Share

Bab 136

Aвтор: Abimana
Setelah Surya bersaksi melawan Dinda, Kepala Daerah langsung bertanya kepada Dinda.

"Dinda, apakah kau mengakui kesalahanmu?"

"Yang Mulia." Dinda pun berlutut. "Hamba merasa dirugikan. Hamba dipaksa oleh Galeo!"

"Aku memaksamu?" Galeo mengangkat sudut bibirnya. "Kamu bukan istriku, juga bukan saudaraku. Kenapa kamu harus mendengarkanku?"

"Setengah tahun yang lalu, tuanku menjualku kepadamu sebagai budak."

"Menjualmu kepadaku? Apakah ada buktinya? Selain itu, hukum di negeri ini tidak mengizinkan jual-beli istri, tuanmu malah melanggar hukum. Apakah dia tidak punya otak?"

Galeo menaikkan volumenya ketika mengatakan "tidak ada otak".

Dia ingin menertawakan Arjuna tidak punya otak di ruang sidang.

Arjuna pasti sangat kesal, lalu kenapa? Beranikah Arjuna membantahnya?

"Kamu ...." Mata Dinda memerah karena marah. "Kamu memelintir kebenaran! Luka-luka yang ada di tubuhku karena kamu!"

"Aku memukulmu? Siapa yang melihatnya?"

"Kamu tidak hanya memukulku, tapi juga memukul teman-temanku yang la
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Заблокированная глава
Комментарии (2)
goodnovel comment avatar
amlin
terlalu bertele tele alur cerita nya
goodnovel comment avatar
Aby Hasna Yumna
lanjudkan bro
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Related chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 137

    "Meskipun aku bukan kerabat istrinya Arjuna, sebagai orang yang punya hati nurani, aku tidak bisa menoleransi perilakunya. Setelah Alsava bersaudari menikah dengan Arjuna, dia terus memukuli mereka, terutama yang satu itu."Galeo menunjuk ke arah Daisha lalu berkata, "Kakinya dipukul sampai patah oleh Arjuna dan belum pulih."Sama seperti larangan memperjualbelikan istri, hukum Kerajaan Bratajaya juga melarang suami memukul istri tanpa alasan.Karena sekarang jumlah laki-laki lebih sedikit daripada perempuan, tidak akan ada yang peduli selama tidak terjadi korban jiwa.Galeo telah merencanakan semuanya dengan matang. Sekarang setelah dia mengajukan gugatan di pengadilan, tidak mungkin Kepala Daerah menutup sebelah mata."Untuk saksi, semua orang di Desa Embun adalah saksi. Yang Mulia bisa mengutus seseorang untuk bertanya kepada siapa pun.""Arjuna!" Kepala Daerah mengerutkan kening kala bertanya dengan dingin kepada Arjuna. "Benarkah?"Dia sedikit kecewa dengan Arjuna. Pantas saja Arj

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 138

    Sebagai Kepala Daerah, dia tentu tahu tentang kerja sama antara Arjuna dan Tamael. Dia mengira Tamael datang untuk membela Arjuna.Kalau dulu dia bisa saja bersikap lunak dalam memberikan hukuman, tetapi sekarang tidak bisa."Yang Mulia, Arjuna memang pantas dihukum karena pernah memukul istrinya. Siapa pun tidak bisa menghapus kejahatan yang dia perbuat."Jika Tamael tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan informasi orang dalam, keluarganya tidak akan mencapai skala ini di Kabupaten Damai.Dia tahu bahwa Kepala Daerah sedang menangkap beberapa kasus kekerasan terhadap istri yang umum. Makin dia memohon untuk Arjuna, kesalahan Arjuna akan makin besar.Mendengar kata-kata Tamael, Kepala Daerah pun merasa lega.Meskipun pelajar, petani, buruh dan pedagang sama pentingnya, uang membuat segalanya lebih mudah.Biarpun pejabat maupun pelajar memandang rendah pedagang, ketika pedagang memberi mereka keuntungan, mereka akan mengambil setiap sen.Selama bertahun-tahun, keluarga Tamael telah

