Share

Bab 407

Penulis: Abimana
"Tamael!" Eshan menyela Tamael dengan suara galak.

Eshan melihat sekeliling. Ketika dia menoleh kembali, dia berkata dengan suara rendah. "Apakah kamu boleh mengkritik Yang Mulia Bupati?"

Tamael segera diam, kemudian menundukkan kepalanya.

Dia terlalu impulsif tadi. Kalau saja ada orang Sugi di tempat ini, lalu Sugi melaporkannya kepada bupati, maka tamatlah riwayat Tamael.

"Kalian pulang dulu."

Eshan menyuruh sebagian orang pergi, menyisakan Mois, Daud, Arjuna dan Tamael di kantor pemerintah. Alasan Arjuna dan Tamael disuruh tinggal adalah untuk menyuruh mereka menyediakan uang untuk menumpas bandit.

Ketika hanya mereka yang tersisa di kantor, Tamael berbicara lagi. "Yang Mulia, ada puluhan ribu orang yang menonton pertandingan kemarin. Banyak orang melihat bahwa anak panah itu ingin membunuh Arjuna. Para bandit itu jelas disewa oleh pihak Hendra. Kita dapat meminta orang-orang ini untuk bersaksi di depan Yang Mulia Bupati."

Eshan memelotot marah pada Tamael. "Bagaimana mungkin aku ti
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 890

    Yudha datang ke hadapan Dewi dengan banyak orang di belakangnya. Lalu dia berlutut di tanah."Paduka Kaisar, akhirnya Anda bangun."Yudha tampak kotor, seperti baru saja lolos dari maut.Melihat Dewi menatap rumah tempat Daisha berada dengan cemas dan khawatir, Yudha segera berkata, "Paduka Kaisar, jangan khawatir, aku akan melakukan yang terbaik. Sekalipun mempertaruhkan tulang belulangku, aku akan menyelamatkan Nyonya Daisha dari lautan api."Dewi langsung berteriak, "Kalau begitu kenapa kamu masih berdiri di sini? Cepat selamatkan mereka."Melakukan yang terbaik, mempertaruhkan tulang belulang? Itu hanyalah alasan Yudha untuk mengulur waktu.Dewi yang tidak makan maupun minum akhir-akhir ini, merasa pusing setelah berteriak."Paduka Kaisar!"Ratna buru-buru menopang Dewi yang hampir jatuh."Paduka Kaisar." Yudha tiba-tiba berdiri. "Yang perlu Anda lakukan sekarang adalah beristirahat dengan baik, serahkan sisanya kepadaku."Usai berbicara, terlepas dari Dewi setuju atau tidak, Yudha

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 889

    "Ya Tuhan, Bratajaya baru saja kehilangan seorang perdana menteri kiri. Sekarang api membakar halaman tempat tinggal perdana menteri kanan. Apakah ini hukuman dari Tuhan?""Ya, 'kan? Perdana Menteri Kiri sudah tiada, istri serta anak-anaknya malah terjebak dalam lautan api.""Tuan!"Disa tahu bahwa Arjuna luar biasa, tetapi tak disangka Arjuna akan berlari secepat itu. Dia tidak dapat mengejar Arjuna sekeras apa pun dia mengejar.Angin sangat kencang hari ini.Halaman utara kediaman prefek Kota Harmonika dan rumah di sebelahnya dilalap lautan api.Dengan bantuan angin, api yang berkobar meraung dan melahap segalanya. Asap hitam memenuhi seluruh langit di atas rumah. Napas yang membara terasa menyesakkan. Suara api yang berkobar meraung di udara, seolah-olah akan melahap semua kehidupan.Lokasi kebakaran kacau balau. Di bawah cahaya api, banyak orang menangis dan berlarian dengan tatapan cemas dan ekspresi ketakutan, serta teriakan yang menyayat hati.Api terus membesar, seolah mengejek

