Share

Bab 11

Author: Abimana
Tidak mungkin, bukan?

Ketika Arjuna tertegun, Disa sudah bergeser ke sisinya. Dia membuka setengah selimut untuk menyelimuti Arjuna.

Hangat dan harum.

Aroma tubuh Disa mirip dengan kepribadiannya yang panas.

Kuat dan hangat!

Arjuna tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas.

Para pria di negara ini sungguh bahagia.

Ketika Arjuna menghela napas, sebelahnya tiba-tiba menjadi kosong.

Ketika dia sadar, Disa sudah turun dari atas perapian.

Arjuna membutuhkan beberapa detik untuk menyadari bahwa Disa hanya membantunya menghangatkan selimut.

Dia kira .... Sejujurnya, dia merasa sedikit kecewa.

"Uhuk, uhuk!"

"Apakah kurang hangat?" tanya Disa, menoleh.

"Cukup, cukup," jawab Arjuna dengan buru-buru.

Usai menjawab, sebenarnya dia merasa sedikit menyesal.

Arjuna, kenapa kamu takut? Seharusnya kamu jawab kurang.'

Bagian atas perapian cukup besar, Disa dan Daisha seharusnya tidur di sisi lain. Namun, beberapa saat kemudian, Arjuna tidak juga melihat mereka berdua.

Ada suara gemerisik di lantai, Arjuna pun menoleh ke arah suara.

Disa dan Daisha membentangkan tikar jerami di pojokan. Mereka meringkuk di atas tikar jerami, selimut mereka lebih tipis dan rusak daripada milik Arjuna.

Daisha takut dingin, jadi Disa memberikan sebagian besar selimut kepada Disa.

Arjuna melihatnya dan merasa sangat tidak nyaman.

Meski ada perapian, suhunya sangat rendah pada malam hari. Demi menghemat, Arjuna tidak memasukkan banyak kotoran sapi kering.

"Kenapa kalian tidak tidur di sini?"

"Aku jamin tidak akan menyentuh kalian."

Karena takut mereka salah paham, Arjuna pun menambahkan satu kalimat lagi.

Kedua perempuan itu memandang Arjuna seolah-olah mereka tidak mengenalinya.

Sejak menikah, mereka selalu tidur di lantai. Bukannya mereka tidak mau tidur di atas perapian, tetapi Arjuna tidak mengizinkannya.

"Aish!"

Arjuna menepuk keningnya. Dia baru kepikiran bahwa Arjuna yang sebelumnya tidak mengizinkan Disa dan Daisha tidur di atas tempat tidur.

"Aku memerintahkan kalian untuk tidur di atas perapian mulai hari ini. Kalian harus mematuhinya."

Setelah Arjuna menekankan tiga kali, Disa dan Daisha baru pindah ke atas tempat tidur dengan gelisah. Mereka berbaring di tempat yang paling jauh dari Arjuna.

Malam itu, Arjuna tidak tahu apakah kedua istrinya itu tidur, tetapi yang jelas dia tidak bisa tidur.

Dia merapikan ingatan dalam benaknya untuk waktu yang lama barulah menemukan alasan Arjuna yang sebelumnya tidak menyentuh mereka.

Waktu kecil, Arjuna yang sebelumnya pernah ditindas oleh gadis yang lebih besar darinya. Sejak saat itu, dia pun trauma.

Selain dialokasikan oleh pemerintah kerajaan, tujuan Arjuna yang sebelumnya menikah adalah untuk dinafkahi dan dilayani oleh istrinya.

...

Begitu ayam berkokok, Disa langsung bangun, kemudian dia menoleh ke arah Daisha yang ada di sampingnya.

Mungkin karena hangatnya perapian, wajah Daisha memerah, dia tidur dengan nyenyak.

Alangkah baiknya jika selalu seperti ini.

Hati Disa menegang saat dia mengingat bahwa tong beras di rumah sudah kosong.

Dia tidak bisa lagi melihat adiknya menderita. Biarpun berbahaya, dia harus pergi berburu di Gunung Harimau hari ini.

Setelah menyelimuti Daisha, Disa bangkit dengan pelan-pelan.

"Disa."

Disa, yang baru saja turun dari tempat tidur, terkejut.

Saat ini, Arjuna membuka tirai pintu, kemudian berjalan masuk.

"Tuan, kamu sudah bangun?"

Dia tidak menyangka bahwa Arjuna akan bangun sepagi ini, jadi dia tidak menyadari bahwa Arjuna sudah tidak ada di atas tempat tidur.

