Home / Urban / Sang PENEMBUS Batas / Bab 033. INTEROGASI DAN INTIMIDASI

Share

Bab 033. INTEROGASI DAN INTIMIDASI

Author: BayS
last update Huling Na-update: 2025-02-09 09:20:54

“Mas Elang. Masuk saja ke dalam yuk. Ayah menunggu Mas Elang, untuk makan bersama,” ajak Frisca.

Sejujurnya mereka berdua memang belum terlalu lapar. Karena mereka telah makan beberapa kue donat tadi di cafe.

Namun Elang merasa tak enak, jika menolak ajakan dari pak Wahyu. Maka ia pun beranjak masuk ke dalam kamar.

Tampak Ratna juga baru terbangun dari tidur siangnya,

“Ehh, Ayah sudah pulang tho,” ucap istrinya.

“Iya bu, kita makan bersama dulu yuk Bu,” ajak suaminya.

“Hayuk Yah, kebetulan ibu sudah lapar,” sahut istrinya.

“Ayo Elang, sini kita makan bareng,” ajak pak Wahyu, sambil menepuk karpet lantai di sebelahnya.

“Iya Elang sini, jangan sungkan,” ucap bu Ratna.

“Iya Pak, Bu, makasih,” ucap Elang sambil duduk di sebelah pak Wahyu.

Siang itu mereka makan paket ayam crispy bersama. Suasana terasa hangat di sela obrolan santai mereka.

Seolah masalah berat yang menghimpit mereka tak dirasakan saat itu.

Usai makan Wahyu mengajak Elang berbicara di balkon kamar,

“Elang, ber
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 034. MURKA KI PRAGOLA

    “Amm..punn Pak Wahyu..! Saya akan bicara..! S-saya bicara..!!” ucap Rohim cepat, gugup, dan ketakutan. Keringat dingin sudah membasahi wajahnya. “Saya disuruh Pak Hendi untuk menghadang dan menghabisi Pak Wahyu..! Saya hanya orang suruhan Pak..! Ampuni kami Pak Wahyu..! Ampuunn..!” ucap Rohim memelas, seraya mengakui niat perbuatannya. Sementara tampak genangan air di lantai posko. Rupanya Barto terkencing di celana, saat melihat adegan menegangkan di depan matanya. 'To..Barto..! Orang yang mau di gunting, malah dia yang ngompol..! Hihihi..! Badan doang gede, nyali capung..!' bathin Rustam geli. “Sejak kapan kalian mengintai rumahku..?!” tanya pak wahyu. “Sudah beberapa hari ini Pak Wahyu,” sahut Rohim cepat. Setelah mendapat info hingga terang benderang. Sandi ponsel mereka berdua pun, tak lewat dari pertanyaan pak Wahyu. Bahkan Rohim mengaku tahu, kalau tuannya Hendi menggunakan jasa paranormal dari Sukabumi, bernama Ki Pragola. Kesemua pengakuan Rohim dan Barto terekam jela

    Huling Na-update : 2025-02-09
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 035. JATI DIRI DAN PERSAHABATAN

    Sraath..! Sosok Elang melesat cepat mengelilingi rumah pak Wahyu, dengan kecepatan yang sukar di ikuti oleh mata telanjang. Pak Wahyu dan lainnya yang berada dekat Elang, mereka hanya melihat tubuh Elang tiba-tiba lenyap. Taph..! Lalu dalam sekejapan saja, Elang sudah terlihat kembali di tempatnya. “Selesai. Kini rumah Pak Wahyu sudah aman, dari serangan mistis sekuat apapun,” ucap Elang. “Terimakasih Elang. Tanpa bantuanmu, kami pasti tak berdaya apa pun melawan kiriman orang jahat itu,” ucap pak Wahyu. “Sudahlah Pak Wahyu, saya hanya perantau yang kebetulan lewat, dan punya sedikit kemampuan untuk membantu,” ucap Elang sopan. Tinn..! Tinn..! Brrmm..! Blazer milik pak Bernard tiba di depan pintu gerbang rumah pak Wahyu, dan memberi tanda dengqn klaksonnya.“Pak Rustam, tolong bukakan pintu gerbangnya,” perintah pak Wahyu pada securitynya itu. Bergegas pak Rustam membukakan pintu gerbang, Blazer pak Bernard pun melaju masuk ke halaman rumah Wahyu. Klek.!Bernard turun dari