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 888

    Hari kedua setelah Arjuna masuk ke kota juga merupakan hari kedua upacara "pemakamannya".Sebelum fajar, Arjuna terbangun oleh suara tangisan di luar.Orang-orang yang menangis untuk pemakaman makin sedih.Ketika ditanya, katanya mereka harus menangis sedih.Para petugas pemerintah datang untuk memeriksa kapan saja. Jika mereka tidak menangis cukup sedih, pajak tahun ini akan berlipat ganda.Berlipat ganda.Siapa yang tidak menangis kalau begitu.Arjuna dan Disa berbaur di antara kerumunan pelayat, berjalan menuju aula duka, altar pengorbanan Kota Harmonika."Minggir, minggir!"Ketika mereka masih beberapa ratus meter dari altar, tiba-tiba terdengar suara mendesak di depan.Berdasarkan pengalaman, seharusnya orang penting yang keluar dari altar.Orang pertama yang muncul di hadapan Arjuna adalah beberapa pejabat berjanggut putih.Arjuna mengenali orang-orang itu.Mereka bukan pejabat, melainkan tabib istana. Mereka terburu-buru, diikuti oleh sebuah tandu tanpa atap."Dengar-dengar, ist

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 887

    "Sangat buruk itu seburuk apa?""Sejak berita buruk itu sampai di ibu kota, Nyonya Daisha tidak makan sebutir nasi pun."Dewi mengerutkan kening. "Ratna, suruh para pelayan untuk segera membawa Eka, Dwi, Tri dan Catur ke kamar Daisha. Biarkan mereka tidur dengan Daisha, jangan berpisah sedetik pun."Seorang wanita kehilangan suami tercintanya, satu-satunya alasan yang bisa membuatnya bertahan hidup adalah anak-anaknya....Sebagai perdana menteri kanan, Yudha juga tinggal di kediaman prefek.Dia tinggal di halaman utara rumah, jauh dari halaman utama.Sebelum Yudha tiba di halaman utara, dia melihat Rendra menunggunya di depan pintu."Yang Mulia."Begitu melihat Yudha, Rendra langsung menghampirinya.Yudha mengangkat tangannya, memberi isyarat agar Rendra tidak berbicara dulu, mengikutinya ke halaman."Yang Mulia, bagaimana kabar Paduka Kaisar sekarang? Apakah dia sudah bangun?"Gerakan minum teh Yudha berhenti sejenak. Ketidaksenangan melintas di matanya. "Dia hanya sebuah boneka, unt

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 886

    Disa sengaja menembakkan panah ke betis wanita itu.Panahnya hanyalah panah dengan ujung tumpul, bisa menjatuhkan seseorang tetapi tidak akan melukainya.Alasan Disa melakukan ini adalah untuk menguji apakah wanita itu menguasai seni bela diri.Di saat kritis, lebih baik lebih berhati-hati.Disa memberi isyarat kepada Ayumi dengan matanya, Ayumi segera mengerti. Dia pergi memapah wanita itu berdiri, lalu meminta maaf padanya.Ayumi menggelengkan kepalanya ketika dia kembali ke sisi Disa.Wanita itu hanyalah seorang pelayan kamar tamu biasa....Di kediaman Anggoro, Kota Harmonika.Kamar utama di tengah rumah awalnya adalah kamar Anggoro.Namun, saat ini, Anggoro hanya berdiri di dekat pintu dengan kepala menunduk. Dia tidak boleh masuk dan tidak memenuhi syarat untuk masuk.Yudha bergegas datang dari luar.Begitu kakinya melewati ambang pintu, ekspresi kekhawatiran langsung muncul di wajahnya.Dia berjalan cepat menuju kasur, melihat orang yang ada di atas ranjang.Orang yang ada di at

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 885

    "Nona, Nona!"Seorang pria berpakaian biru berlari turun dari lantai atas.Melihat pria itu, penjaga penginapan dan pelayan bergegas menyambutnya. Dia adalah pemilik Penginapan Tandjung Sari.Pria itu berlari kecil ke arah Disa lalu berkata, "Pelayanku salah. Semoga Anda bisa memaafkannya."Sambil berbicara, dia menendang pelayan di sampingnya. "Cepat bawa Nona dan Tuan ke kamar khusus di lantai tiga.""Baik, baik!" Pelayan itu buru-buru berkata kepada Disa. "Nona, silakan bayar di sini, kemudian aku akan segera ....""Brengsek!" Pria itu kembali menendang pelayan dengan keras. "Nona itu orang penting dari Negara Pulantara, bagaimana boleh kita menerima uang?"Sekarang adalah masa berkabung nasional, jadi tidak pantas mempromosi secara gencar.Setelah masa berkabung nasional berakhir, mereka akan melakukan promosi.Utusan dari Negara Pulantara tidak tinggal di penginapan resmi, tetapi memilih Penginapan Tandjung Sari.Reputasi Penginapan Tandjung Sari akan makin meningkat.Hal ini jauh

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status