Semangat para prajurit baru yang begitu besar membuat mereka segera berbalik dan berlari untuk mendapatkan token nama terlebih dahulu. Bagi prajurit baru seperti mereka hal ini sangat berguna untuk mendapatkan nama di medan peperangan. Dengan ambisi masing-masing mendorong mereka untuk menjadi kesepuluh orang yang mendapatkan kesempatan langka untuk bertarung di medan perang bersama dengan prajurit elit sang jenderal besar.
Melihat betapa antusiasnya mereka, Zhang Yuan juga ikut berlari dan memanjat ke atas sana. Tapi sayangnya setiap orang memiliki ambisi mereka masing-masing dan ingin menjadi orang yang beruntung itu. Terjadi perkelahian di atas sana yang menyebabkan beberapa dari mereka harus terjatuh ke bawah.
Zhang Yuan juga mendapatkan halangan pertamanya dengan seseorang yang mencoba untuk mendorongnya agar terjatuh, tapi sayang dia malah menghindar dan menjatuhkan lelaki tersebut. Jika tak ada yang meng
Benar! Jing Lei adalah komandan utama dari jenderal besar Zhang Jin setahun yang lalu, dan sekarang dia diangkat menjadi jenderal besar kerajaan Song atas konstribusinya terhadap kaisar Qin Huang. Menurut kabar yang beredar Jing Lei adalah orang yang memberitahukan pengkhianatan Zhang Jin terhadap penasihat kerajaan dan akhirnya mendapatkan pengakuan atas kesetiaannya. Hal ini jelas telah diketahui oleh semua prajurit, tapi tidak dengan Zhang Yuan yang baru saja keluar setelah setahun lebih tinggal di hutan kaki gunung. Mata Zhang Yuan membelalak, senyum tipis terukir di wajahnya begitu melihat sosok Jing Lei yang berdiri di depan sana. Akhirnya dia bisa menemukan seseorang yang bisa menceritakan tentang apa yang terjadi terhadap ayahnya di medan perang. “Lapor!” teriak seorang prajurit yang menunggangi kuda, menerobos barisan untuk membawakan kabar pemantauan terhadap prajurit musuh.
Satu tebasan pedang hingga berkali-kali serangan membuat seluruh tubuhnya kini bermandikan noda darah para musuh. Medan pertempuran pertama bagi Zhang Yuan mengajarkan tentang melawan ketakutan dalam hidupnya. Jika dulu dia merasa jijik dengan darah, sekarang hal itu justru menjadi kekuatannya. Bermandikan darah dari prajurit musuh yang menyebabkan kematian kakaknya Zhang Fei ternyata belum cukup untuk membalaskan dendam. Jauh di pandangan mata, jenderal besar kerajaan Huan masih berdiam dalam barisannya, menjadi penonton akan peperangan itu. Prajurit Song kalah banyak jika dibandingan dengan prajurit Huan. Zhang Yuan sadar jika dengan berperang seperti ini mereka belum bisa menggerakkan jenderal Huan untuk masuk ke dalam peperangan, maka mereka akan kehilangan banyak prajurit yang nantinya akan berakhir sia-sia. Mendapatkan kesempatan dia melompat ke atas kuda dan menerobos kerumunan prajurit yang bertempur. Seb
Bukan hanya pedang saja yang bergetar, bahkan nyalinya saja ikut merasakan hal yang sama. Namun jika sudah berada pada situasi penting seperti ini tak akan ada gunanya jika menunjukkan rasa takut di depan musuh. Zhang Yuan mencengkeram kuat pedang dengan kedua tangannya. Saat ini senyuman angkuh di wajah jenderal Murong membuat Zhang Yuan terpaksa harus menggunakan topeng keberanian agar musuh tidak semakin menyudutkan mentalnya. Serangan berikutnya, tabrakan kedua pedang saling beradu kekuatan di udara dan tak membiarkan keduanya saling melepaskan. Serangan lain datang dari layangan pukulan tangan Murong yang satunya, tapi Zhang Yuan berhasil menghindar dan menyerang balik dengan tendangan kaki yang mendarat tepat di perut Murong. Keduanya saling melerai, tapi hal itu hanya tak lama sebab Murong tak terima jika seorang prajurit biasa saja bisa menyentuh tubuhnya, jadi dia memaksimalk
Tebasan pertama, kedua, dan ketiga masih bisa dihindari oleh Murong. Namun tebasan berikutnya yang dikerahkan Zhang Yuan dengan sekuat tenaga berhasil melemparkan topi perang yang dipakai Murong. Semua mata yang melihat adegan itu tercengang bahkan terkejut. Begitu juga dengan jenderal Murong sendiri, matanya terpaku ke hadapan Zhang Yuan saat rambutnya terurai sebab tak lagi memakai topi perang. Tepat di pipinya sebuah tanda merah yang memanjang terukir lurus dan mengeluarkan darah segar yang mengalir hingga ke berewok tebalnya. Dengan geram dia mengangkat tangannya untuk memegang luka sayatan di wajah. Darah yang menjadi noda di jemari tangannya membuat dia tak habis pikir akan kemampuan Zhang Yuan. Hal ini justru sangat mempermalukan harga dirinya di depan prajurit yang dia pimpin. “Kau kalah, jenderal Murong!” “Siapa kau sebenarnya?!”