"Hm." Arjuna mengangguk. "Aku sudah bangun cukup lama, aku sedang menunggumu."

"Menungguku?" Disa kebingungan.

"Ya." Arjuna duduk di pinggir perapian, kemudian mengenakan sepatu kain yang kokoh.

Perhatian Disa tertarik oleh selimut yang ada di belakang Arjuna.

Apakah Arjuna yang melipat selimut itu?

Ternyata dia bisa melipat selimut.

Dia melipatnya membentuk persegi yang rapi seperti tahu. Bagaimana dia melakukannya?

Setelahnya, Disa mencobanya secara diam-diam, tetapi bagaimana pun dia melipatnya, dia tidak dapat membuat hasil lipatan yang sama seperti Arjuna.

Bukan hanya Disa. Setelah Daisha bangun dan melihat selimut yang dilipat oleh Arjuna, dia juga meniru. Namun, hasilnya sama seperti Disa.

"Kenapa kamu masih berdiri di sana? Bukankah kamu akan pergi berburu?"

"Oh, ya." Disa, yang tersadar, bergegas keluar. Akan tetapi, dia tiba-tiba berhenti di depan pintu. "Tuan, bagaimana kamu tahu kalau aku akan pergi berburu?"

Arjuna tersenyum. Karena takut membangunkan Daisha, jadi dia merendahkan suaranya ketika berkata, "Bagaimana mungkin aku tidak mengetahui pikiranmu?"

Tempat ini seperti zaman kuno di negara Arjuna, di mana orang menikah muda. Disa dan Daisha hanyalah gadis berusia belasan tahun.

Sedangkan Arjuna sudah berusia dua puluh lima tahun lebih di zaman modern.

Oleh karena itu, Disa hanyalah seorang gadis kecil di depannya.

"Aku juga tahu kalau kamu akan pergi ke Gunung Harimau."

Karena tidak bisa tidur tadi malam, Arjuna pun mengingat memori Arjuna yang sebelumnya.

Kendati belum lengkap, misalnya berapa istri yang dia miliki dan di mana mereka berada sekarang. Hal-hal itu belum dia ingat.

Namun, dia sudah mengingat lingkungan sekitarnya.

Alsava bersaudari memiliki hubungan yang baik. Takut Arjuna memarahi Daisha karena tidak ada nasi, Disa pasti akan pergi berburu pagi-pagi. Sementara tempat yang ada hewan buruannya adalah Gunung Harimau.

Gunung Harimau, seperti namanya, ada harimau di gunung tersebut. Dengar-dengar, ada setidaknya tiga ekor harimau. Bahkan pemburu berpengalaman pun tidak boleh pergi ke gunung itu sendirian. Meskipun Disa terampil dalam memanah, dia hanya berusia belasan tahun. Sangat berbahaya bila pergi sendiri.

Setelah Disa mandi, Arjuna keluar dari ruang utama.

"Ayo, aku akan pergi bersamamu."

"Trik apa yang sedang kamu mainkan?" Disa memandang Arjuna dengan waspada. "Apakah kamu ingin membiarkan orang dari Rumah Bordil Prianka datang membawa Dik Daisha pergi selagi aku tidak ada di rumah?"

"Hm?" Arjuna menggelengkan kepalanya, kemudian tersenyum sambil berkata, "Logikamu tidak masuk akal. Kamu akan pergi berburu, otomatis tidak ada di rumah. Kalau aku berniat membiarkan orang dari Rumah Bordil Prianka membawa Daisha pergi, untuk apa aku pergi ke Gunung Harimau bersamamu?"

Logika?

Apa itu?

"Ayo pergi." Ketika Disa tertegun, Arjuna menggandeng tangan Disa. "Kita harus cepat pergi agar bisa cepat pulang."

Karena jika terlalu lama, orang dari Rumah Bordil Prianka mungkin benar-benar akan datang.

Kemarin Arjuna hanya menakuti mereka untuk sementara. Arjuna yang sebelumnya telah menerima uang mereka, Rumah Bordil Prianka tidak akan diam saja.

"Lepaskan aku, aku bisa jalan sendiri."

Arjuna menoleh, lalu mendapati wajah Disa yang tampak malu-malu.

Pada saat ini, Arjuna mengurung niatnya untuk melepaskan tangan Disa.

Arjuna menambah kekuatan pada cengkeramannya. "Tidak mau."

"Kamu ...."

Disa menghentakkan kakinya sambil memelototi Arjuna.