    Huling Na-update : 2025-02-09
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 036. LEBURNYA TRISULA NERAKA

    "Elang. Mulai saat ini, anggaplah aku adalah ayahmu Elang,” bisik pak Bernard serak, ‘Sukanta sobatku, putramu sudah kutemukan. Dia adalah putra yang gagah Sukanta. Tenanglah kau di sisi-Nya bersama Wulandari di sana’, bathin pak Bernard dengan tulus. “Ehem. Maaf, ada apa ya Pak Bernard, Elang..?” terdengar suara Wahyu, yang baru saja kembali dan merasa heran. Karena melihat Bernard dan Elang saling berangkulan. “Ohh, tak ada apa-apa Pak Wahyu. Saya hanya berterimakasih atas bantuan Elang, untuk putra saya,” sahut pak Bernard. Ya, Bernard merasa tak berhak membuka rahasia hidup Elang. 'Biarlah Elang yang bercerita sendiri, jika memang dirasa itu perlu', pikirnya. “Ohh. Kalau begitu mari kita makan malam dulu Pak Bernard, Elang. Saya membeli beberapa porsi sop iga sapi dan bakwan jagung, di warung makan depan hotel,” ucap pak Wahyu, sambil beranjak ke dapur rumah. Wahyu berinisiatif menyiapkan peralatan makan mereka malam ini. Akhirnya mereka pun makan malam bersama dengan nikm

    Huling Na-update : 2025-02-10
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 037. TETAP BERKELANA

    Splash..! Sukma Elang kini berdiri berhadapan dengan sukma Ki Pragola, di tengah-tengah halaman rumah Wahyu. Wahyu, Rustam, dan Bernard hanya bisa melihat tubuh Elang yang sedang bersila, di halaman seolah tak bernafas. Hati mereka merasa sangat cemas terhadap Elang. Namun mereka tak mau gegabah bertindak dan kesalahan tangan. “Kau benar-benar cari mati pemuda keparat..!” teriak sukma Ki Pragola murka. “Mati nggak usah dicari juga datang sendiri Pak Tua,” sahut sukma Elang kalem. Karuan sukma Ki Pragola tambah meledak, mendengar ucapan Elang yang dianggapnya meremehkan dirinya. “Keparat kau pemuda bau kunyit..! Sebentar lagi sukmamu akan terkoyak dengan aji macan silumanku ini..!” Ki Pragola berseru murka, sambil menerapkan aji macan siluman yang dimilikinya. Sukmanya tiba-tiba berubah menjadi macan hitam yang besar, dengan cakar dan gigi taring yang panjangnya melebihi leak Bali. Elang diam-diam menerapkan aji Lindu Sukma tingkat ke 4, dari 7 tingkatan pamungkas ilmu itu. S

    Huling Na-update : 2025-02-10
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 038. RENCANA KEJUTAN

    “Baiklah Elang. Bapak tak bisa memaksamu. Biarlah nanti bapak, yang akan coba mengurusnya untuk kamu. O iya Elang, nama panti asuhan kamu apa namanya..? Bapak mungkin akan pergi ke sana, dan bicara dengan pengelola panti asuhan tersebut,” tanya pak Bernard. “Panti asuhan ‘Harapan Bangsa’ namanya Pak Bernard, dan nama pengelolanya adalah Bu Nunik,” sahut Elang. Bernard mencatat baik-baik nama panti asuhan dan juga nama pengelolanya itu, dalam memo ponselnya. “O iya Elang. Dalam prosesnya nanti, mungkin bapak memerlukan nomor KTP dan juga nomor rekening bank kamu. Bisakah kau memberikannya pada bapak..?” tanya pak Bernard, dalam hatinya dia merencanakan sesuatu. “Bisa Pak Bernard,” sahut Elang, lalu ia menyebutkan data yang diminta oleh pak Bernard. Bernard pun lalu kembali mencatat data yang di sebutkan oleh Elang itu.Karena malam sudah terlalu larut, akhirnya Bernard memutuskan untuk pulang dan beristirahat di rumahnya. Sementara Elang tetap di rumah pak Wahyu, dan memilih ke

