Share

Bab 199.

Author: BayS
last update Huling Na-update: 2025-03-28 00:44:17

'Hhh.. ! Tak bisa dihindari lagi, mungkin ini sudah karmaku. Aku harus berhadapan dengan guru dan kakak seperguruanku sendiri’, keluh bathin Bagja, sambil menghela nafas berat.

Dulu dia sering mendengar gurunya berbicara, soal kakak seperguruannya yang bernama Kabinawa itu dengan nada bangga.

Namun pada akhirnya. Timbul kesadaran di hati Bagja, bahwa jalan yang ditempuh guru dan kakak perguruannya itu salah.

Bagja lebih memilih aspek terakhir dalam ilmu leak yaitu ‘kamoksan’ atau ilmu kelepasan.

Moksa dalam ajaran agama Hindu adalah tujuan hidup terakhir, yaitu kebebasan dari ikatan duniawi dan putaran reinkarnasi kehidupan.

Ilmu leak terdiri dari ilmu kawisesan (penengen pengiwa untuk duniawi), dan ilmu kelepasan (untuk lepas dari duniawi).

Sedangkan guru dan kakak seperguruannya itu, hanya memfokuskan pada tujuan ‘kawisesan pengiwa’. Untuk memenuhi hasrat duniawinya, tanpa peduli dengan cara apa mereka memperolehnya.

Berangkat dari hal inilah, Bagja meninggalkan gurunya. Dia
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 624.

    "Selamat datang Tuan dan Nona. Silahkan duduk dulu," ucap sang pelayan yang tak lain adalah Pudji. Pudji menundukkan wajahnya saat menyapa mereka, sehingga dia tak memperhatikan wajah pengunjung rumah makannya itu. Namun Elang masih mengenali wanita itu, senyum kecil seketika menghias wajah Elang. 'Syukurlah Pudji, sepertinya kau telah keluar dari rumah kembang itu', bisik hati Elang senang. Elang dan Prasti pun segera memilih meja mereka. Saat itu pengunjung memang cukup ramai, karena masuk waktunya makan siang. Mereka menunggu sejenak Pudji melayani pengunjung lainnya. Hingga akhirnya sosok wanita cukup sepuh datang, menghampiri meja mereka. "Maaf menunggu Tuan. Tu ... tuan ma ... mau pe-san a-ap .. Ahhh..! Mas Elang kaukah itu Nak..?!" sang Ibu sepuh, yang ternyata Bu Laras itu tak dapat menahan seruan kagetnya. Saat lamat-lamat dia mulai mengenali pengunjungnya, yang berambut putih agak gondrong itu. Ya, karena wajah Elang adalah wajah yang selalu ada dalam do'anya. Mana b

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 623.

    "Hahahaa..! Kalian ini..! Bagaimana kalian bisa saling berbicara, jika kalian berdua sama-sama menunduk seperti itu..?!" seru sang Maharaja terbahak geli. Melihat cara Elang dan Putrinya bertanya jawab. "Ahh..!" seru Elang terkejut, mendengar tawa terbahak sang Maharaja. Segera dia angkat wajahnya, sementara raut tegang di wajahnya belum juga hilang. "Ehh..!" Prasti juga berseru kaget, seraya angkat wajahnya yang tertunduk sejak tadi. Dalam hati dia merasa malu sekali di tertawakan oleh sang Ayahnya itu."Elang, sekarang ulangi pertanyaanmu dan tatap wajah Prasti," ucap sang Maharaja tegas. Sontak wajah Elang tambah bersemu merah 'tengsin'. Namun segera dilakukannya ucapan calon ayah mertuanya itu. "Prasti. Maukah kau menikah dan menjadi istriku..?" tanya Elang seraya menatap wajah Prasti, yang hari itu nampak sangat jelita. Ya, berdandan seadanya saja, sudah membuat gadis itu sedemikian cantiknya. Dan kembali Prasti menunduk, seraya menganggukkan pelan kepalanya. Hal yang kin

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 622.