"Kamu terlihat sangat cantik seperti ini."

Setelah mengatakan itu, Arjuna mengabaikan rona merah di wajah Disa. Dia berjalan sambil menggandeng tangan Disa.

Awalnya, Disa berjalan perlahan, tetapi ketika mereka belok di tikungan, berjalan melintasi desa, dia berjalan lebih cepat dari Arjuna.

Orang yang tidak tahu akan mengira Disa yang menggandeng dan menarik tangan Arjuna.

Arjuna tersenyum memandang Disa yang berjalan tergesa-gesa dengan kepala tertunduk.

Dia tahu gadis ini berjalan begitu cepat karena takut penduduk desa melihatnya.

Sepanjang jalan, Arjuna memegang tangan Disa dengan erat, tidak mau melepaskannya.

Awalnya, Arjuna sengaja menggoda Disa karena dia suka melihat Disa tersipu malu. Ketika mereka mendekati Gunung Harimau, Arjuna takut ada bahaya.

Tidak lama setelah mereka masuk ke gunung, terdengar suara auman harimau dari depan.

Tampaknya Gunung Harimau lebih berbahaya dari yang Arjuna bayangkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Suroso Kemis
mantap keren
goodnovel comment avatar
Demi Loinenak
Bagus.Adanya rasa tanggung jawab utk melindungi adiknya sangat tinggi.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 609

    "Paduka Kaisar." Tama membungkuk sedikit. "Perbatasan utara tiba-tiba dilanda gelombang dingin, Pasukan Serigala sangat membutuhkan sejumlah besar pakaian berlapis katun, celana berlapis katun, serta selimut katun.""Tiba-tiba dilanda gelombang dingin? Kalau begitu, harus segera dikirim. Yudha, tolong tangani masalah ini dengan segera." Dibandingkan sebelumnya, nada bicara Dewi jauh lebih lembut.Sebagian besar kekuasaan di istana berada di tangan Yudha, jadi Dewi hanya bisa bersikap rendah.Sebelumnya, Yudha pasti akan mengambil kesempatan untuk mempermalukan Dewi, tetapi hari ini dia tidak melakukannya."Baik, Paduka Kaisar. Aku akan mengawasi sendiri masalah ini."Saat berbicara, Yudha menoleh ke arah Menteri Pendapatan."Bara, perbatasan utara tiba-tiba dilanda gelombang dingin. Mantel katun, celana katun, dan selimut adalah barang-barang yang menyelamatkan nyawa bagi para prajurit Pasukan Serigala. Para prajurit yang melawan musuh asing adalah pion utama keamanan nasional. Aku per

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 608

    "Baik, baik sekali." Darah Arjuna mendidih, bagaimana mungkin itu buruk?"Kalau begitu, Tuan, berikan padaku ...." Intan menggigit bibirnya lagi. Mungkin karena malu, kali ini kekuatannya jauh lebih besar dari sebelumnya.Arjuna menempelkan tangannya di bibir Intan. "Dasar bodoh, jangan menggigit lagi. Kalau kamu menggigit bibirmu lagi, bibirmu akan berdarah.""Hm ...."Intan jatuh ke dalam pelukan Arjuna. "Miliki aku. Di sini, aku sudah menyuruh Ayla untuk mengganti seprai."Sebelumnya mereka melakukannya di atas rumput.Intan punya kesukaan khusus terhadap melakukan hal itu di tanah."Maaf membuatmu menunggu lama."Saat kembali ke Aula Harmoni Tertinggi, Arjuna meminta maaf kepada Dewi. Dia telah berjanji pada Dewi bahwa begitu waktunya tiba, dia akan pergi. Tak disangka malah begitu lama.Semua karena Intan yang terlalu antusias.Dewi berkata dengan tenang. "Aku tidak marah. Kamu harus memberinya seorang anak. Selir Bijaksana membutuhkan seorang anak untuk menemaninya. Kita ...." De