    Huling Na-update : 2025-02-10
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 039. MENERAWANG SANG KEKASIH

    “Asyik..! Terimakasih Mas Elang. Mas tunggu di sini ya. Biar Frisca ambil mobil dulu,” ucap Frisca riang. Mobil yaris berwarna merah meluncur keluar dari garasi, dan langsung menjemput Elang yang menunggu di posko satpam. Mereka pun langsung meluncur menuju ke daerah Petogogan, yang masih berada di wilayah Jakarta Selatan. Tak sampai 30 menit kemudian. Mobil Frisca masuk ke halaman parkir sebuah cafe, bernama ‘Kopi Kalyan’ di jalan Cikajang. Suasana cafe tak begitu ramai, saat Frisca dan Elang masuk ke dalamnya. Mereka mengambil meja yang berada di sudut ruang. Elang memesan kopi kalyan rasa pisang, sedangkan Frisca memesan Cafe latte, roti bakar, dan spaghetti carbonara, untuk mereka berdua. “Mas Elang. Apakah menurut Mas Elang hubungan Frisca dan Aldi bisa di teruskan..? Sejak semalam, Aldi terus menghubungi dan menchat Frisca. Dia merasa sangat menyesal dan meminta maaf pada Frisca,” tanya Frisca memulai percakapan. “Frisca, pertanyaanmu sudah masuk dalam ranah yang paling

    Huling Na-update : 2025-02-11
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 040. HADIAH DAN PAMIT

    'Hmm. Istriku ini memang wanita yang rajin di dapur, senang sekali dia memasak. Sungguh beruntung aku mendapatkannya’, bathin Wahyu bersyukur, sambil memandangi sosok istrinya. Ratna merasa ada yang memperhatikannya, maka ia pun menoleh ke arah suaminya, yang sedang menatap kagum padanya itu, “Aih, Ayah bikin kaget saja, tahu-tahu sudah di pintu dapur,” ucap bu Ratna. “Aroma masakanmu yang membuat ayah terbang kesini Bu,” puji pak Wahyu sambil tersenyum. “Selesai. Silahkan Ayah menunggu di meja makan. Sebentar lagi masakkan akan di hidangkan,” ucap sang istri, yang merasa puas masakannya telah matang sempurna. “Iya sayank,” ucap Wahyu sambil mengecup kening istrinya, sebagai tanda terimakasih. Tinn ! Tiinn ! Suara klakson mobil Frisca terdengar di depan teras rumah. Elang turun dari mobil tersebut, dan Frisca langsung memasukkan mobilnya ke garasi. Frisca segera turun menyusul Elang, yang sudah berada di teras rumah. Frisca langsung mengajak Elang masuk ke rumahnya, “Assalam

    Huling Na-update : 2025-02-11
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 041. PERGI DAN TERSISIH

    “Semua sikapmu sangat baik Elang, bahkan sikap kamilah yang mungkin kurang berkenan di hatimu. Untuk itu kami mohon maaf,” ucap pak Wahyu. “Mas Elang, jangan sungkan untuk mampir ke sini lagi ya. Rumah ini adalah rumahmu juga Mas,” ucap Frisca serak. Ya, Frisca sangat sedih melihat Elang akan pergi dari kehidupannya. Karena jasa dan budi baik Elang, sangat besar bagi diri dan keluarganya. “Elang, biar nanti bapak urus semuanya. Kalau sudah beres nanti akan bapak kabari kamu,” ucap pak Bernard pelan, sambil memeluk sosok Elang. “Elang. Nanti kabari keberadaanmu seminggu dari sekarang ya. Biar bapak paketkan ke alamatmu berada, soal plat motor dan STNK mu,” ucap pak Wahyu, mengingatkan Elang. “Elang, bila sudah ketemu pacar bilang-bilang ibu ya. Hihihi..!” ucap bu Ratna sambil tertawa kecil menggoda Elang. “Terimakasih semuanya. Kalian semua adalah orang-orang yang baik. Elang mohon pamit, Assalamualaikum,” pamit Elang mengucap salam. “Wa’alaikumsalam... Elang, hati-hati di jalan

    Huling Na-update : 2025-02-11

Pinakabagong kabanata

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 329.