    "Kakek itu adalah Guru dari Panglima Bagus Tuah dan Bayang Mentari dari Tlatah Saradwipa. Dua Panglima yang dulu tewas di tanganku, saat perang di Tlatah Kalpataru, Paman. Dia datang hendak membalaskan dendam, atas kematian dua muridnya itu padaku," jelas Elang. "Hmm. Pantas saja dia sepertinya sengaja mencari kerusuhan di Kotaraja. Rupanya dia hendak memancing Paduka Elang keluar dari istana," ujar sang Patih. "Mungkin juga seperti itu Paman." "Paduka Elang. Baru saja seorang utusan dari sang Maharaja Danuthama Syailendra datang. Dia menitipkan pesan pada hamba, saat Paduka tengah sibuk dengan Kakek pembunuh itu," ucap sang Patih memberitahukan. "O ya Paman? Kabar apa yang dibawa utusan sang Maharaja Danuthama itu..?" tanya Elang tertarik. "Utusan itu menyampaikan kabar, bahwa beliau menunggu kedatangan Paduka Elang ke istana Palapa hari ini," sahut sang Patih. "Baiklah Paman. Memang sebenarnya aku juga berniat menemui sang Maharaja, siang hari ini di kerajaan Palapa." "Ba

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 621.

    'Gilaa..! Semua unsur semesta telah tertutup oleh cahaya emas 'power'nya..! B-bagaimana mungkin dalam usia semuda itu..?!' sentak sang Resi, dalam keterkejutan yang luar biasa. Dia merasa tak mungkin percaya, dengan tingkat 'power' yang telah dicapai Elang. Jika tak menyaksikannya sendiri, bukti yang terpampang di depan matanya saat itu. 'Dia telah mencapai tingkat Ksatria Semesta Sempurna..!' seru bathinnya, terkesima tak percaya.'Apa boleh buat..! Aku akan mengadu jiwa dengannya..!' seru bathinnya nekat. Sang Resi pun segera bersiap memanggil senjata pamungkasnya. "Trisula Langit..!!" seru lantang sang Resi. Splaarthk..!! Weersshk..!! Seketika ada sebuah gerbang langit yang terbuka, yang bergemuruh menggetarkan. Disusul dengan melesatnya sebuah Trisula berwarna perak, menyilaukan mata. Trisula itu melesat cepat ke arah sang Resi. Taph..! Scraatzsk..!! Kilatan-kilatan petir merah nampak menyelimuti 'Trisula langit', dalam genggaman sang Resi. Ya, trisula di genggaman sang

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 620.

    "Hmm..! Jika Resi menantangku itu lain masalah. Mari kita ke tempat yang pantas untuk bertarung..!" Slaph..! Akhirnya Elang tercubit 'per'nya, mendengar ucapan-ucapan kasar sang Resi yang menantangnya itu. Segera dia melesat mendahului, menuju lokasi yang aman, dan tak membahayakan bagi penduduk Belupang. Slaph..! Sang Resi Salwaka juga melesat menyusul Elang begitu saja. Tanpa itikad 'membayar' lebih dulu makanan dan tuak, yang telah dipesannya..! Sungguh sang Resi sesat yang memuakkan..! Sementara orang-orang diluar rumah makan hanya bisa diam terpaku. Saat mereka melihat dua sosok manusia melesat tinggi ke angkasa, dan lenyap dari pandangan mereka semua. Mereka sudah menduga, itu pastilah Pendekar Penembus Batas dan sang Kakek pembunuh itu. Namun kemana mereka..?! Tak ada seorang pun di antara mereka yang tahu. Taphh..! Elang menghentikan lesatannya, dan mendarat di tengah-tengah Lembah Tengkorak. Lembah yang dulu pernah digunakan para pendekar Tlatah Palapa, untuk menga

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 619.

    Ya, Pukulan Hampa Rasa yang dilepaskan sang Resi, memang bukanlah sembarag pukulan. Pukulan itu hanya bisa dikuasai oleh pendekar, yang telah memiliki pengendalian 'power' yang mumpuni. Karena sifatnya adalah menetapkan 'titik target' terlebih dahulu, lalu energi akan meledak seketika di titik target tersebut. Tanpa lesatan pukulan atau deru angin pukulan. Ngeri..!Fokus mata sang Resi Salwakalah, yang menjadi penanda targetnya. Bagai bom waktu yang telah di pasang di titik tertentu, sedangkan remot/energinya ada di tangan Resi Salwaka. Sementara soal tingkat power pukulan yang dilepaskan, itu tergantung kehendak pemilik pukulan itu. Gila. ! Namun tentu saja ilmu pukulan ini sulit diterapkan, pada target yang bergerak atau berlesatan. Dua rekan prajurit yang tewas itu segera membawa mayat rekan mereka keluar, dengan dibantu pemilik dan pelayan rumah makan itu. Dan seketika rumah makan itu pun menjadi heboh dan dikerumuni orang-orang. Mereka semua merasa penasaran, dan hendak me

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status