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 139

    "Yang Mulia, mereka memfitnahku. Tamael dan Arjuna bekerja sama. Benar, benar!" Galeo seolah menemukan penyelamat. Dia menunjuk Tamael sambil berkata, "Seperti itu. Kamu dan Arjuna bekerja sama untuk menjebakku. Beberapa gadis ini dibawa dari Rumah Bordil Prianka, 'kan?""Huh!" Tamael mendengus dingin, "ada seorang gadis kecil yang bahkan tidak bisa berjalan di sebuah rumah di ujung Jalan Kura. Tabib sedang memeriksanya. Apakah kamu ingin pergi melihatnya?""Kalau kamu ingin pergi ...." Tamael membungkuk kepada Kepala Daerah. Aku bisa memohon kepada Yang Mulia untuk mengutus dua orang membawamu pergi.""Oh!" Tamael berhenti sejenak, lalu lanjut berujar, "Tadi kamu sudah mengaku bahwa rumah di paling ujung Jalan Kura adalah rumahmu. Aku yakin bukan hanya aku yang mendengarnya, Yang Mulia juga pasti mendengarnya."Wajah Galeo menjadi pucat, keringat dingin keluar dari dahinya.Ketika Tamael datang, dia tidak langsung menyuruh ketiga gadis itu masuk, melainkan sengaja mendekati Galeo.Ter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 140

    Arjuna tersenyum. "Memang kamu yang memberitahuku."Dinda mengatakan bahwa dia dimasukkan ke dalam tong kayu oleh Galeo. Tong itu terus jatuh hingga bisa mendengar gema. Kulit Dinda juga terlalu pucat.Berdasarkan beberapa petunjuk di atas, Arjuna menyimpulkan bahwa Dinda dan yang lainnya dikurung di dalam sumur kering tak bercahaya.Dinda juga mengatakan bahwa setiap kali mereka pergi mencuri, mereka akan berkumpul di Kuil Mizu.Ketika mereka sampai di sana, Galeo mengikat dan menutup mata mereka, kemudian menarik mereka ke sebuah kereta sapi yang rodanya penyok.Dinda yang duduk di dalam kereta mulai berhitung karena bosan, juga ingin melupakan rasa sakit pada tubuhnya. Setelah kereta sapi itu berguncang sebanyak 836 kali, kereta itu akan berhenti.Berdasarkan informasi ini, Arjuna menentukan bahwa kereta sapi itu menuju ke kota kabupaten.Karena Dinda dapat merasakan penyoknya roda kereta sapi, itu membuktikan bahwa jalannya mungkin datar. Jika jalannya datar, pasti jalan di kota ka

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 141

    "Hei." Arjuna memiringkan kepalanya sambil menatap Tamael. "Apa maksudmu?""Oh." Tamael berhenti menggelengkan kepalanya, kemudian dia mengulas senyum. "Bukan apa-apa, bukan apa-apa.""Ruang sidang adalah tempat yang tidak bagus. Biasanya, tidak ada orang yang akan datang kalau tidak ada urusan. Bukan hal yang bagus kalau masuk.Tamael mendorong Arjuna dengan pelan. "Ayo, aku yang traktir hari ini. Mari pergi ke restoranku. Kamu boleh memesan apa pun yang kamu inginkan hari ini. Mari kita singkirkan kesialan."Arjuna tidak sungkan dengan Tamael. Setelah berdiri di depan ruang sidang begitu lama, dia memang sudah lapar."Oke, jangan salahkan aku bawa banyak barang dan makan terlalu banyak. Nanti kamu bangkrut."Disa, Daisha dan Dinda sedang dalam masa pertumbuhan. Mereka sangat kuat makan."Lucu!" Tamael menyeringai lalu mengerutkan kening. "Orang yang bisa membuatku bangkrut belum lahir."Setelah makan dan minum sepuasnya di Restoran Kebon Sirih, Arjuna dan para istrinya pun pulang.Du