    "Aduhhs..!" Braghk..! Teriak sang Ibu mengaduh, sosoknya terhuyung menabrak dinding kamar. Akibat tendangan pria kasar itu. Namun dia tetap keukeuh tak mau keluar dari kamarnya. "Hei perempuan keras kepala! Keluar dari kamar, atau kugorok batang leher suamimu ini..!" ucap lelaki berpakaian hitam yang satu lagi dari luar kamar. Rupanya suami wanita itu telah ditelikung, dengan leher berkalungkan golok tajam yang berkeredepan. Golok itu siap ditarik, untuk menggorok leher sang suami. Sementara sang suami sendiri terlihat pasrah tak berdaya, dalam telikungan orang berpakaian hitam tersebut. "Kangmas..! Aduhh..! Ja-jangan bunuh suamiku Paman..! Aduh..! Bagaimana ini..?! Huhuhuu..!" seru panik sang wanita, dirinya menjadi bingung memilih, di antara pilihan yang sama beratnya. "Ibu..! Cepat Ibu keluar saja, biarkan Paman jahat itu memperkosaku. Selamatkan Bopo, Ibu..! Tsk, tsk..!" seru putrinya yang masih berusia 14 tahun itu, seraya terisak pedih. Ya, dia merasa sudah tak ada harap

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 328.

    'Baik Elang! Aku percaya padamu! Aku akan tetap setia pada kerajaan Kalpataru, hingga tetes darah terakhirku..!' tegas bathin Suralaga. Dia merasa yakin, jika pemuda utusan dari Maharaja Kalpataru benama Elang itu, pasti bukanlah orang sembarangan. "Tuan Putri, aku ingin bicara denganmu sebentar," ucap Elang, saat dia melihat Ratih langsung saja ingin memasuki kamarnya. "Katakan saja yang ingin kau bicarakan Elang," sahut Ratih seraya menahan langkahnya, dia pun berbalik menuju ke ruang tengah rumah. Nampak satu set meja kursi ukir dari kayu jati telah tersedia di sana. Lalu Ratih pun duduk, diikuti oleh Elang yang juga ikut duduk di seberang Ratih. "Tuan Putri, sebaiknya kita tidak bermalam di sini. Aku merasa Kademangan ini sudah dikuasai oleh pasukan Panglima Api," ujar Elang membuka percakapannya. "Elang..! Aku peringatkan kau..! Jangan menduga sembarangan tanpa bukti..! Apa buktinya, kalau kademangan ini sudah dikuasai oleh Panglima Api?!" seru Ratih, yang langsung emosi m

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 327.

    "Paman Suralaga. Aku ditugaskan Ayahanda Prabu Mahendra Wijaya, untuk mengawasi adanya gerakan pemberontakkan. Pemberontakkan yang dihembuskan oleh 5 Panglima Petaka, murid dari Resi Mahapala. Kelima Panglima Petaka itu diduga telah menyusup ke wilayah 5 kerajaan bawahan Kalpataru. Sekarang harap Paman Suralaga berkata jujur. Apakah memang ada salah satu pasukan pemberontak, dari kelima Panglima Petaka itu di kerajaan Dhaka ini..?" Ratih menjelaskan, sekaligus bertanya penuh selidik pada Suralaga. "Ampun Gusti Putri, hamba sama sekali tidak mengerti mengenai masalah itu. Kiranya hanya Prabu Samaradewa di istana, yang punya pengetahuan soal itu. Karena sang Prabu pasti memiliki para telik sandi, yang tersebar di seluruh wilayah kerajaan Dhaka ini," sahut Suralaga, seraya menundukkan wajahnya. 'Degh!' "Hmm. Ada yang tak jujur dalam perkataan Suralaga ini', bathin Elang berdesir seketika. Dia mengetahui dan bisa menangkap sinyal 'kedustaan', dalam ucapan Suralaga itu. Namun Elang

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 326.