“Kau telah menyebabkan buruanku lari dari perangkap yang telah aku sediakan, menurutmu?—” “Aku bersedia membawa kembali jenderal Murong!” Entah mengapa sifat Jing Lei tidak dapat dikenal lagi, dia terlihat begitu kejam persis seperti ayahnya Zhang Jin saat menjadi jenderal besar. Apa semua orang yang menjadi jenderal besar, sifat dan karakternya akan berubah. Mendengar perkataan Zhang Yuan, mata Jing Lei terpaku akan keberaniannya. Dia tertawa keras diikuti tawa dari Wu Cheng dan Tuoba Gong. Mereka menertawakan keberanian dan kebodohan Zhang Yuan. Zhang Yuan berlutut dan menjura di hadapan Jing Lei, “mohon jenderal besar memerintahkanku!” Tawa mereka semua terdiam begitu melihat keseriusan Zhang Yuan. Tiba-tiba seorang prajurit menyela dari luar ruangan dengan melaporkan kalau b
Jauh dalam pandangan matanya ada banyak sekali tenda yang sama persis dengan tenda yang lainnya. Akan sangat sulit untuk mencari di mana tenda jenderal Murong berada, dan akan lebih baik jika memantaunya lebih dekat lagi. Zhang Yuan melanjutkan perjalanannya, turun dari tebing dan memasuki hutan yang tak jauh dari perkemahan itu. Kuda yang dia tunggangi sengaja ditinggalkan sedikit jauh dari tempatnya memantau agar keberadaannya tidak diketahui oleh pasukan Huan. Malam itu terlalu tenang, tapi prajurit yang bertugas untuk berjaga malam tak sedetik pun menurunkan kewaspadaan mereka. Hal ini membuat Zhang Yuan kesulitan untuk mencari cara agar dia bisa masuk tanpa diketahui oleh semua orang sendiri termasuk Jenderal Murong. Langit telah terang, semua pasukan Huan bangun dan mulai beraktifitas dengan mengobati para prajurit lain yang terluka saat peperangan. Sosok jenderal
Tak ada pilihan lain selain berlari dan memikirkan tempat persembunyian terbaik yang bisa menyelamatkan nyawanya. Di bawah sana Zhang Yuan memperhatikan para prajurit jenderal Murong masih mencari dan membuka semak-semak untuk menemukannya, tapi sayang sekali, sekarang Zhang Yuan berada di atas pohon yang rindang dan menjadi penonton mereka semua. Jenderal Murong juga masih berdiam di bawah sana dengan memperhatikan sekeliling tempat dia berdiri dengan sorot mata yang tajam. Dia seperti tahu keberadaan Zhang Yuan tak jauh dari tempatnya berada. Perlahan-lahan kuda yang dia tunggangi mendekati poho, di mana Zhang Yuan berada. Tepat di bawah pohon itu, jenderal Murong masih memaku seolah menemukan bau musuh yang semakin dekat dengan dirinya. Sedangkan Zhang Yuan yang mengeras di atas sana, perlahan-lahan menelan saliva, berharap jenderal Murong tak akan menemukan tempat persembunyiannya.
Selama beberapa jam berjalan mengikuti jalur yang benar, jauh di depannya terlihat seekor kuda yang terikat di batang pohon. Zhang Yuan berlari mendekatinya dengan senyuman lega karena keberuntungan datang lagi padanya. Namun saat memperhatikan lebih dekat lagi, senyman di wajahnya perlahan menghilang tersebut. Dia teringat lagi di waktu itu, tali kuda tidak putus tapi seperti sengaja dipotong oleh seseorang. Entah siapa yang bermaksud jahat melakukan hal ini lalu memberikan lagi di waktu yang sangat tepat. Zhang Yuan mengangkat dan melihat pedang jenderal Murong di tangannya. Hukuman yang di jalani menjadi tantangan yang bisa dia lewati meski harus melalui beberapa kejutan dan hal gila yang menjijikan seumur hidupnya. Zhang Yuan menunggangi kuda secepat mungkin untuk kembali ke benteng utara. Dia sudah tak sabar melihat wajah Jing Lei yang terpaksa harus memuji kemampuan dan keberaniannya.