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 142

    "Tuan, kita sudah menikah selama setahun. Sekarang Dinda sudah kembali, kami ingin pulang ke rumah orang tua kami menemui Kakek dan Nenek agar mereka bisa tenang. Bolehkah?""Tentu saja boleh."Karena ketiga saudari itu membahas hal ini, Arjuna merasa sedikit bersalah.Dia sudah tiba di negeri ini sekian lama, tetapi dia belum pernah bertanya kepada Alsava bersaudari mengenai keadaan keluarga mereka."Benarkah?"Daisha menatap Arjuna dengan tak percaya.Setelah jumlah laki-laki lebih sedikit daripada perempuan, pihak perempuan tak hanya harus menyiapkan mahar ketika menikah. Setelah menikah pun, keluarga pihak perempuan harus sesekali mengirim uang atau makanan untuk pihak lelaki.Keluarga Daisha miskin. Mereka sudah tidak punya orang tua, hanya ada sepasang kakek-nenek yang sudah lanjut usia.Karena tante-tante mereka tidak menyukai mereka, paman-paman mereka pun tidak berani membantu.Setelah mereka menikah dengan Arjuna, Arjuna tidak menerima bantuan apa pun dari keluarga mereka.Pa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 143

    "Tidak ada barang bagus yang bisa dibeli di sini, harus beli di kabupaten. Setelah pergi ke kabupaten baru pergi ke Desa Sava sudah terlalu larut."Arjuna masih memiliki sedikit ingatan tentang rumah orang tua para istrinya.Seingatnya, Desa Sava tidak dekat dari Desa Embun, setidaknya tiga puluh kilometer jauhnya.Di dunia modern di mana transportasi canggih, tiga puluh kilometer hanya masalah menginjak pedal gas.Namun, mereka ada di zaman kuno.Desa Sava, desa di mana Keluarga Alsava berada, lebih terpencil daripada Desa Embun. Jalannya sangat sulit dilalui. Ada sebagian jalan yang tak bisa dilalui kereta sapi."Kita akan berangkat lusa. Besok aku akan memberi tahu penanggung jawab Restoran Kebon Sirih bahwa lusa Paman Arkana yang membantu mengantarkan ikan ke restoran. Setelah itu kita bisa berangkat ke Desa Sava pagi-pagi.""Kita berangkat lebih awal agar kalian bisa menemani kakek-nenek lebih lama di sana. Bagaimana? Bukankah pengaturanku lebih baik daripada kalian pergi besok?"

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 144

    Meskipun Arjuna memberi tahu mereka bahwa mereka dapat membeli apa pun yang mereka inginkan untuk kakek-nenek mereka, mereka tetap sangat hemat.Mereka bertiga berbelanja hampir seharian dan kembali hanya membawa beberapa barang.Arjuna melihatnya sekilas.Beras dan mi yang tidak lebih dari dua setengah kilo. Dua buah kubis. Daging hanya setengah kilo, itu pun daging tak berlemak. Mereka bahkan enggan membeli setengah kilo daging berlemak."Ini saja?"Ketiga saudari itu tidak menjawab, jadi Arjuna menatap mereka."Tuan ...."Daisha menatap Arjuna sekilas. Dia mengatupkan bibirnya beberapa kali sebelum berkata dengan hati-hati. "Apakah kami membeli terlalu banyak?""Hah?!"Arjuna baru tiba di negeri belum lama, jadi dia masih belum begitu memahami adat istiadat setempat.Barang belanjaan Alsava bersaudari memang tergolong banyak.Dinda berkata, "Kami akan membawa setengahnya saja.""Kurang dari setengah juga tidak apa-apa," timpal Disa."Tunggu aku di kereta," ucap Arjuna.Usai berbicar

