Share

Bab 457.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-06-07 19:27:48

Usai mandi bersama, mereka berdua merebahkan diri di atas ranjang kamar mereka.

Dan kembali Elang memulai 'serangannya' terhadap Nadya. Hal yang tak bisa ditolak oleh Nadya.

Karena dia pun telah kecanduan, dengan permainan dan keperkasaan suaminya itu. Elang memang lembut pada awalnya, namun dia begitu panas membara di saat menjelang klimaksnya.

Ya, pagi itu waktu terlewati dengan cepat. Hal yang bagai tak disadari oleh kedua insan itu, yang memang masih pengantin baru.

Dan Elang pun bagai tak pernah merasa lelah, dia terus 'berpacu' dengan segenap dayanya.

Elang memang sengaja ingin menebus segenap kerinduannya, pada istri tersayangnya itu. Sebelum akhirnya dia meminta ijin darinya, untuk pergi selama beberapa hari ke depan.

Tak terasa 3 jam lebih sudah mereka 'memadu kasih'. Dan permainan baru berhenti, saat terdengar suara ayam 'berkukuruyuk' di dalam perut Elang. Lapar..! Hehehe.

"Wah..! Hihihii, Mas Elang lapar ya..?" Nadya tersentak geli, mendengar suara demo di perut sua
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 532.

    Kembali ke alun-alun kerajaan Pangkah, yang saat itu penuh dipadati para prajurit kerajaan. Mereka semua berbaris membentuk persegi empat. Ya, seluruh pasukkan kerajaan Pangkah yang berjumlah 7.300 prajurit itu, kini tengah menanti komando langsung dari Raja Brajadewa. Nampak sang Raja Brajadewa telah berdiri di atas panggung kayu, yang ada di tengah kalangan pasukkan. "Patih Sebatama..! Kau pimpin 4 ribu prajurit, dan bertahan di gerbang utama kotaraja..! Bagi mereka menjadi 2 pasukan, 1500 prajurit pemanah, dan 2500 prajurit bersiaga menahan gempuran pintu gerbang Kotaraja..!" perintah sang Raja. "Baik Yang Mulia..! Prajurit bergerakk..!!" sahut sang Patih, dia langsung berseru pada 4 ribu pasukannya. "SIAPP..!!!" seru menggelegar keempat ribu prajuritnya. Dan mereka pun langsung bergerak ke gerbang utama kotaraja. "Senopati Kalpaka..! Senopati Jaladara..! Kalian pimpin masing-masing 1250 prajurit..! Jaga sayap kiri dan kanan kotaraja..! Jadikan 250 prajurit sebagai pemanah..!

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 531.

    "Buka gerbang istana..!! Ada laporan penting untuk Paduka Raja..!!" dua ekor kuda berlari kencang, menuju gerbang istana Pangkah. Dari jauh salah seorang pengendara kuda yang berpakaian prajurit kerajaan telah berseru keras. Memerintahkan penjaga gerbang istana, untuk membukakan gerbang bagi mereka. Ya, dua pengendara kuda itu adalah telik sandi kerajaan, yang berjaga di pinggiran wilayah Pangkah. Mereka terkejut bukan main, saat melihat adanya armada raksasa Tlatah Palapa, yang sedang bergerak cepat masuk ke wilayah kerajaan Pangkah dari arah pantai. Segera saja mereka membedal kuda mereka dengan kecepatan penuh. Untuk mengabarkan penyerangan armada raksasa Tlatah Palapa itu ke istana. Karuan penjaga gerbang segera membuka gerbang istana terluar itu. Dan mempersilahkan dua telik sandi itu langsung melesat masuk, ke dalam halaman istana Pangkah. Taph..! Taph..! Kedua telik sandi itu dengan sigap meloncat turun dari kuda mereka. Saat mereka tiba di gerbang dalam istana. "Lapo

