiba meninggikan suaranya. "Gubernur Prefektur Tirta!""Y ... ya!" Tubuh Gubernur Prefektur Tirta jelas gemetar.Meskipun Ratna seorang wanita, cara membunuhnya lebih kejam daripada pria."Beri tahu mereka apa hukumnya mempermalukan pejabat kekaisaran tingkat empat di depa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 604

    "Tidak!" Kemal memikirkannya dan merasa gelisah. Dia memerintahkan pengawal itu. "Bawa beberapa orang bersamamu dan berpura-puralah sebagai orang dari Prefektur Tirta. Nanti kalian turun tangan sendiri."..."Gubernur Prefektur Tirta datang."Orang-orang yang awalnya mengelilingi Arjuna berdiri tanpa bergerak. Namun ketika mereka mendengar bahwa Gubernur Prefektur Tirta tiba, mereka mulai membuat keributan."Arjuna berusaha melarikan diri, cepat tangkap dia!"Entah siapa yang berteriak, tetapi kerabat dari pria yang ditikam itu bergegas ke arah Arjuna begitu mereka mendengar bahwa Arjuna ingin melarikan diri.Entah mereka tersandung atau didorong oleh orang lain, ketika mereka bergegas, mereka jatuh satu demi satu.Ketika mereka terjatuh, mereka menjatuhkan orang di sekitar mereka.Orang-orang Prefektur Tirta yang menangkap Arjuna serta kerumunan orang berjatuhan.Teriakan dan tangisan bercampur jadi satu, suasana menjadi kacau balau."Cepat, Daisha, Dinda, masuklah ke dalam rumah lalu

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 603

    Karena kebiasaan berarti sering terjadi.Makin mengenalnya, makin Arjuna menyadari betapa sulitnya kehidupan Dewi."Jangan khawatir, dengan adanya aku di sini, kebiasaanmu ini tidak akan ada lagi."Suara dan nada bicara Arjuna lembut. Namun, hanya dia yang tahu bahwa ini adalah janji terpenting yang telah dia buat dalam dua kehidupannya."Hm? Kenapa kamu masih di sini? Bukankah kamu bilang mau pulang kemarin? Kenapa kamu tidak cepat-cepat kembali? Jangan lupa kembali ke istana pada sore hari. Jangan lupa urusan malam ini."Dewi kembali bersikap dingin dan acuh tak acuh.Arjuna mengangkat bahu. "Aku ada 'shift malam' malam ini. Paduka Kaisar tidak perlu mengingatkanku, aku juga mengingatnya. Kalau begitu, aku akan kembali dulu."Dengan adanya jabatan, selain memiliki rumah sendiri dan dapat berkumpul kembali dengan istri anaknya, hal yang paling membuat Arjuna bahagia adalah Disa selalu dapat berada di sisinya.Meskipun dia dapat melindungi dirinya sendiri, akan lebih baik bila ada sese

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 602

    Arjuna akhirnya melihat dengan jelas siapa pria besar ini."Kak Tama, kalau kamu merindukanku, katakan saja. Kenapa kamu menyakitiku seperti ini?"Tama tidak hanya tinggi, tetapi juga memiliki tubuh yang berkembang dengan baik, seperti gorila. Seluruh berat tubuhnya menekan Arjuna, benar-benar berat."Maaf, Arjuna."Tama melepaskan Arjuna sambil tertawa. Dia melirik ke belakang Arjuna dengan ekspresi geram. "Kamu sudah memiliki jabatan, tetapi Paduka Kaisar masih ingin kamu berada di harem. Dia benar-benar ....""Kak Tama, kenapa kamu ada di sini? Apakah orang-orang suku Tawari di utara sudah melarikan diri?"Arjuna segera menyela Tama. Dia tahu bahwa Tama membelanya, tetapi istana penuh dengan mata-mata Yudha.Arjuna tidak ingin seorang panglima militer seperti Tama yang setia kepada negara dan berhati tulus, dijebak dan dibunuh oleh Yudha dan komplotannya."Tentu saja!" Tama berkata dengan wajah berseri-seri. "Arjuna, sejak para prajurit memakan bebek panggangmu, mereka semua seperti

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 601

    "Jangan khawatir, suamimu tidak selemah itu. Sekalipun ada lima Nayla, aku tidak akan mati kelelahan," jawab Arjuna sambil tersenyum.Dewi memelotot marah. "Jaga ucapanmu. Suamiku? Siapa istrimu di sini?"Arjuna tidak mengatakan apa-apa, hanya menatap Dewi."Jangan pernah berpikir tentang itu, dasar mesum. Aku tidak akan menikah seumur hidupku."Dewi berdiri, kemudian berjalan pergi. Ketika dia kembali, dia tampak seperti pelayan istana.Arjuna harus makan dengan cepat karena pengawas telah tiba, dia harus bergegas bekerja "shift malam".Istana Kicauan Phoenix milik Permaisuri.Cahaya lilin dinyalakan hingga paling redup dan diletakkan jauh dari tempat tidur.Di dalam tempat tidur phoenix.Bayangannya samar, kabur dan sesekali terlihat."Paduka Kaisar."Terdengar suara Nayla yang malas, manja dan menawan.Begitu Arjuna didorong ke tempat tidur oleh Dewi, dia ditarik ke dalam selimut oleh Nayla.Saat kulit mereka bersentuhan ....Darah Arjuna langsung berdesir.Bagus.Wanita yang ada di

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 600

    Setelah menyelesaikan urusan Wisnu, hari sudah gelap, jadi Dewi meninggalkan Arjuna.Arjuna sebelumnya adalah kekasih Dewi, jadi tidak ada yang merasa tidak pantas bagi Dewi untuk menahannya di istana."Paduka Kaisar."Tepat setelah makan malam, suara yang menawan dan malas terdengar dari luar aula.Nayla, yang berjalan dengan pinggul bergoyang, muncul di hadapan Dewi dan Arjuna.Dia berjalan dengan pelan, lekuk tubuhnya anggun, gaun kasa yang dikenakannya melekat pada tubuhnya, menonjolkan lekuk tubuhnya sepenuhnya.Saat dia mendekat, hidung Arjuna hampir berdarah.Bagus.Nayla memang ....Sangat genit.Tidak ada pakaian dalam di balik gaun kasa merah. Bagian tubuhnya yang harus diekspos, terekspos. Demikian pula bagian tubuh yang tidak seharusnya terekspos."Paduka Kaisar."Nayla duduk di sebelah Dewi. Dia memiliki bibir merah dan gigi putih, mulutnya terbuka sesekali. Dari ujung kaki hingga ujung rambutnya, setiap bagian tubuhnya memancarkan keseksian."Anda pergi selama setengah bu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status