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 504

    "Kehidupan selanjutnya? Aku mau melahirkan anak dan menikmati kebahagiaan bersama kalian di kehidupan ini.""Dinda, kamu ingin seumuran denganku? Jangan bermimpi. Tumbuhlah dengan baik, kemudian lahirkan seorang anak perempuan yang sama imutnya denganmu untukku."Arjuna menarik Daisha dan Dinda dari tubuhnya.Dia mengangkat tirai pintu kereta, kemudian melangkah ke arah Disa."Apa yang kamu lakukan? Mau mengendarai kereta sendiri? Arjuna, aku katakan padamu, jangan membuat perlawanan yang tidak perlu. Hahaha!" Tawa Irwan terdengar menyeramkan dan mengerikan.Kereta Arjuna telah didesak hingga ke tepi. Jika roda berputar ke samping lebih jauh lagi, maka keretanya akan jatuh ke lembah."Siu!"Arjuna mencabut dua anak panah dari tabung yang ada di punggung Disa."Panah! Hahaha!" Irwan berkata dengan nada meremehkan. "Apakah kamu ingin mati lebih cepat?"Jarak antara kedua gerbong itu kurang dari setengah meter. Jika Arjuna menggunakan panah untuk melukai kuda, kuda pasti akan ketakutan da

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 503

    Kereta itu ditarik oleh empat ekor kuda, keempat kuda tersebut gemuk dan kuat.Suara gemuruh makin lama makin keras, debu yang beterbangan akibat hentakan kaki kuda di jalan pun mulai beterbangan.Di dalam kereta yang ditarik oleh empat kuda.Tirai terangkat, memperlihatkan wajah Irwan. Mata kanannya ditutup dengan penutup mata hitam. Seperti yang dikatakan Arjuna, matanya sudah rusak.Irwan dengan bangga meremehkan Arjuna. "Arjuna, bukankah kamu sangat hebat dan kaya? Kenapa keretamu hanya punya dua ekor kuda, kudanya juga kuda biasa? Ckckck, bagaimana mungkin kudamu bisa mengalahkan kudaku?""Tapi, tidak mendapat tempat di Kuil Dewi juga tidak berpengaruh terhadapmu. Lagi pula, tiba pertama di tempat pun tidak dapat mengubah fakta bahwa kamu mandul. Hahaha!" Terdengar suara tawa yang keras. Tertawa membuat wajah Irwan menjadi menyeramkan."Aish." Tadinya baik-baik saja, sekarang jadi jelek sekali." Arjuna menggelengkan kepalanya sembari menghela napas.Melihat Arjuna tidak marah, tet

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 502

    Daisha merasakan kesedihan yang mendalam saat dia mengingat kepahitan dan kesedihan yang dia rasakan ketika dia pergi ke Kuil Dewi tahun lalu.Tahun lalu pada hari yang sama waktu pagi, Ranjani membangunkan, kemudian membawa mereka ke Kuil Dewi untuk merebut tempat.Itu terjadi sekitar pukul lima hingga enam pagi.Para pejabat tinggi agak malas. Mereka ingin punya anak, tetapi tidak ingin bangun terlalu pagi. Pada saat yang sama mereka juga harus memastikan bahwa mereka kebagian tempat, jadi mereka memberikan tekanan kepada kepala biara Kuil Dewi. Karena tidak mampu menahan tekanan dari pejabat tinggi, kepala biara membuat sebuah deklarasi.Dewi Kelahiran mempunyai peraturan bahwa orang yang mengantre terlebih dahulu dianggap tidak cukup saleh. Hanya orang beriman yang berangkat pada jam lima di hari yang sama yang memenuhi syarat untuk masuk ke kuil untuk berdoa memohon kelahiran anak.Kesehatan Daisha kurang baik, jadi Disa menggendongnya sambil berlari di jalan pegunungan.Ketika Di