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 607

    Dia adalah seorang selir, sedangkan Arjuna adalah seorang menteri.Tidak sesuai aturan.Intan tidak berdiri, tetapi malah berlutut lebih rendah. "Tuan, aku harus bersujud di sini. Aju mewakili seluruh keluargaku berterima kasih karena sudah membantu.""Selir Bijaksana terlalu serius. Bukan aku yang menyelamatkan kalian, tapi Paduka Kaisar.""Tuan terlalu rendah hati. Bukankah itu ide Tuan untuk mengunjungiku meskipun ada halangan dari Yudha?""Uh ...."Arjuna sebenarnya agak takut menatap mata Intan. Matanya yang indah bersinar akan kecerdasan, seolah-olah mampu menyentuh hati orang secara langsung dan bisa melihat kebohongan."Itu memang saranku, tapi aku hanya meminta Paduka Kaisar untuk berpura-pura. Aku tidak menyangka dia akan membiarkanku ...." Arjuna menggaruk kepalanya karena malu. "Aku tidak bermaksud bersikap tidak sopan padamu, Selir Bijaksana. Kamu ....""Keputusan Paduka Kaisar tepat, kumohon ...." Intan menggigit bibirnya pelan, mengumpulkan banyak keberanian, lalu lanjut

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 606

    "Kamu tidak mau masuk?" tanya Arjuna secara naluriah.Dewi mengerutkan kening, kemudian berkata dengan dingin. "Ketika kamu dan Nayla melakukan itu, aku sudah bintitan. Apakah kamu tidak takut aku menusuk senjata dengan bintitanku hingga tak bisa berdiri?""..."Apakah gadis ini kejam atau humoris?"Aku beri tahu, kamu begitu galak pasti sulit untuk mendapat suami."Setelah berkata demikian, Arjuna bergegas masuk ke aula dalam. Dia harus cepat karena gadis ini mempunyai pedang lembut yang tersembunyi di tubuhnya. Kalau dia benar-benar marah, dia pasti akan menebas Arjuna."Tuan."Begitu Arjuna melangkah ke aula dalam, suara lembut dan menyenangkan terdengar dari depan.Begitu mendongak, terlihat Intan yang mengenakan pakaian indah, berjalan ke arah Arjuna dengan langkah-langkah kecil."Hormat kepada Tuan.""Selir Bijaksana tidak perlu repot-repot."Arjuna buru-buru membungkuk untuk menopang Intan yang berlutut di depannya, tetapi ketika tangannya hendak menyentuh Intan, dia tiba-tiba m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 605

    "Hmph!"Pria itu memuntahkan darah."Sakit, sakit!" Setelah terbangun, lelaki itu terus mengerang kesakitan.Ratna menepis debu di lengan bajunya, lalu berkata dengan acuh tak acuh. "Dia belum mati.""Meskipun orang itu tidak mati, Inspektur Arjuna tidak boleh menyakiti orang di jalan."Keluarga korban menyampaikan ketidakpuasannya."Benar sekali, atas dasar apa seorang pejabat boleh menyakiti orang di jalan?""Apakah masih ada hukumnya?"Beberapa orang yang tidak puas melontarkan protes.Ada senyum tipis di wajah Ratna, tetapi senyumnya tidak membuatnya tampak cantik, tetapi malah tampak makin dingin dan kejam.Orang-orang yang dia tatap refleks melangkah mundur."Hukum? Jadi kalian masih mengerti hukum?" Ratna tiba-tiba meninggikan suaranya. "Gubernur Prefektur Tirta!""Y ... ya!" Tubuh Gubernur Prefektur Tirta jelas gemetar.Meskipun Ratna seorang wanita, cara membunuhnya lebih kejam daripada pria."Beri tahu mereka apa hukumnya mempermalukan pejabat kekaisaran tingkat empat di depa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 604

    "Tidak!" Kemal memikirkannya dan merasa gelisah. Dia memerintahkan pengawal itu. "Bawa beberapa orang bersamamu dan berpura-puralah sebagai orang dari Prefektur Tirta. Nanti kalian turun tangan sendiri."..."Gubernur Prefektur Tirta datang."Orang-orang yang awalnya mengelilingi Arjuna berdiri tanpa bergerak. Namun ketika mereka mendengar bahwa Gubernur Prefektur Tirta tiba, mereka mulai membuat keributan."Arjuna berusaha melarikan diri, cepat tangkap dia!"Entah siapa yang berteriak, tetapi kerabat dari pria yang ditikam itu bergegas ke arah Arjuna begitu mereka mendengar bahwa Arjuna ingin melarikan diri.Entah mereka tersandung atau didorong oleh orang lain, ketika mereka bergegas, mereka jatuh satu demi satu.Ketika mereka terjatuh, mereka menjatuhkan orang di sekitar mereka.Orang-orang Prefektur Tirta yang menangkap Arjuna serta kerumunan orang berjatuhan.Teriakan dan tangisan bercampur jadi satu, suasana menjadi kacau balau."Cepat, Daisha, Dinda, masuklah ke dalam rumah lalu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status