Dan bertemulah dua kubu pasukkan yang berseteru. Keduanya sama-sama penuh semangat berapi dan bergejolak penuh nafsu, untuk saling menghabisi musuh mereka. Tentu saja dengan dua alasan yang berlawanan. Yang satu ingin menguasai, dan satunya lagi tak sudi dikuasai. Bruuaggghks..!! Jleebh..! Praaghk..!! ... Taang..! Traaghk..!! "Hiaahhh..!! Aaarrghks..!!" Seketika pecahlah seruan amarah, teriak kesakitan, jerit kematian, suara benturan senjata, patahnya senjata, dan aba-aba para panglima perang. Semuanya bercampur baur komplit, dalam medan pertempuran dua pasukkan itu. Dan wilayah perbatasan Shaba dan Pangkah itu. Sungguh sifat kebaikkan manusia seolah lenyap tanpa bekas. Dalam sengitnya pertempuran di medan peperangan itu. Karena yang ada adalah menyerang atau diserang, membunuh atau dibunuh. Dan semuanya itu hanya untuk satu tujuan. Yaitu, untuk mencapai kejayaan dan kemenangan..! Raja Brajadewa mengamuk dengan lesatan Ki Sengkala ditangannya, Raja Alugra membantai dengan te
"Ahh..! Selamat datang Pendekar Penembus Batas..! Paduka Yang Mulia dan para Panglima kerajaan tengah mengadakan pertemuan di dalam istana. Mari Tuan Pendekar saya antar ke dalam," sambut bersemangat Kepala Pengawal gerbang istana. "Baik Paman. Terimakasih," ucap Elang, seraya mengikuti langkah Kepala Pengawal istana tersebut. "Maaf Paduka Yang Mulia..! Pendekar Penembus Batas hendak menghadap..!" ucap sang Kepala Pengawal istana. Dia mendahului masuk ke dalam ruang istana dalem Galuga, untuk melaporkan. "Wahh..! Baiklah..! Masuklah Elang Prayoga..!" seru sang Raja Dewangga Kusumawardhana, suaranya terdengar sangat senang. "Salam Paduka Raja Dewangga. Salam semuanya..!" Elang langsung tersenyum memberi salam, pada sang Raja dan semua yang hadir di pertemuan itu. "Salam Pendekar Penembus Batas..!" seru sang Patih Manggala, segenap senopati, Putri Arum, dan para sepuh pendekar, yang juga hadir diruangan itu. Nampak kini semua wajah menyiratkan kelegaan dan penuh semangat, dengan
"Hahh..?!!" semua yang hadir diruangan itu pun tersentak kaget. Akhirnya mereka semua sadar, telah terjadi adu 'power' antara Surapati dan Datuk Nan Tabanam saat itu. Dan tentu saja mereka tak bisa berbuat apa-apa, selain hanya bisa menonton saja adu power kedua Panglima tersebut. Blazzth..! Sang Datuk akhirnya meningkatkan juga hawa bekunya. Maka seketika terjadi dua sifat pada tuak dalam gelas itu. Sebagian tuak menjadi es, dan sebagian lagi masih membara bagaikan magma. Edan..! Byarshh..! Surapati kembali meningkatkan 'power'nya, maka kini seluruh gelas beserta isinya diselimuti kobaran api hitam. Dan itu adalah puncak energi terpanas, yang dimiliki Surapati. Api neraka..! "Akgshh..!!" secepat kilat sang Datuk tarik tangannya yang melepuh hitam, seraya berseru kepanasan. Nampak telapak tangan kanannya itu bergetaran. Menahan hawa super panas, yang baru 'dirasakan'nya seumur hidupnya itu. Sepasang matanya sontak terbelalak kaget dan gentar. Menatap tajam Surapati, yang ha
"Ahh. ! Mohon maaf Paduka Raja Alugra, Eyang Sepuh. Firasat buruk Elang juga mengatakan, jika besok pasukkan Tlatah Palapa akan menyerang Shaba dan Galuga secara besar-besaran. Adalah bijak, bila kita mempersiapkan pertahanan pasukkan sejak saat ini juga Paduka Raja," ujar Elang sopan, namun tegas. Karena memang keadaan dan waktu sudah sangat mendesak untuk bersiap. "Baik Elang, aku percaya akan firasatmu itu. Aku memang tengah mempersiapkan rencana pertahanan di wilayah Shaba ini, dengan Eyang Wilapasara," ucap sang Raja Alugra, membenarkan pandangan Elang. Ya, rupanya sang Raja dan juga Eyang Wilapasara berpendapat sama dengan Elang. Kerajaan Shaba harus segera mempersiapkan siasat pertahanan dan pasukkannya. Untuk menyambut serangan musuh..! "Selamat Elang. Luar biasa sekali getar energimu saat ini. Bahkan hampir tiga kali lipat, dari 'power' terakhirmu 2 hari yang lalu," ucap Eyang Wilapasara tersenyum. Ya, hatinya merasa kagum dan takjub dengan aura 'power' Elang, yang men
Dan bagian 'pusat' dalam simbol lingkaran cakra itu, di tempati oleh Elang. Karena memang hanya Naga dengan status tertinggi saja, yang boleh menempati atau bertapa di lempeng batu hijau tertua. Dalam lingkaran simbol cakra tersebut. Dan Ki Naga Merah sebagai penguasa Kerajaan Selaksa Naga. Dia sengaja menempatkan Elang di posisi 'pusat' tersebut. Kelebihan naga/manusia, yang mendapatkan posisi di batu hijau bagian pusat cakra itu. Adalah orang atau naga tersebut akan mendapatkan sedikit energi transferan secara otomatis, dari para naga/orang yang bertapa di sekitarnya. Karena sesungguhnya, setiap batu-batu lempengan hijau dalam rangkaian cakra tersebut, semuanya saling berhubungan dalam 'akar-akar' batu di bawah tanah. Ya, bagaikan akar menjalar atau saluran pipa air dibawah tanah, yang berpusat di batu lempengan tengah pusat cakra. Batu hijau yang kini digunakan oleh Elang. Demikianlah 'rahasia' yang hanya diketahui oleh sebagian kecil, dari para pertapa di Lembah Hijrah Naga.
"Hahahaa..! Rupanya nyali Elang hanyalah sebesar tikus saja..! Dia tak ada dimana pun di wilayah Kalpataru saat ini. Sepertinya dia bersembunyi ketakutan di suatu tempat..! Hahahaa..! Sepertinya ini adalah saat yang baik sekali, untuk menyerang dua wilayah sekaligus..! Kita akan menyerang Shaba dan Galuga secara bersamaan..!" seru Surapati, seraya tertawa bergelak senang. "Kau pergilah, dan kabarkan pada semua anggota Serikat Mata Dewa..! Untuk segera bergabung dengan pasukkan Tlatah Palapa secara serentak..! Besok kita akan menyerang dua wilayah sekaligus, dalam waktu yang bersamaan..!" perintah Surapati tegas, pada pelapor dari Serikat Mata Dewa itu. "Ba-baik Panglima Surapati..! Akan hamba kabarkan perintah Panglima secepatnya.! Pada semua anggota Serikat Mata Dewa hari ini juga..!" seru sang pelapor, seraya bergegas mundur dari hadapan Surapati. Baru saja sang pelapor dari Serikat Mata Dewa itu keluar, dari ruang pribadi Surapati. Saat kembali datang seorang utusan dari wi