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 501

    Arjuna mengulurkan tangan untuk membuka tirai kereta. Begitu tangannya menyentuh tirai, Daisha memegang tangannya, lalu menariknya kembali."Tuan tidak perlu bertanya pada Kak Disa, aku tahu ke mana kita akan pergi."Arjuna menoleh lalu bertanya, "Ke mana?""Ke Kuil Dewi di Gunung Kelana.""Kuil Dewi di Gunung Kelana?" Arjuna bahkan lebih bingung. "Hanya pergi ke kuil, kenapa begitu terburu-buru?""Tuan, kamu lupa lagi." Suara Dinda terdengar jelas. Dia memiringkan kepalanya. "Dewi di Kuil Dewi adalah dewa kelahiran. Setiap tanggal 1 Mei penanggalan lunar adalah hari ketika Sang Dewi turun ke bumi untuk memberi anak. Kalau kita memujanya pada hari ini, kita akan diberi seorang putra tahun depan."Arjuna tak bisa berkata-kata.Awalnya dia ingin membantah Dinda, dengan mengatakan bahwa bisa melahirkan anak laki-laki atau tidak adalah urusan pria, tidak ada hubungannya dengan dewa. Namun, melihat wajah saleh Dinda, Arjuna pun tidak mengatakan apa-apa.Orang zaman itu belum punya konsep il

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 500

    "Apakah kalian mendengarnya? Aku mau istirahat sekarang. Pergilah kalian," usir Arjuna. Istrinya tidak sabar untuk membuat bayi dengannya.Entah karena masa ovulasinya atau bukan, gadis itu tampak tak kenal lelah. Dia terus mengganggu Arjuna sepanjang malam.Waktu berlalu dengan cepat. Satu bulan lagi telah berlalu. Selama masa ovulasi bulan ini, Daisha makin melekat pada Arjuna.Arjuna pun tidak melarang. Dia membuat Daisha kelelahan hingga memohon ampun, barulah melepaskan Daisha.Memikirkan bahwa gadis itu lelah setelah lembur semalaman dan pasti tidak bisa bangun pagi, Arjuna memerintahkan Dafodil dan yang lainnya nanti baru datang ke kamar.Tak disangka, keesokan harinya, sebelum fajar dan Arjuna belum bangun, Daisha yang ada di samping sudah bangun. Dia tidak hanya bangkit sendiri, tetapi juga menarik Arjuna."Sekarang bahkan belum fajar, kenapa kamu bangun begitu pagi? Tanpa membuka matanya, Arjuna melingkarkan lengannya di pinggang Daisha, menariknya kembali ke kasur.Tampaknya

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 499

    "Tuan Irwan, jangan emosi. Kamu harus segera pergi berobat. Kalau tidak, kamu akan benar-benar buta."Perkataan Arjuna mengingatkan Bayu. Dia berteriak kepada pengurus rumah. "Dasar budak tua yang tidak kompeten, apa yang kamu lakukan? Cepat bawa Tuan Muda cari tabib!""Arjuna, kamu pasti sengaja menyakiti mataku. Kepala daerah bahkan bekerja sama denganmu," ujar Bayu dengan garang saat melewati Arjuna.Saat ini, dia baru menyadari mengapa Mois segera berbalik melawan Arjuna, bahkan mengasari istri Arjuna ketika Arjuna mengatakan bahwa dia dan Mois berteman baik.Dia mengira Mois berada di bawah kendalinya, ternyata Mois melakukannya untuk membuat orang-orang marah dan berpihak pada Arjuna.Arjuna berkata dengan tenang. "Benar."Irwan juga menggertakkan giginya. "Arjuna, tunggu saja!""Baik, akan kutunggu. Tapi sebaiknya Tuan Irwan pergi berobat dulu."Malam hari.Keluarga Arjuna baru saja selesai makan malam ketika Mois datang. Dia berdiri di depan meja Arjuna, menatap Arjuna dengan h