    "Hhhh..!" Elang hanya menghela nafas kesal menyaksikan kejadian itu. Dia tak menyalahkan Ratih, jika gadis itu sampai menghabisi nyawa prajurit sial, dan kurang ajar itu. Dia hanya menyesalkan kejadian itu terjadi, di hari pertama pengembaraannya di tanah masa silam ini. "Wanita keji..! Sebutkan namamu dan apa tujuanmu masuk ke wilayah kadipaten Kalimaja ini..?!" seru seorang prajurit, dengan hati bergetar ciut. Kini dia menyadari, bahwa wanita yang mereka hadapi ini bukanlah wanita sembarangan. Seth..! Plukh..! Ratih melemparkan plakat emas kerajaan pusatnya, yang jatuh tepat di hadapan para prajurit itu. "Hahh..?! P-plakat utusan dari kerajaan Kalpataru..!" seru gugup seorang prajurit, yang mengenali benda itu. Seketika bulu kuduknya meremang ngeri, tubuhnya pun langsung lemas bagai tak bertulang. Rekan prajurit lainnya yang tiga orang itu, juga terlihat gemetar dengan wajah pucat pasi. Kini mereka semua sadar, bukan tidak mungkin wanita jelita yang tampak sederhana itu adal

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 325.

    "Hati-hati Gusti Putri..! Hati-hati Elang..! Semoga restu para Dewa selalu bersama kalian," seru Ki Jagadnata, pada mereka berdua. "Hati-hati Gusti Putri! Mas Elang! Kembalilah dengan selamat!" seru Cendani serak. Ada perasaan kehilangan yang menggigit hatinya, saat melihat Elang mulai menghela kudanya menjauh bersama sang putri. Ya, sebuah rasa yang tak pernah dia pahami, kini mulai meraja di hati Cendni. Pada siapa..?! Tentu saja pada pemuda asing bernama Elang itu! Setelah membetulkan letak buntalan kain perbekalannya, Elang pun memancal si 'Keling', untuk mengejar sang Putri yang telah agak jauh di depannya. "Hsaahh!" si Keling kini menambah kecepatan larinya, mengejar kuda Ratih Kencana. Gadis itu bahkan tak pernah menoleh sekalipun ke arah Elang, yang berada di belakangnya. Hanya terkadang saja sang putri melambatkan lari kudanya. Untuk menunggu Elang sejajar dengannya, lalu memberitahukan arah yang akan mereka lalui. Setelah itu kembali sang Putri mendahului, dengan 'mem

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 324.

    "Hiyaahh..!" Byaarsh..!Seketika muncul cahaya hijau terang menyelimuti sosok Elang, tepat saat dua larik cahaya hitam lontaran Singayudha menghantam. Blaarsh..! Spraath..! Dua larik cahaya hitam ambyar seketika. Tak mampu menembus selubung cahaya hijau terang milik Elang. "Hah..?! Tak mempan..!" seru sekalian orang, yang menyaksikan hal itu. 'Gila si Elang ini..!' seru bathin Ratih. Ratih cukup paham dengan kekuatan aji 'Singa Putih Mencabik Langit' milik Singayudha itu. Ajian yang bahkan mampu menumbangkan seekor gajah liar sekalipun. Namun berhadapan dengan Elang, pukulan itu bagai tak ada 'taji'nya sama sekali. Hanya Ki Jagadnata saja, yang tak nampak terkejut dengan kejadian itu. Karena dia memang sudah sangat yakin dengan kemampuan Elang. Ya, Senopati Singayudha sepertinya masih harus belajar 100 tahun lagi, jika ingin setara dengan Elang. Ki Jagadnata hanya tersinyum simpul, melihat hal itu. 'Hmm. Baiklah, akan kuterapkan kekuatan baruku padanya sebagai uji coba', bath

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 323.

