"Di Lokalista," kata Arjuna."Lokalista tempat para bandit tinggal?""Benar.""Kulihat Lokalista hanyalah rawa besar yang bisa mengubur orang. Pegunungan di sekitarnya tandus, tanpa pepohonan. Dari mana kekayaan itu berasal?""Pegunungan tandus itu adalah harta yang tak terbatas.""Arjuna!" Mata Pangeran Maruta tiba-tiba berbinar. "Apakah ada emas di pegunungan itu?"Pangeran Maruta merenung. Jika di pegunungan itu ada kekayaan, pastilah emas."Bukan emas. Aku tidak bisa menjelaskannya langsung kepadamu. Kita akan pergi ke Lokalista dalam beberapa hari, kamu akan tahu nanti."Begitu Arjuna bangun, kabar tersebut sudah ramai di seluruh Kota Phoenix.Lokalista tempat para bandit tinggal menyimpan kekayaan yang tak terbatas.Tadi malam, setelah meninggalkan kamar Arjuna, Pangeran Maruta tak kuasa menahan diri untuk berlari ke penjara untuk bertanya kepada Erwin.Berita pun menyebar dengan cepat.Banyak orang bertanya kepada para mantan bandit apakah ada banyak kekayaan di Lokalista.Rumor
Mendengar kata-kata Arjuna, banyak pejabat Kota Alamanda menahan tawa, beberapa bahkan tertawa terbahak-bahak.Bukan karena mereka punya nyali, melainkan karena apa yang dikatakan Arjuna sungguh menggelikan.Kota Phoenix hampir merupakan tempat termiskin di Bratajaya. Ingin menjadikannya kota terkaya di Bratajaya itu seperti menyuruh seseorang yang bahkan tidak bisa melafalkan Kitab Tiga Huruf menjadi peraih nilai tertinggi dalam ujian kekaisaran."Uh ...." Pangeran Maruta merasa sedikit malu. Dia memiringkan tubuh, lalu berbisik kepada Arjuna. "Apakah kamu mabuk? Aish!"Pangeran Maruta menggelengkan kepalanya. "Aku lupa bahwa anggur bunga persik Negara Kalima cukup kuat. Seharusnya aku tidak menyuruh meminumnya."Arjuna mengatakan bahwa dia akan menjadikan Kota Phoenix sebagai kota terkaya di Bratajaya.Malam itu, seseorang berangkat dari Kota Phoenix untuk menyampaikan kabar ini ke ibu kota.Yudha dan yang lainnya tertawa terbahak-bahak setelah mendengar kabar tersebut.Dewi, yang du
Yusril menggunakan tatapannya untuk memberi isyarat kepada seorang pejabat yang berlutut di tepi menara.Pejabat yang menerima isyarat itu segera menyelinap turun dari menara.Yusril mengira tidak ada yang menyadarinya.Tanpa dia sadari ....Bibir Arjuna sedikit melengkung.Suasana hati Arjuna sedang baik hari ini, jadi dia memutuskan untuk mengikuti Yusril. Dia akan melihat trik apa yang Yusril lakukan.Tak lama setelah pejabat itu berlari menuruni menara."Tak, tak, tak, tak!"Suara langkah kaki yang riuh dan padat bergema dari bawah.Arjuna mencondongkan tubuh ke depan untuk melihat ke bawah.Kerumunan padat ada di bawah menara.Mereka semua adalah warga Kota Phoenix.Setelah tiba di menara, para warga berlutut."Yang Mulia Perdana Menteri, izinkan Yang Mulia Rian tetap di Kota Phoenix.""Yang Mulia Perdana Menteri, kami tidak bisa tanpa Yang Mulia Rian.""Yang Mulia Perdana Menteri, tolong berbaik hati."Makin banyak warga yang memohon di bawah menara. Jalan di dekat menara dipenuh
"Kenapa?" Pangeran Maruta menampar kepala Rian. "Kamu benar-benar bodoh. Cepat berterima kasih!""Bagaimana boleh aku menjadi bupati Kota Alamanda?""Bagaimana boleh Rian menjadi bupati Kota Alamanda?"Rian dan Yusril berteriak serempak.Pangeran Maruta menampar kepala Rian lagi. "Arjuna bilang boleh, maka boleh. Jangan banyak bicara.""Yang Mulia Perdana Menteri Kiri, atas dasar apa kamu melakukan ini? Apa hakmu melakukan ini?"Yusril bingung dan malu. Panik, bingung bercampur kesal membuatnya langsung menyudutkan Arjuna.Arjuna tidak langsung menjawab, melainkan menamparnya."Plak!"Suara tamparan itu sangat keras, bekas telapak tangan langsung muncul di wajah Yusril."Aku, seorang Perdana Menteri Kiri, tidak boleh menggantikan seorang bupati?""Aku adalah bupati yang dipilih oleh Yang Mulia Perdana Menteri Kanan, Yudha ....""Plak!"Sebelum Yusril menyelesaikan kata-katanya, tamparan lain mendarat di wajahnya."Apa yang kamu keluhkan?" Tatapan dingin Arjuna berlabuh pada wajah Yusri
Yusril menatap topinya yang ada di tangan Arjuna.Terkejut, bingung, ketakutan.Yusril tak berani bernapas.Tak hanya Yusril yang tertegun, tetapi juga rombongan pejabat dari Kota Alamanda.Arjuna mengibaskan topi tersebut. "Banyak sekali debu di topi ini."Yusril menghela napas lega.Jadi Arjuna hanya mengeluh debu pada topinya."Yang Mulia, aku datang ke sini semalaman, kena sedikit debu dalam perjalanan. Aku akan membersihkannya nanti."Sambil berbicara, Yusril berlutut di hadapan Arjuna, tangannya terangkat, menunggu Arjuna mengembalikan topi ke tangannya.Arjuna melirik tangan Yusril dengan tenang. Lalu dia mendongak, berkata kepada Rian yang sedang berlutut di pojok. "Rian, kemarilah!"Rian berlari kecil menghampiri Arjuna dengan sedikit membungkuk."Tuan!" Rian berlutut di belakang Yusril. Pangkatnya lebih rendah dari Yusril, jadi dia tidak bisa berlutut sejajar."Maju sedikit," kata Arjuna.Rian melakukan apa yang diperintahkan, dia bergerak sedikit lebih dekat.Namun, dia masi
"Yusril, memberi hormat kepada Yang Mulia Perdana Menteri Kiri." Sekelompok besar pejabat di belakang Yusril juga berlutut. Di depan Arjuna, kerumunan besar berlutut.Setelah mengetahui kedatangan Yusril, Rian bergegas memimpin para pejabat dari Kota Phoenix ke tembok kota."Hormat kepada Yang Mulia."Rian memimpin para pejabat Kota Phoenix memberi hormat kepada Yusril. Yusril bahkan tidak meliriknya. Yusril, memimpin rombongan pejabat dari Kota Alamanda, melewati Rian untuk berlutut di hadapan Pangeran Maruta."Hormat kepada Pangeran Maruta!"Pangeran Maruta adalah pria yang lugas, tak pernah menahan diri. Dia langsung menendang Yusril."Yusril, kenapa kamu baru datang?" Pangeran Maruta mengumpat sambil menendangnya.Yang Mulia, bukannya aku tidak ingin datang. Para bandit merajalela di sebuah kabupaten di Kota Alamanda. Aku pergi ke sana delapan hari yang lalu untuk menumpas mereka. Setelah membasmi mereka hari ini, aku langsung ke sini.""Aku sudah menyerahkan laporan masalah ini da