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 498

    "Jangan menindas Arjuna hanya karena dia tidak bisa memiliki anak untuk sementara.""Beri Arjuna kesempatan untuk membela diri.""Beri Arjuna kesempatan untuk membela diri."Publik marah, Mois tidak punya pilihan selain memberi Arjuna kesempatan.Mois berkata dengan dingin. "Arjuna, sudah dapat dipastikan bahwa kamu sengaja melukai mata Irwan. Tapi demi menegakkan keadilan, aku akan memberimu kesempatan untuk membela diri."Perkataan Mois menimbulkan kemarahan. Semua orang mengungkapkan kemarahan mereka."Disengaja? Sudah dapat dipastikan? Ucapan kepala daerah keterlaluan sekali. Dia memihak keluarga Irwan secara terang-terangan.""Benar sekali. Istrinya berbicara kasar, Arjuna hanya memberinya pelajaran. Siapa yang menyangka kalau tusuk konde itu akan melayang ke mata Irwan?""Menurutku, orang yang harus disalahkan atas semua ini adalah Irwan sendiri. Dia ingin menggoda istri orang lain dan mendekat. Kalau dia tidak mendekat, bagaimana mungkin tusuk konde itu mengenai matanya?"Bayu m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 497

    "Yang Mulia." Bayu berbalik, kemudian berlutut kepada Mois. "Semua orang tahu bahwa Yang Mulia adalah pejabat jujur yang berdedikasi untuk melayani rakyat. Yang Mulia Bupati bahkan mengeluarkan surat pujian kepada Mulia, karena Anda bersikap tidak memihak dalam segala hal. Baik itu saudara atau teman, Anda tidak pernah pilih kasih. Tolong berlaku adillah untuk anakku!""Aku akan bertindak sesuai hukum." Mois sangat tidak senang, tetapi dia tidak boleh menunjukkannya. Bukan saja tidak boleh menunjukkannya, dia benar-benar harus menegakkan hukum secara tidak memihak dalam masalah ini.Ucapan Bayu yang panjang lebar sama sekali tidak memuji Mois. Sebenarnya dia menekan Mois dengan menggunakan bupati.Jika Mois lebih memihak Arjuna, artinya dia menyalahgunakan kekuasaannya dan melanggar hukum, sama sekali tidak takut pada bupati."Terima kasih, Tuan."Bayu berlutut sambil menyeringai. Dia bertekad untuk mencelakai Arjuna hari ini untuk membalaskan dendam Irwan serta merampas harta, istri,

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 496

    Tusuk konde di kepala Disa tak sengaja keluar, kebetulan tusuk konde tersebut mengenai mata kanan Irwan."Arjuna, Arjuna!" Irwan menjerit dengan kesakitan dan keras."Aku di sini." Arjuna bergegas menghampiri Irwan, kemudian bertanya dengan khawatir. "Tuan Irwan, ada apa kamu memanggilku? Eh, ada apa dengan matamu?""Jangan pura-pura, kamu melakukannya dengan sengaja." Ah, mataku, sakit sekali!" Irwan menunjuk Arjuna sambil memaki. Namun, makin keras dia memaki, makin sakit pula matanya. Makin banyak darah yang keluar.Arjuna menggelengkan kepalanya sembari membantah dengan cemas. "Tuan Irwan, kamu tidak boleh bicara seperti itu. Istriku menyinggungmu, aku memberinya pelajaran. Itu tidak ada hubungannya dengan matamu.""Kenapa tidak ada hubungannya? Kamu memberinya pelajaran, kenapa tusuk konde di kepalanya lari ke mata anakku? Kalau mata anakku rusak, kamu harus menggantinya!" teriak ibu Irwan dengan marah."Apa?" Arjuna terkejut. "Tusuk konde terbang ke mata Tuan Irwan?"Arjuna menar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status