    'Degh..!' Hati Elang bergejolak seketika, mendengar ucapan Senopati Singayudha. Dia tahu bahwa senopati muda itu menaruh hati pada Ratih Kencana. Namun cara laku dan ucapannya sungguh sudah keterlaluan. 'Hmm. Sedikit pelajaran sepertinya perlu buat Senopati mentah ini..!' seru bathin Elang. Namun begitu, Elang tetap tersenyum saja di permukaan wajahnya. Dan bagi Ratih Kencana ini adalah kesempatan baginya. Untuk melihat kemampuan Elang, yang kemarin diceritakan Ki Jagadnata telah berperan besar. Dalam mengusir pasukan pemberontak di pinggir Kotaraja. "Bagaimana Elang..? Apakah kau berani menerima pertarungan 'persahabatan', dengan Senopati Singayudha?" tanya Ratih, seraya tersenyum sinis pada Elang. Baru sekali ini Ratih menyebut nama pada Elang, itu pun dengan nada yang seperti mencemooh. Karena memang Ratih merasa tak yakin, jika Elang sehebat yang dikisahkan oleh Ki Jagadnata. Sengaja Ratih menyebutnya sebagai pertarungan 'persahabatan'. Karena dia tak ingin di antara mereka

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 322.

    "Mas Elang sendiri masuk tataran yang mana menurut Eyang?" tanya Cendani, yang tiba-tiba masuk dalam pembicaraan. "Wah, adik Cendani. Aku mana bisa disejajarkan dengan para tokoh langitan, masuk 'Ksatria Bumi' saja belum tentu. Hehe," sahut Elang, seraya terkekeh geli mendengar pertanyaan Cendani. "Hahaa..! Cendani, andai kamu tahu. Eyangmu ini masih keteteran, mengejar kecepatan ilmu meringankan tubuh Elang tadi siang. Elang sudah jelas berada di tataran 'Ksatria Langit' Cendani," sahut Ki Jagadnata terbahak, mendengar pengakuan Elang yang berkata masih di tataran 'Ksatria Bumi'. "Ahh, Eyang. Cucumu ini masih butuh banyak belajar dari poro sepuh di masa ini. Mohon jangan berlebihan," ucap Elang seraya menunduk hormat pada Ki Jagadnata. 'Ahh. Pemuda yang rendah hati, kau memang pantas menyandang kemampuan 'Ksatria Langit' Elang. Bahkan aku tak akan terkejut, jika kau ternyata sudah berada di tataran 'Ksatria Semesta' nantinya', bathin Ki Jagadnata, makin kagum pada kepribadian E

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 321.

    "Ampun Ayahanda Prabu. Rasanya telah lama Ratih tak mengetahui kehidupan di luar istana. Ini juga adalah kesempatan bagi Ratih. Untuk meluaskan pengalaman dan mengenal kondisi rakyat yang sebenarnya, di wilayah Kalpataru saat ini," sahut Ratih memperjelas keinginannya. "Baiklah Nanda Ratih, kuperintahkan kau mulai besok. Untuk ikut menemani Elang dalam pengembaraannya, mencari 5 Panglima Petaka..!" turun sudah titah dari sang Prabu, untuk putrinya Ratih Kencana. Dan Elang pun terlongong tak mampu berbuat apa-apa. Karena itu adalah perintah sang Prabu. Sesuatu yang tak mungkin ditolak atau dihindari Elang. Karena pasti akan menimbulkan 'gejolak' saat itu juga, jika dia mengemukakan penolakannya. "Baik Ayahanda Prabu. Ratih akan mengemban tugas itu sebaik-baiknya," ucap Ratih tegas, seraya memberi hormat dan mencium tangan sang Prabu. Lalu Ratih pun beranjak keluar meninggalkan istana dalem. Wajahnya nampak berseri, menuju kembali ke keputren. Ratih hendak mempersiapkan penyamaran

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status