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 530. PANGKAH MEMERAH

    "Putri Arum Sokawati. Aku juga ingin memberikan sesuatu pada Tuan Putri." Srankh..! Elang berkata tersenyum, seraya melolos 'Pedang Inti Es' dari pinggangnya. Seketika hawa dingin menusuk tulang, menebar di seantero ruang istana dalem Galuga itu. "Ini adalah Pedang Inti Es. Ringan, tipis, tajam luar biasa, dan luwes digerakkan. Kiranya pedang ini cocok sekali dipegang oleh putri Arum dimedan perang. Pedang itu bisa Putri kombinasikan dengan jurus keris, yang biasa Putri mainkan. Keluwesan sifat pedang ini, akan menutup celah jurus keris Tuan Putri. Dan gabungan hawa keris dan pedang ini, akan menebarkan hawa panas dingin bersamaan. Cukup ampuh untuk menekan hawa kekuatan lawan Putri Arum nantinya," ujar Elang mebjelaskan, seraya memberikan Pedang Inti Es itu pada Arum. "Aihh..! Terimakasih sekali Mas Elang..! Hawa panas dari keris Ki Bajra Geni dan hawa dingin dari Pedang Inti Es, sepertinya ini akan hebat Mas Elang..!" seru Arum senang sekali. Dia tak menyangka Elang masih memp

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 529.

    "Cuh..! Aku adalah orang bebas..! Aku tak akan sudi bergabung dalam satu pasukkan, dengan manusia bejat seperti kalian..!" sentak Sapta, yang jadi marah bukan main. Karena Ki Sardujagat telah melakukan aksi bokong padanya. Hilang sudah rasa hormatnya pada sepuh seperti Ki Sardujagat, yang tak malu melakukan pembokongan kepadanya. "Bocah bedebah..! Habisi saja dia suamiku..!" kini Nyai Sekarwati juga ikut meledak emosinya. Maka dia pun langsung menyuruh Ki Sardujagat, untuk menghabisi Sapta. "Bocah setan..! Akan kulihat seberapa tebal kulitmu itu..! Bersiaplah..!" sentak Ki Sardujagat marah. Dia segera bersiap menerapkan aji 'Tapak Bayang'nya, Byarrsh..! Seketika cahaya putih terang menyelimuti kedua tangannya, sebagian powernya dikerahkan dalam ajian itu. Tentu saja Sapta tak mau konyol, menghadapi sepuh yang sepertinya serius akan menyerangnya itu. Sapta segera terapkan ajian 'Cakar Naga Bumi'nya. Byaarsh..! Sepasang tangan dan kaki Sapta langsung diselimuti kobaran merah mem

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 528.

    Tagh..! Tangan kanan sang Bandar menepak tempurung itu. Namun dia tak merasakan pergerakkan atau pergeseran sedikitpun, dari angka dadu dalam tempurung itu. Segera diulanginya lagi menepak tempurung itu. Tagh..! Kembali sang Bandar tak merasakan pergerakkan dadu, di dalam tempurung tersebut. Seketika dahinya mulai mengeluarkan keringat dingin. Perlahan dia menatap tajam ke arah Sapta Pertala, yang nampak tengah santai saja menenggak tabung tuaknya. Glekk, glek, glekkh..! "Cepat buka tempurungnya..! Apakah perlu kubantu membukanya..?!" Tagh..! Sapta berseru seraya menghentak tabung tuaknya di atas meja. "Iya nih..! Cepat buka tempurungnya bandar..!" seru para penjudi lainnya, merasa tak sabar. Karena melihat sang Bandar yang nampak bertele-tele itu. "Ba-baik!" sahut sang Bandar gugup. Perlahan dia mengangkat tempurung itu dari atas meja, dan ... "Delapan menang..!!" "Hebatt..!!" "Edann..!" Terdengar seruan heboh para penjudi di meja itu, saat melihat jumlah angka dadu di

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 527.

    Braghh..! "Pemuda tengik..! Beraninya kau mengacau di tempat judi ini..!!" seru sang Bandar, yang merasa marah dan keki, seraya menggebrak mejanya. Sepasang matanya melotot pada si Pemuda, yang saat itu sedang makan kacang rebus, sambil minum tuak tak jauh dari meja judi dadunya. Pasalnya adalah, Pemuda itu terus 'mengganggu' sang Bandar dalam aksi liciknya. Disaat si Bandar hendak merubah letak dadu dalam tempurung, dengan menggetarkan tempurung itu menggunakan tenaga dalamnya. Sebuah kulit kacang rebus selalu 'menetak' tepat di belakang lengannya, dan membuyarkan aliran tenaga dalamnya. Sehingga upayanya merubah posisi dadu di atas meja judi selalu gagal. Nampak si Pemuda yang tak lain Sapta Pertala adanya itu. Dia hanya nyengir saja, seraya meneguk tabung tuaknya dengan santai. Sapta memang senang mampir dan melihat keramaian, khususnya di rumah-rumah judi dan hiburan. Tanpa dia ikut bermain di dalamnya. Bisa dikatakan dia menjadikan rumah judi dan hiburan itu, hanya sebaga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status